tag:blogger.com,1999:blog-8363582184569163632024-03-19T04:34:38.191-07:00sumringah karadias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.comBlogger44125tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-46265395977327524602011-12-30T18:59:00.001-08:002011-12-30T18:59:59.652-08:00POTENSI ALAM JAWA BARAT<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> </span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0;"><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"><span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;"> Jawa barat merupakan provinsi yang sangat produktif dibidang pariwisata. Karena letaknya yang sangat strategis dan disana terdapat beberapa tempat wisata yang dapat memberikan pendapatan daerah di Jawa Barat. Di samping itu penduduknya ramah terhadap para pelancong. Sesuatu yang menarik di Jawa Barat adalah:</span></span></div><span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;"> <span id="more-10"></span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">1. Senyuman Masyarakat Sunda</span><br />
</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Sebagai ciri khas Jawa Barat tidak lain adalah senyum masyarakat sunda, yang selalu menyertai kemana saja kita pergi ketempat-tempat menarik yang terdapat di Provinsi ini, kalimat yang paling sesuai ditujukan bagi senyum mereka tersebut adalah keramahtamahan. Jadi sekaranglah saatnya untuk datang dan menikmati daya tarik Jawa Barat serta dijamin kegembiraannya. sekali untuk seumur hidup sebagai pengalaman yang tidak terlupakan.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">2. Bandung, The Paris Van Java</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Perjalanan ke Jawa Barat tidak akan lengkap jika belum berkunjung ke ibukota Provinsi. Dengan kepadatan populasi lebih dari tiga juta jiwa, Bandung telah lama dikenal sebagai tempat untuk pariwisata dan memiliki berbagai macam kebutuhan fasilitas yang berstandar internasional.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Di sebelah utara terdapat Tangkuban Perahu dan di sebelah selatan dari the Paris Van Java ini terdapat Kawah Putih yang dikelilingi oleh berbagai jenis tata letak yang spektakuler, serta dapat menikmati spa dan pemandian air panas di Ciater atau Cipanas Tarogong Garut, yang berjarak sangat dekat dari Bandung.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">3. Surganya Belanja</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Jawa Barat merupakan tempat yang sangat menjanjikan bagi para pembelanja, terutama di Bandung. Dapat memberikan kegembiraan yang lebih dan berharap petualangan ini tidak hanya dapat ditemukan di pedagang kali lima saja yang selalu menawarkan dagangannya yang unik, hal semacam ini dapat dilakukan tawar menawar harga. Tetapi mereka tetap memiliki tempat yang cukup besar dari banyaknya tempat perbelanjaan yang telah menjamur atau pasar kedua yang selalu memberikan hal-hal mengenai gaya kebaratan namun tidak semua pertokoan menyediakan, ruang pendingin pasar swalayan yang mengikuti perkembangan gaya kebaratan, toko perbelanjaan moderen dan factory outlet.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">4. Keindahan Puncak Pass</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Selamat datang di daerah Puncak Pass, sebagai salah satu daya tarik Pariwisata Jawa Barat. Dari arah selatan Jakarta dapat ditempuh satu jam berkendaraan, sudah menjadi kebiasaan di setiap akhir minggu Puncak Pass digunakan sebagai tempat untuk beristirahat. Disamping udara pegunungan yang sejuk, juga masih banyak lagi yang dapat dinikmati, antara lain Cibodas dan Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Gede Pangrango, beberapa perkebunan teh dan Taman Safari, ini semua hanya sebagian kelebihan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung terhadap keindahan dari Puncak Pass.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">5. Cirebon Sebagai Kota Raja</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Istana kesultanan, pusat dari kerajaan masyarakat Jawa Barat, suatu kesempatan untuk menyaksikan harta peninggalan yang unik dan tradisi masa lalu. Cirebon merupakan tempat pertemuan dari berbagai perbedaan percampuran yang sangat menarik dari budaya masyarakat sunda yang beragama islam, masyarakat Cina dan Hindu serta pre-Hindu. Hanya sebentar jarak yang ditempuh dari Cirebon untuk dapat ke Resort Spa Sangkuriang, disini kita dapat beristirahat dan menikmati pemandian air panas aroma terapi di Ciremai. Ini semua hanya sebagian kelebihan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung terhadap daya tarik daerah pariwisata kota raja Cirebon Jawa Barat.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">6. Legenda Pelabuhan Ratu</span><br />
<a href="http://wahyonodedy.files.wordpress.com/2008/03/pelabuhanratu.jpg" title="pelabuhanratu.jpg"><img alt="pelabuhanratu.jpg" height="35" src="http://wahyonodedy.files.wordpress.com/2008/03/pelabuhanratu.jpg?w=338&h=35" style="height: 162px; width: 451px;" width="338" /></a><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">Selamat datang di wilayah Pelabuhan Ratu, tujuan lain Pelabuhan Ratu Jawa Barat, merupakan tempat tinggal Ratu Kidul, Ratu Pantai Selatan. Hanya tiga jam jarak yang ditempuh dari Jakarta dengan berkendaran. Saat berkunjung ke pantai ini, kita dapat menikmati yaitu daerah pemandangannya seperti danau Lido yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Berbagai macam dapat anda lakukan disini, antar lain berkunjung ke pasar ikan, menyaksikan upacara kelautan yang unik, menyaksikan penyu yang pergi meninggalkan telurnya di pantai Pangumabahan dan jika ingin mencari petualangan, perjalanan arung jeram di Sungai Citarik akan menjadi pengalaman yang tidak dapat terlupakan.</span><br />
<span style="font-family: Times New Roman; font-size: small;">7. Petualangan Selama di Pangandaran</span><br />
<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 12pt;">Selamat datang di daerah petualangan Pangandaran, sebagai salah satu daya tarik Jawa Barat. Hanya tujuh jam berkendaraan dari Jakarta dan empat setengah jam dari Bandung, Pangandaran sebagai daerah yang memiliki keindahan memberikan pengalaman yang tidak dapat terlupakan. Disini juga dapat berenang dengan aman dan menikmati keindahan pantai, mengunjungi cadangan alam Pananjung dan green canyonnya serta beristirahat di kampung Naga. ini semua hanya sebagian kelebihan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung terhadap daya tarik daerah Pananjung.</span>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-54645169615642528402011-12-30T18:45:00.000-08:002011-12-30T18:45:58.839-08:00Budaya Sunda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-9oeJGI-ck10/Tv53MfzH2zI/AAAAAAAAAHU/DLWaiNHc9r8/s1600/s.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-9oeJGI-ck10/Tv53MfzH2zI/AAAAAAAAAHU/DLWaiNHc9r8/s1600/s.jpeg" /></a></div><b>Budaya Sunda</b> dikenal dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya" title="Budaya">budaya</a> yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sunda" title="Sunda">sunda</a>, ramah tamah (<i>someah</i>), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orangtua" title="Orangtua">orangtua</a>. Itulah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cermin" title="Cermin">cermin</a> budaya dan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kultur" title="Kultur">kultur</a> masyarakat sunda. Di dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Sunda" title="Bahasa Sunda">bahasa Sunda</a> diajarkan bagaimana menggunakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa" title="Bahasa">bahasa</a> halus untuk <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Orang" title="Orang">orang</a> tua.<br />
Seperti pada kebudayaan sunda, kebudayaan sunda termasuk kebudayaan tertua.kebudayaan sunda yang ideal kemudian sering dikaitkan sebagai kebbudayaan raja – raja sunda. Ada beberapa waTka dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup.Etos dan watak Sunda itu adalah cageur,bageur,singer dan pinter. Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perludilestarikan. Hampir semua masyarakat sunda beragama Islam namun ada beberapa yang bukan beragama islam, walaupun berebeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan untuk alam semesta.<br />
Kebudayaan sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan – kebudayaan lain. Secaraumum masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda , sering dikenal dengan masyarakat religius.Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “ silih asih, silih asah dan silih asuh, saling mengasihi, saling mempertajam diri dan saling malindungi.Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan,rendah hati terhadap sesama, kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih kecil.Pada kebudayaan sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat sunda melakukan gotong royong untuk mempertahankannya.<br />
Budaya sunda memiliki banyak kesenian , diantaranya adalah kesenian sisngaan, tarian khas sunda, wayang golek,permainan anak kecil yang khas,alat musik sunda yang bisanya digunakan pada pagelaran kesenian.<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sisingaan" title="Sisingaan">Sisingaan</a> adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2 – 4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acra khitanan.<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek" title="Wayang golek">Wayang golek</a> adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang diamainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang di mainkan.<br />
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jaipongan" title="Jaipongan">Jaipongan</a> adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik .<br />
<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarian_Ketuk_Tilu&action=edit&redlink=1" title="Tarian Ketuk Tilu (halaman belum tersedia)">Tarian Ketuk Tilu</a> , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.<br />
Alat musik khas sunda yaitu, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung" title="Angklung">angklung</a> , rampak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kendang" title="Kendang">kendang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suling" title="Suling">suling</a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kecapi" title="Kecapi">kecapi</a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gong" title="Gong">gong</a>,<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Calung" title="Calung">calung</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung" title="Angklung">Angklung</a> adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu , yang unik , enak didengar angklung juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.<br />
Rampak kendang adalah salah satu instrumen musik tradisional yang di mainkan bersamma – sama instrumen lainnyadias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-5609730968070998252011-09-22T06:23:00.000-07:002011-09-22T06:23:38.654-07:00Asal-usu wayang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGzx9VjRSm2lpSA6UgU1WHZW9K9elPdc5dmtxkqcAKiD4T2I55nLR-Gt6cQn8_YIQmkorHAsc1wep7k_g3HrSdmZ-SEsyJ98jhLuMFpeK67shblS8mS1N8pSaV1fdpMJQliC1h7m6GneQ/s1600/c.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGzx9VjRSm2lpSA6UgU1WHZW9K9elPdc5dmtxkqcAKiD4T2I55nLR-Gt6cQn8_YIQmkorHAsc1wep7k_g3HrSdmZ-SEsyJ98jhLuMFpeK67shblS8mS1N8pSaV1fdpMJQliC1h7m6GneQ/s320/c.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Sebelum kebudayaan Hindu memasuki wilayah nusantara, khususnya pulau Jawa, kesenian wayang sudah ada (dalam bentuknya yang asli).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Kemudian kesenian wayang mulai berkembang saat masa Hindu Jawa. Masa Hindu Jawa adalah masa transisi masyarakat Jawa ketika itu masih belum melepaskan sepenuhnya tradisi animisme dan dinamisme. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang/Kediri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Sekitar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"><span id="more-289"></span>Masa berikutnya yaitu pada jaman Jenggala, kegiatan penciptaan wayang semakin berkembang. Semenjak Raja Jenggala Sri Lembuami luhur wafat, maka pemerintahan dipegang oleh puteranya yang bernama Raden Panji Rawisrengga dan bergelar Sri Suryawisesa. Semasa berkuasa Sri Suryawisesa giat menyempurnakan bentuk wayang Purwa. Wayang-wayang hasil ciptaannya dikumpulkan dan disimpan dalam peti yang indah. Sementara itu diciptakan pula pakem ceritera wayang Purwa. Setiap ada upacara penting di istana diselenggarakan pagelaran Wayang Purwa dan Sri Suryawisesa sendiri bertindak sebagal dalangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Para</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"> sanak keluarganya membantu pagelaran dan bertindak sebagai penabuh gamelan. Pada masa itu pagelaran wayang Purwa sudah diiringi dengan gamelan laras slendro. Setelah Sri Suryawisesa wafat, digantikan oleh puteranya yaitu Raden Kudalaleyan yang bergelar Suryaamiluhur. Selama masa pemerintahannya beliau giat pula menyempurnakan Wayang. Gambar-gambar wayang dari daun lontar hasil ciptaan leluhurnya dipindahkan pada kertas dengan tetap mempertahankan bentuk yang ada pada daun lontar. Dengan gambaran wayang yang dilukis pada kertas ini, setiap ada upacara penting di lingkungan kraton diselenggarakan pagelaran wayang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada jaman Majapahit usaha melukiskan gambaran wayang di atas kertas disempurnakan dengan ditambahi bagian-bagian kecil yang digulung menjadi satu. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Wayang berbentuk gulungan tersebut, bilamana akan dimainkan maka gulungan harus dibeber. Oleh karena itu wayang jenis ini biasa disebut wayang Beber. Semenjak terciptanya wayang Beber tersebut terlihat pula bahwa lingkup kesenian wayang tidak semata-mata merupakan kesenian Kraton, tetapi malah meluas ke lingkungan diluar istana walaupun sifatnya masih sangat terbatas. Sejak itu masyarakat di luar lingkungan kraton sempat pula ikut menikmati keindahannya. Bilamana pagelaran dilakukan di dalam istana diiringi dengan gamelan laras slendro. Tetapi bilamana pagelaran dilakukan di luar istana, maka iringannya hanya berupa Rebab dan lakonnya pun terbatas pada lakon Murwakala, yaitu lakon khusus untuk upacara ruwatan. Kisah-kisah yang dipagelarkan umumnya merupakan lakon dalam Mahabharata dan Ramayana atau kisah seputar kerajaan Jenggala.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada masa pemerintahan Raja Brawijaya terakhir, kebetulan sekali dikaruniai seorang putera yang mempunyai keahlian melukis, yaitu Raden Sungging Prabangkara. Bakat puteranya ini dimanfaatkan oleh Raja Brawijaya untuk menyempurkan wujud wayang Beber dengan cat. Pewarnaan dari wayang tersebut disesuaikan dengan wujud serta martabat dari tokoh itu, yaitu misalnya Raja, Kesatria, Pendeta, Dewa, Punakawan dan lain sebagainya. Dengan demikian pada masa akhir Kerajaan Majapahit, keadaan wayang Beber semakin semarak.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Cerita terkenal yang acapkali mengilhami pembuatan wayang Beber selain kisah Purwa –yang didominasi oleh pemujaan terhadap Wisnu–, adalah kisah nyata tentang cinta antara Raden Panji Asmarabangun, putra mahkota kerajaan Jenggala dan Galuh Candra Kirana, seorang putri dari Kediri. Candra Kirana diyakini merupakan titisan Dewi Ratih (dewi asmara) dan Asmarabangun adalah inkarnasi dari Dewa Kamajaya (dewa asmara). Dalam kisah ini terdiri dari deretan kisah perjalanan pencarian dan pertemuan pasangan tersebut dalam berbagai penyamaran saat berkelana.Sebut saja kisah Panji Semirang hingga Ande-ande Lumut. Kisah ini menjadi bait puisi sekaligus tembang berjudul “Smaradahana” (Api Cinta). Akhir cerita pasangan tersebut akhirnya menikah dan lahirlah Raja Putra, kemudian Panji Asmorobangun menjadi Raja Jenggala bergelar Sri Kameswara atau Prabu Suryowiseso atau Hino Kertapati (Inu Kertapati).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pagelaran wayang Beber hingga kini dilakukan hanya pada saat ruwatan, acara ritual menghalau kekuatan buruk dan khusus mendatangkan hal-hal baik semata. Keberadaan 1-2 wayang Beber kuno masih ditemukan di beberapa daerah, antara lain di Wonosari, Yogyakarta dan Museum Mangkunegaran di Solo (Surakarta), Jawa Tengah serta di Donorojo, kawasan Pacitan, Jawa Timur.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit dengan sengkala; Geni murub siniram jalma ( 1433 / 1511 M ), maka wayang beserta gamelannya diboyong ke Demak. Hal ini terjadi karena Sultan Demak Syah Alam Akbar I sangat menggemari seni kerawitan dan pertunjukan wayang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada masa itu sementara pengikut agama Islam ada yang beranggapan bahwa gamelan dan wayang adalah kesenian yang haram karena berbau Hindu. Timbulnya perbedaan pandangan antara sikap menyenangi dan mengharamkan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan kesenian wayang itu sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Untuk menghilangkan kesan yang serba berbau Hindu dan kesan pemujaan kepada arca, maka timbul gagasan baru untuk menciptakan wayang dalam wujud baru dengan menghilangkan wujud gambaran manusia. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Berkat keuletan dan ketrampilan para pengikut Islam yang menggemari kesenian wayang, terutama para Wali, berhasil menciptakan bentuk baru dari Wayang Purwa dengan bahan kulit kerbau yang agak ditipiskan dengan wajah digambarkan miring, ukuran tangan dibuat lebih panjang dari ukuran tangan manusia, sehingga sampai di kaki. Wayang dari kulit kerbau ini diberi warna dasar putih yang dibuat dari campuran bahan perekat dan tepung tulang, sedangkan pakaiannya di cat dengan tinta.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada masa itu terjadi perubahan secara besar-besaran di seputar pewayangan. Di samping bentuk wayang baru, diubah pula tehnik pakelirannya, yaitu dengan mempergunakan sarana kelir/layar, mempergunakan pohon pisang sebagai alat untuk menancapkan wayang, mempergunakan blencong sebagai sarana penerangan, mempergunakan kotak sebagai alat untuk menyimpan wayang. Dan diciptakan pula alat khusus untuk memukul kotak yang disebut cempala. Meskipun demikian dalam pagelaran masih mempergunakan lakon baku dari Serat Ramayana dan Mahabarata, namun di sana-sini sudah mulai dimasukkan unsur dakwah, walaupun masih dalam bentuk serba pasemon atau dalam bentuk lambang-lambang. Adapun wayang Beber yang merupakan sumber, dikeluarkan dari pagelaran istana dan masih tetap dipagelarkan di luar lingkungan istana.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada jaman pemerintahan Sultan Syah Alam Akbar </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">III</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"> atau Sultan Trenggana, perwujudan wayang kulit semakin semarak. Bentuk-bentuk baku dari wayang mulai diciptakan. Misalnya bentuk mata, diperkenalkan dua macam bentuk liyepan atau gambaran mata yang mirip gabah padi atau mirip orang yang sedang mengantuk. Dan mata telengan yaitu mata wayang yang berbentuk bundar. Penampilan wayang lebih semarak lagi karena diprada dengan cat yang berwarna keemasan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada jaman itu pula Susuhunan Ratu Tunggal dari Giri, berkenan menciptakan wayang jenis lain yaitu wayang Gedog. Bentuk dasar wayang Gedog bersumber dari wayang Purwa. Perbedaannya dapat dilihat bahwa untuk tokoh laki-laki memakai teken. Lakon pokok adalah empat negara bersaudara, yaitu Jenggala, Mamenang / Kediri, Ngurawan dan Singasari. Menurut pendapat Dr. G.A.J. Hazeu, disebutkan bahwa kata “Gedog” berarti kuda. Dengan demikian pengertian dari Wayang Gedog adalah wayang yang menampilkan ceritera-ceritera Kepahlawanan dari “Kudawanengpati”atau yang lebih terkenal dengan sebutan Panji Kudhawanengpati. Pada pagelaran wayang Gedog diiringi dengan gamelan pelog.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Sunan Kudus salah seorang Wali di Jawa menetapkan wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Berhubung wayang Gedog hanya dipagelarkan di dalam istana, maka Sunan Bonang membuat wayang yang dipersiapkan sebagai tontonan rakyat, yaitu menciptakan wayang Damarwulan. Yang dijadikan lakon pokok adalah ceritera Damarwulan yang berkisar pada peristiwa kemelut kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Ratu Ayu Kencana Wungu, akibat pemberontakan Bupati Blambangan yang bernama Minak Jinggo.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Untuk melengkapi jenis wayang yang sudah ada, Sunan Kudus menciptakan wayang Golek dari kayu. Cerita diambil dari kisah seputar Islam. Dengan menggunakan kisah Menak, –sebagai sebutan bagi Amir Hamzah, salah satu paman Nabi Muhammad–. figur-figur yang terkenal dalam wayang golek adalah : Umar Maya, Umar Madi, Lamdahur, dan sebagainya. Pengisahan ini dilakukan khusus di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebuah buku berjudul ‘Serat Menak’ ditulis oleh Kyai Yosodipuro I dari Kraton Surakarta. Selain itu, lakon pakem lainnya tetap diambil dari wayang Purwa (umumnya di Jawa Barat) dan diiringi dengan gamelan slendro, tetapi hanya terdiri dari gong, kenong, ketuk, kendang, kecer dan rebab. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Sunan Kalijaga tidak ketinggalan juga, untuk menyemarakkan perkembangan seni pedalangan pada masa itu dengan menciptakan Topeng yang dibuat dari kayu. Pokok ceriteranya diambil dari pakem wayang Gedog yang akhirnya disebut dengan topeng Panji. Bentuk mata dari topeng tersebut dibuat mirip dengan wayang Purwa. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada masa Kerajaan Mataram diperintah oleh Panembahan Senapati atau Sutawijaya, diadakan perbaikan bentuk wayang Purwa dan wayang Gedog. Wayang ditatah halus dan wayang Gedog dilengkapi dengan keris. Di samping itu baik wayang Purwa maupun wayang Gedog diberi bahu dan tangan yang terpisah dan diberi tangkai. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyakrawati, wayang Beber yang semula dipergunakan untuk sarana upacara ruwatan diganti dengan wayang Purwa dan ternyata berlaku hingga sekarang. Pada masa itu pula diciptakan beberapa tokoh raksasa yang sebelumnya tidak ada, antara lain Buto Cakil. Wajah mirip raksasa, biasa tampil dalam adegan Perang Kembang atau Perang Bambangan. Perwujudan Buta Cakil ini merupakan sengkalan yang berbunyi: Tangan Jaksa Satataning Jalma ( 1552 J / 1670 M ). Dalam pagelaran wayang Purwa tokoh Buta Cakil merupakan lambang angkara murka. Bentuk penyempurnaan wayang Purwa oleh Sultan Agung tersebut diakhiri dengan pembuatan tokoh raksasa yang disebut Buta Rambut Geni, yaitu merupakan sengkalan yang berbunyi Urubing Wayang Gumulung Tunggal: ( 1553 J / 1671 M ).<br />
Sekitar abad ke 17, Raden Pekik dari Surabaya menciptakan wayang Klithik, yaitu wayang yang dibuat dari kayu pipih, mirip wayang Purwa. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Dalam pagelarannya dipergunakan pakem dari ceritera Damarwulan, pelaksanaan pagelaran dilakukan pada siang hari. Topik cerita yang disuguhkan diambil dari kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, yakni Jenggala, Kediri dan Majapahit dengan pusat cerita antara lain kisah tentang Raden Panji dan Cindelaras, anak desa penyabung ayam. Damarwulan adalah tokoh heroik dari Majapahit yang berhasil membunuh musuh kerajaan bernama Menakjinggo dari kerajaan Blambangan (kini Banyuwangi), hingga kemudian ia pun diperbolehkan menikahi Ratu Kencana Wungu, meski ia telah beristri Anjasmara, anak sang patih kerajaan (Loh Gender), hingga akhirnya diangkat menjadi raja.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada tahun 1731 Sultan Hamangkurat I menciptakan wayang dalam bentuk lain yaitu wayang Wong. Wayang wong adalah wayang yang terdiri dari manusia dengan mempergunakan perangkat atau pakaian yang dibuat mirip dengan pakaian yang ada pada wayang kulit.<br />
Dalam pagelaran mempergunakan pakem yang berpangkal dari Serat Ramayana dan Serat Mahabarata. Perbedaan wayang Wong dengan wayang Topeng adalah ; pada waktu main, pelaku dari wayang Wong aktif berdialog; sedangkan wayang Topeng dialog para pelakunya dilakukan oleh dalang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Pada jaman pemerintahan Sri Hamangkurat IV; beliau dapat warisan Kitab Serat Pustakaraja Madya dan Serat Witaraja dari Raden Ngabehi Ranggawarsito. Isi buku tersebut menceriterakan riwayat Prabu Aji Pamasa atau Prabu Kusumawicitra yang bertahta di negara Mamenang / Kediri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Kemudian pindah Kraton di Pengging. Isi kitab ini mengilhami beliau untuk menciptakan wayang baru yang disebut wayang Madya. Ceritera dari Wayang Madya dimulai dari Prabu Parikesit, yaitu tokoh terakhir dari ceritera Mahabarata hingga Kerajaan Jenggala yang dikisahkan dalam ceritera Panji. Bentuk wayang Madya, bagian atas mirip dengan wayang Purwa, sedang bagian bawah mirip bentuk wayang gedog. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Semasa jaman Revolusi fisik antara tahun 1945 – 1949, usaha untuk mengumandangkan tekad pejuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu usaha ialah melalui seni pedalangan. Khusus untuk mempergelarkan ceritera- ceritera perjuangan tersebut, maka diciptakanlah wayang Suluh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Wayang Suluh berarti wayang Penerangan, karena kata Suluh berarti pula obor sebagai alat yang biasa dipergunakan untuk menerangi tempat yang gelap. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Bentuk wayang Suluh, baik potongannya maupun pakaiannya mirip dengan pakaian orang sehari-hari.Bahan dipergunakan untuk membuat wayang Suluh ada yang berasal dari kulit ada pula yang berasal dari kayu pipih. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Ada</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"> sementara orang berpendapat bahwa wayang suluh pada mulanya lahir di daerah Madiun yang di ciptakan oleh salah seorang pegawai penerangan dan sekaligus sebagai dalangnya. Tidak ada bentuk </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">baku</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"> dari wayang Suluh, karena selalu mengikuti perkembangan jaman. Hal ini disebabkan khususnya cara berpakaian masyarakat selalu berubah, terutama para pejabatnya .</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Kini, beragam wayang lahir, tumbuh dan terdapat di berbagai daerah di </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Indonesia</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;"> antara lain Jawa, Sunda, </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Bali</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">, </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Lombok</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">, dan Sumatera. Wayang Kulit terdapat pula di Kedu, Tejokusuman, Ngaben, </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Surakarta</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">, Banyumas dan </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">Cirebon</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS'; font-size: 10pt;">. Selain wayang Gedog, ada wayang Sadad. Di samping wayang Madya, ada wayang Krucil/ Karucil, juga ada wayang Sasak, wayang Kaper, wayang Wahyu, wayang Intan, wayang Suket (Rumput), wayang Revolusi. Sebagian ragam wayang tersebut masih tersimpan di Museum Mpu Tantular di Surabaya dan Museum Wayang di Jakarta. Koleksi lainnya di museum ini adalah wayang Golek berukuran besar dan mini, serta berbagai jenis topeng. Di samping wayang dari nusantara, di museum ini disertakan pula koleksi dari manca negara meliputi boneka (puppet) dari Kelantan (Malaysia), Suriname, Perancis, Kamboja, India, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika dan Thailand. [SS Listyowati]</span></div>Dikutip dari berbagai sumber dan sebagian besar dari: Sutini. BA/ DITINJAU DARI SEJARAH PERKEMBANGAN SERTA PERANANNYA DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN BANGSA/ Nawasari Warta, Oktober 1994dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-23480188474118366032011-09-22T06:03:00.000-07:002011-09-22T06:03:06.391-07:00Konsep Hukum Islam<span>Konsepsi hukum Islam yang berorientasi kepada agama dengan dasar<br />
doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum manusia untuk<br />
melaksanakan Syari’at, sumber hukumnya merupakan satu kesatuan yang<br />
berasal hanya dari firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi<br />
Muhammad. Melalui cara Nabi berkata, berbuat dan diam dalam menghadapi<br />
manusia dengan tingkahlakunya dapat dikembangkan sesuai suasana yang<br />
dibutuhkan dalam pergaulan hidup tetapi tidak menyimpang dari sumber<br />
hukum asalnya. Sumebr-sumber hukum Islam yang disepakati oleh para<br />
ulama adalah Al Qur'an dan sunnah Nabi. Adapun sumber lainnya, yaitu<br />
ijma’, Qiyas, Istihsan, maslahah mursalah, ‘Ury, istishab dan lainnya<br />
26<br />
digunakan dan ditempatkan sebagai metode berijtihad. Namun pada<br />
umumnya sumber hukum Islam yang dipakai dibagi menjadi empat macam<br />
yaitu Al Qur'an, Sunnah Rosul (Nabi). Ijma’ dan Qiyas.<br />
Menurut Ahmad Azhar Basyir, selain Al Qur'an dan Sunnah Rasul,<br />
sumber hukum Islam yang dapat digolongkan dalam sumber ketiga, yaitu<br />
pikiran, ra’yu atau ijtihad. Ijma’ merupakan kesepakatan bulat pendapat<br />
dalam Ijtihad yang dilakukan secara kolektif. Sedangkan Qiyas merupakan<br />
satu metode dalam Ijtihad.5</span><br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
</div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-8686924665696085612011-09-20T06:38:00.000-07:002011-09-20T06:41:50.578-07:00Sejarah Hukum di Indonesia - Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru<h1>Periode Demokrasi Terpimpin</h1><div align="justify">Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap sangat berpengaruh dalam dinamika hukum dan peradilan adalah: 1) Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan dan mendudukan MA dan badan-badan pengadilan di bawah lembaga eksekutif; 2) Mengganti lambang hukum ?dewi keadilan? menjadi ?pohon beringin? yang berarti pengayoman; 3) Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan campur tangan secara langsung atas proses peradilan berdasarkan UU No.19/1964 dan UU No.13/1965; 4) Menyatakan bahwa hukum perdata pada masa kolonial tidak berlaku kecuali sebagai rujukan, sehingga hakim mesti mengembangkan putusan-putusan yang lebih situasional dan kontekstual.<br />
<h1>Periode Orde Baru</h1><div align="justify">Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Di bidang perundang-undangan, rezim Orde Baru ?membekukan? pelaksanaan UU Pokok Agraria, dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang memudahkan modal asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU Pertambangan. Selain itu, orde baru juga melakukan: 1) Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif; 2) Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Singkatnya, pada masa orde baru tak ada perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.<br />
<h3>Periode Pasca Orde Baru (1998 – 2005)</h3><div align="justify">Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang, sudah terjadi empat kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-undangan dan kelembagaan negara, beberapa pembaruan formal yang mengemuka adalah: 1) Pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum dan hak asasi manusia; dan 3) Pembaruan sistem ekonomi.<br />
Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) masih kokoh mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas jangkauannya. Selain itu, kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat para pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini ditambah advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan hukum, hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung meneruskan proses peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran HAM, serta peradilan para konglomerat hitam. Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat untuk menuntut hak-haknya dan mengembangkan sumber daya hukumnya secara mandiri, semakin gencar dan luas dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaruan hukum tetap terasa lambat dan masih tak tentu arahnya.<br />
</div></div></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-60993449785156439232011-09-20T06:36:00.001-07:002011-09-20T06:36:50.856-07:00Sejarah Hukum di Indonesia - Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal<h1>Periode Revolusi Fisik</h1>Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini adalah pembaruan di dalam bidang peradilan, yang bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi: 1) Meneruskan unfikasi badan-badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan; 2) Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat dan swapraja, kecuali badan-badan pengadilan agama yang bahkan dikuatkan dengan pendirian Mahkamah Islam Tinggi<br />
<h1>Periode Demokrasi Liberal</h1><div align="justify">UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada masa ini pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi, yang ada adalah dilema untuk mempertahankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan dan mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.</div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-50821454511890077892011-09-20T06:29:00.000-07:002011-09-20T06:52:00.987-07:00Hukum di Indonesia - Apa itu Hukum ?<h1>Asal - usul Istilah Hukum</h1><div align="justify">Istilah "hukum" berasal dari bahasa Arab hukmun yang artinya "menetapkan". Di dunia akademis, istilah hukum lebih sering dipadankan dengan istilah ius. Ius yang dituliskan atau di-constitutum-kan adalah peraturan perundang-undangan (lege, droit, wet). Jadi, hukum bisa diartikan sebagai norma, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Hukum yang diciptakan oleh badan-badan negara dan pemerintah dinamai peraturan perundang-undangan (regel) atau peraturan kebijakan (policy regel, beleid regel). Sedangkan hukum-hukum kerajaan dinamai dengan Kitab Raja. Untuk hukum-hukum adat yang telah dituliskan sampai saat ini belum memiliki nama khusus.<br />
<b>Hukum</b> adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana" title="Hukum pidana">hukum pidana</a> yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."<sup class="reference" id="cite_ref-6"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum#cite_note-6"></a></sup><br />
<h1>Pengertian Hukum</h1><div align="justify">Oleh karena penggunaan sudut pandang atau faham/aliran berfikir yang berbeda-beda, maka definisi tentang hukum pun berbeda-beda pula. Ada empat aliran berpikir yang cukup berpengaruh dalam pemikiran hukum: 1) Aliran Hukum Alam atau Hukum Kodrat, berpendapat bahwa hukum tertinggi atau yang utama, yang darinya Hukum Positif berasal. Hukum Kodrat berasal dari perintah Tuhan; 2) Aliran Positivisme Hukum, berpendapat bahwa hukum yang utama adalah hukum yang berasal atau diciptakan oleh manusia, yakni Hukum Positif; 3) Aliran Sejarah Hukum atau Hukum Historis, berpendapat bahwa hukum adalah aturan main dalam pergaulan sosial yang ditemukan dalam masyarakat, artinya hukum merupakan jiwa bangsa; 4) Aliran Sosiologi Hukum, berpendapat bahwa aturan hukum juga berasal dari institusi agama ataupun institusi masyarakat.<br />
<h1>Bentuk atau Pembadanan Hukum</h1><div align="justify">Pembadanan hukum adalah cara norma hukum menampakkan wujud dirinya. Ada dua cara hukum menampakkan dirinya, yakni tertulis (misal: peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan Hukum adat yang dituliskan), kemudian tidak tertulis (misal: simbol, lambang, atau gerakan yang masih bisa ditangkap dengan panca indera, tradisi).<br />
<h1>Norma Hukum dan Norma-Norma Sosial Lainnya</h1><div align="justify">Norma hukum adalah satu di antara empat norma sosial yang ada, yaitu norma kepercayaan atau keagamaan, norma kesusilaan dan norma sopan santun/kebiasaan. Selain berisi kewajiban, norma hukum juga berisi hak. Norma hukum dapat dibedakan dengan norma-norma sosial yang lain namun tidak dapat dipisahkan karena di antara mereka terdapat sejumlah titik temu.<br />
<h1>Sistem Hukum</h1>Dua cara yang selama ini digunakan untuk mengartikan istilah sistem hukum. Pertama, yang mengartikan sistem hukum sebagai kesatuan dari komponen atau unsur (sub-sistem) sebagai berikut: hukum materiil?hukum formil dan hukum perdata?hukum publik. Termasuk di dalam pandangan ini adalah yang melihat sistem hukum sebagai kesatuan antar berbagai peraturan perundang-undangan, atau kesatuan antar peraturan perundang-undangan dengan asas-asas hukum. Kedua, yang mengartikan sistem hukum sebagai kesatuan dari komponen: struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum</div></div></div></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-13489082518965303162011-09-20T06:22:00.000-07:002011-09-20T06:22:10.003-07:00Sejarah Hukum di Indonesia - Periode Kolonialisme<h1>Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang</h1><div align="justify">Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di antara kebijakan-kebijakan awal politik etis yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum adalah: 1) Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum; 2) Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi; 3) Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi; 4) Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas; 5) Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada kepastian hukum. Hingga runtuhnya kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di Hindia Belanda mewariskan: 1) Dualisme/pluralisme hukum privat serta dualisme/pluralisme lembaga-lembaga peradilan; 2) Penggolongan rakyat ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang disamakan, Timur Asing, Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi.<br />
Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi seluruh peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku sembari menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang Belanda dan Eropa lainnya. Beberapa perubahan perundang-undangan yang terjadi: 1) Kitab UU Hukum Perdata, yang semula hanya berlaku untuk golongan Eropa dan yang setara, diberlakukan juga untuk orang-orang Cina; 2) Beberapa peraturan militer disisipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan adalah: 1) Penghapusan dualisme/pluralisme tata peradilan; 2) Unifikasi kejaksaan; 3) Penghapusan pembedaan polisi kota dan pedesaan/lapangan; 4) Pembentukan lembaga pendidikan hukum; 5) Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi pemerintahan dan hukum dengan orang-orang pribumi.<br />
<h1>Periode VOC</h1><div align="justify">Pada masa pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan untuk: 1) Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi di negeri Belanda; 2) Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter; dan 3) Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan para pendatang Eropa. Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-orang Belanda atau Eropa. Sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah hukum-hukum yang dibentuk oleh tiap-tiap komunitas secara mandiri. Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu telah meminggirkan hak-hak dasar rakyat di nusantara dan menjadikan penderitaan yang mendalam terhadap rakyat pribumi di masa itu.<br />
<h1>Periode liberal Belanda</h1><div align="justify">Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya disebut RR 1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan (di Hindia Belanda) yang tujuan utamanya melindungi kepentingan kepentingan usaha-usaha swasta di negeri jajahan dan untuk pertama kalinya mengatur perlindungan hukum terhadap kaum pribumi dari kesewenang-wenangan pemerintahan jajahan. Hal ini dapat ditemukan dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur tentang pembatasan terhadap eksekutif (terutama Residen) dan kepolisian, dan jaminan terhadap proses peradilan yang bebas.<br />
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap berlangsung pada periode ini, walaupun tidak lagi sebengis sebelumnya. Namun, pembaruan hukum yang dilandasi oleh politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak meningkatkan kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi masih terus terjadi, hanya subyek eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi eksploitasi oleh modal swasta.<br />
</div></div></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-23672581062786895532011-09-20T06:12:00.000-07:002011-09-20T06:12:10.544-07:00PENETAPAN SYARIAT ISLAM<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div style="text-align: justify;"><strong>A. Pengertian Syari’at Islam </strong></div><div style="text-align: justify;">Syari’at Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan ummat manusia. Hukum atau peraturan dalam menjalankan dan mengamalkan agama Allah termasuk syari’at Islam. peraturan yang telah ditetapkan Allah kepada manusia, baik hubungannya terhadap Allah, maupun hubungan terhadap sesama manusia, alam dan kehidupan .</div><div style="text-align: justify;">Hukum secara umum belum mutlak dinamakan Syari’at Islam dalam era modern. Sebab hukum yang bersumber dari Allah (seperti Syari’at Islam) dinamakan hukum samawi, sedangkan hukum yang dibuat oleh manusia disebut hukum wadh’i. Syari’at Islam sebagai hukum samawi berlaku mutlak sedangkan hukum wadh’i sifatnya berlaku relatif hanya berdasarkan kepada kepentingan dan kebutuhan manusia dalam masa-masa tertentu .</div><div style="text-align: justify;">Menurut etimologi , Syari’at berarti <em>al-thariqah al-sunnah; </em>atau jalan dan juga dapat diartikan sumber mata air yang hening bening .</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan pengertian/ta’rif menurut terminologi/istilah yang umumnya dipakai oleh para ulama salaf, dalam memberikan batas pengertian syari’at Islam sebagai suatu pedoman hidup dan ketetapan hukum yang digariskan oleh Allah SWT . Secara lengkap batasan tersebut adalah:</div><div style="text-align: justify;">“Hukum yang disyari’atkan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang telah didatangkan para Nabi-nabi baik berhubungan dengan cara menyebutkannya, yang dinamai fa’riyah amaliyah, yang untuknyalah didewakan ilmu fiqhi maupun yang berhubungan dengan itiqad yang dinamai ashliyah ‘itiqadiyah yang untuknyalah didewakan ilmu kalam dan syara itu dinamai pula Addin dan Millah” .<a href="http://www.masbied.com/search/sejarah-penetapan-hukum-islam#_ftn1">[1]</a></div><div style="text-align: justify;">Syari’ah dinamakan <em>Ad-Din</em> memiliki pengertian bahwa ketetapan peraturan Allah yang wajib ditaati. Ummat harus tunduk melaksanakan <em>ad-Din</em> (syari’at) sebagai wujud ketaatan kepada hukum Allah. <em>Ad-Din</em> dalam bahasa Arab berarti hukum..</div><div style="text-align: justify;">Syari’ah dinamakan Al Millah mempunyai makna bahwa agama bertujuan untuk mempersatukan para pemeluknya dalam suatu perikatan yang teguh . dapat pula bermakna pembukuan atau kesatuan hukum-hukum agama .</div><div style="text-align: justify;">Syari’ah sering juga disebut <em>syara’</em>, yaitu aturan yang dijalani manusia, atau suatu aturan agama yang wajib dijalani oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun kelak di akhirat .</div><div style="text-align: justify;">Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian syari’ah adalah : <a href="http://www.masbied.com/2011/03/05/syariat-islam-dan-hukum-islam/#more-286">Read more</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt;">SEJARAH HUKUM ISLAM </span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">SEJARAH HUKUM ISLAM<br />
Oleh: al-faqir billah Muhamad Safii Gozali<br />
<br />
Pengertian<br />
Hukum: “sekumpulan aturan, baik yang berasal dari aturan formal (agama) maupun adat, yang diakui oleh masyarakat dan bangsa tertentu sebagai mengikat bagi anggotanya. Bila dihubungkan dengan islam maka hukum islam berarti: “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikat untuk semua umat yang beragama islam.”<br />
<br />
Tasyri’<br />
1. Merupakan bentuk mashdar dari kata syarra’a-yusyarri’u-tasyrii’an. Yang berarti penetapan syariah.<br />
2. Objek kajiannya adalah: proses penetapan hukum, apa yang menjadi sumber penetapannya, dan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya. <br />
<br />
Macam-Macam Tasyri’<br />
1. Tasyri’ Ilahi; Penetapan Hukum Allah, lewat perantaraan Rasulnya. <br />
2. Tasyri’ Wadh’i; penetapan hukum-hukum buatan manusia, hukum positif.<br />
3. Tarikh Tasyri’ artinya sejarah tentang penetapan hukum syariah dan penetapan hukum positif.<br />
<br />
SYARI’AH<br />
Bahasa (etimologi): “jalan tempat keluarnya air”<br />
Istilah: Faruq Nabhan: “segala sesuatu yang disyari’ahkan Allah bagi hamba2nya” Manna’ al-Qathan: “segala ketentuan Allah yang disyari’atkan bagi hamba2nya, baik menyangkut aqidah, ibadah, ahklak, maupun muamalah” .<br />
Fiqh <br />
1. Secara bahasa bermakna: mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik<br />
2. Secara istilah : “mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya secara terperinci “(Abu Zahrah dalam Ushul Fiqih)<br />
3. Al-Amidi: “ilmu tentang seperangkat hukum syara’ yang bersifat furu’iyah yang didapat melalui penalaran dan istidlal”<br />
<br />
Periodesasi Sejarah Hukum Islam<br />
1. Insya dan takwin (pertumbuhan dan pembentukan) sekitar 22 tahun sampai wafat rasul.<br />
2. Periode Tafsir dan takmil (penjelasan dan penyempurnaan) sekitar 90 tahun, sampai akhir abad 1 H.<br />
3. Periode tadwin (kodifikasi/pembukuan) teks-teks hukum, sekitar 250 tahun.<br />
4. Periode Taqlid (statis), mulai pertengahan abad 4 H sampai abad ke 7 H.<br />
5. Periode tanzhimat (perundang-undangan), mulai abad 13 H (1800-an M).<br />
<br />
Tujuan Hukum Islam<br />
1. HIFZUD DIN (Memelihara Agama)<br />
2. HIFZUN NAFS (Memelihara Jiwa/Nyawa)<br />
3. HIFZUL ‘AQL (Memelihara Akal)<br />
4. HIFZUL MAL (Memelihara Harta)<br />
5. HIFZUN NASL (Memelihara Keturunan)<br />
6. HIFZUL BAIAH (Memelihara Lingkungan)<br />
Mabadi ‘Ammah/ Prinsip Umum Penetapan Hukum Islam<br />
1. Tidak Memberatkan<br />
2. Menyedikitkan Beban<br />
3. Ditetapkan secara bertahap<br />
4. Memperhatikan Kemaslahatan manusia<br />
5. Mewujudkan Keadilan Untuk Semua<br />
Produk Hukum Islam<br />
1. Fiqh<br />
2. Qadha<br />
3. Fatwa<br />
4. Undang-undang<br />
Fiqh <br />
1. secara bahasa bermakna: mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan baik<br />
2. Secara istilah : “mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya secara terperinci “(Abu Zahrah dalam Ushul Fiqih)<br />
3. Al-Amidi: “ilmu tentang seperangkat hukum syara’ yang bersifat furu’iyah yang didapat melalui penalaran dan istidlal”<br />
Fatwa<br />
1. Adalah putusan seorang ulama setelah berijtihad dalam persoalan-persoalan yang terjadi.<br />
2. Orangnya disebut mufti.<br />
Ijtihad<br />
1. Artinya; mengerahkan segenap kemampuan untuk mengungkap hukum amaliah dari dalil-dalil yang terperinci.<br />
2. Ada dua macam:<br />
3. Ijtihad Isthimbathy<br />
4. Ijtihad Taqbiqiy<br />
Penetapan Hukum Masa Sahabat<br />
1. Merupakan embrio tasyri’ untuk masa kecemerlangan hukum Islam.<br />
2. Sumber-sumber fiqih yang digunakan adalah: Alquran, Sunnah, Ijmak, dan Qiyas<br />
3. Ijtihad telah memiliki ruang gerak dinamis yang terbukti dengan adanya perbedaan pendapat di kalangan sahabat.<br />
Manfaat mempelajari SHI<br />
1. Untuk menjelaskan bahwa hukum Islam bukanlah hukum yang statis dan dia selalu berkembang sesuai zaman.<br />
2. Untuk mengetahui perkembangan metode-metode penetapan hukum sejak periode insya’ sampai periode tanzimat.<br />
3. Untuk bisa menjawab persoalan-persoalan yang akan muncul di masa depan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Diposkan oleh KEISLAMAN, KEINDONESIAAN DAN KEMANUSIAAN di </span></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-10510926145016230772011-09-20T06:09:00.001-07:002011-09-20T06:10:15.899-07:00PENGANTAR ILMU HUKUMIlmu hokum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hokum<br />
<br />
A) mempelajari :<br />
seluk beluk hokum, asal mula, wujud, asas , system macam pembagian, sumber, perkembangan , fungsi, kedudukan hokum dalam masyarakat<br />
B) menelaah hokum sebagai gejala, fenomena, kehidupan manusia dimana pun dan kapan pun (universal)<br />
C) metode mempelajari hokum<br />
1. metode idealis : perwujudan nilai-nilai tertentu = keadilan<br />
2. metode normative : analisis hokum sebagai system abstrak otonom dan bebas nilai<br />
3. metode sosiologis : hokum sebagai alat untuk mengatur masyarakat, factor yang mempengaruhi pembentukan hokum.<br />
4. metode histories : melihat sejarah hokum = masa lampau dan sekarang<br />
5. metode sistematis : hokum sebagai system<br />
6. metode komparatif, membandingkan antara tata hokum yang belaku disuatu Negara .<br />
<br />
<b>PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PHI<br />
</b><br />
<br />
1. SEJARAH PHI <br />
Pengantar ilmu hokum (PHI) merupakan terjemahan dari mata kuliah inleiding tot de recht sweetenschap yang diberikan di Recht School (RHS) atau sekolah tinggi hokum Batavia di jaman Hindia Belanda yang didirikan 1924 di Batavia (Jakarta sek.) istilah itupun sama dengan yang terdapat dalam undang-undang perguruan tinggi Negeri Belanda Hoger Onderwijswet 1920.<br />
Di zakman kemerdekaan pertama kali menggunakan istilah “pengantar ilmu hokum .” adalah perguruan tinggi Gajah Mada yang didirikan di yogyakarta 13 maret 1946<br />
<br />
2. ILMU-ILMU YANG MEMBANTU ILMU HUKUM YAITU :<br />
Sejarah hokum = salah satu bidang studi hokum , yang mempelajari perkembangan dan asal usul system hokum dalam masyarakat tertentu dan memperbandingkan antar hokum yang berbeda karena di batasi waktu yang berbeda pula<br />
Politik hokum = salah satu bidang studi hokum , yang kegiatannya memilih atau menentukan hokum mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh masyarakat.<br />
Perbandingan hokum = salah satu bidang studi hokum yang mempelajari dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dua atau lebih system hokum antar Negara maupun dalam Negara sendiri<br />
Antropologi hokum = salah satu bidang studi hokum yang mempelajari pola-pola sengketa penyelsaian nya dalam masyarakat sederhana maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi<br />
Filsfat hokum = salah satu cabang filsafat yang mempelajari hakikat dari hokum , objek dari filsafat hokum dalah hokum yang dikaji secara mendalam<br />
Sosiologi hokum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbale balik antara hokum dengan gejala social lainnya .<br />
Psikologi hokum = salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hokum sebagai suatu perwujudan jiwa manusia .<br />
Ilmu hokum positif = ilmu yang mempelajari hokum sebagai suatu kenyataan yang hidup berlaku pada waktu sekarang<br />
<br />
3. PENGERTIAN ILMU HUKUM (ADA DUA PENDAPAT)<br />
PENDAPAT PERTAMA : tidak mungkin definisi ilmu hokum yang memuaskan , karena hokum itu abstrak , banyak seginya dan luas sekali cakrawalanya (pendapat Imanuel Kant ,Lemaire, Gustav Radbruch, Walter Burckhardt)<br />
PENDAPAT KEDUA : walaupun tidak memuaskan definisi hokum tetap harus di berikan karena bagi pemula yang mempelajari hokum tetap ada manfaatnya paling tidak sebagai pegangan sementara (pendafat aristoteles , Hugo de Groot / Grotius , Thomas Hobbes , van volen hoven , Bellefroid , Hans Kelsen dan Utrecht)<br />
<br />
Dari ber bagai ahli di simpulkan bahwa hokum meliputi berbagai unsure :<br />
1. peraturan tingkah laku manusia<br />
2. di buat oleh badan berwenang<br />
3. bersifat memaksa walaupun tak dapat di paksakan<br />
4. di sertai sanksi yang tegas<br />
PENGANTAR ILMU HUKUM = mata kuliah dasar yang bertujuan untuk memperkenalkan ilmu hkum secara keseluruhan dalam garis besar<br />
HAKIKAT PENGANTAR ILMU HUKUM sebagai dasar dari pengetahuan hokum yang mengandung pengertian dasar yang menjadi akar dari ilmu hokum itu sendiri<br />
<br />
CIRI-CIRI HUKUM:<br />
1.ada unsure perintah , larangan, dan kebolehan<br />
2. ada sanksi yang tegas<br />
3. adanya perintah dan larangan<br />
4. perintah dan larangan harus ditaati<br />
<br />
4. MANUSIA, MASYARAKAT DAN HUKUM<br />
Aristoteles => “manusia sebagai mahluk social (zoonpolicon).”<br />
P.J. Bouman => “ manusia baru menjadi manusia apabila hidup dengan manusia lainnya .”<br />
Cicero => “ Ubi societas ibi ius .” = dimana ada masyarakat disitu ada hokum .”<br />
<br />
A) bentuk masyarakat menurut dasar pembentukannya :<br />
a) masyarakat teratur yang diatur dengan tujuan tertentu .(contoh : perkumpulan olahraga)<br />
b) masyarakat teratur terjadi dengan sendirinya yaitu dengan tidak sengaja di bentuk . karena ada kesamaan kepentingan (contoh : penonton sepak bola )<br />
c) masyarakat tidak teratur terjadi dengan sendirinya tanda bentuk , ( contoh: sekumpulan manusia yang membaca Koran di tempat umum)<br />
<br />
B) bentuk masyarakat menurut dasar hubungannaya :<br />
a) masyarakat paguyuban ( gemeinschaft) , antar anggota satu sama lainnya ada hubungan pribadi menimbulkan ikatan batin(contoh : rumah tangga , kel. Pasundan )<br />
b). masyarakat patembayan (gesselschaft) , hubungan bersifat lugas dan mempunyai tujuan yang sama untuk mendapat keuntungan material ( contoh: CV, PT, FA, KOP)<br />
<br />
C) menurut kebudayaannya bentuk masyarakat :<br />
1) masyarakat primitive dan modern<br />
2) masyarakat desa dan kota<br />
3) masyarakat territorial ( daerah tertentu )<br />
4) masyarakat geneologis (anggota ada pertalian darah)<br />
5) masyarakat territorial geneologis<br />
<br />
D) menurut hubungan keluarga :<br />
1) keluarga inti (nuclear family)<br />
2) keluarga luas ( extended family)<br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;"><br />
Sumber: <a href="http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1878290-pengantar-ilmu-hukum-dan-pengantar/#ixzz1YUugIN6N" style="color: #003399;">http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1878290-pengantar-ilmu-hukum-dan-pengantar/#ixzz1YUugIN6N</a></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-75070724992322358872010-09-30T06:25:00.001-07:002010-09-30T06:25:36.511-07:00Filosofi WayangPindahnya Keraton Kasunanan dari Kartasura ke Desa Solo (sekarang Surakarta) membawa perkembangan juga dalam seni pewayangan. Seni pewayangan yang merupakan seni pakeliran dengan tokoh utamanya Ki Dalang adalah suatu bentuk seni gabungan antara unsur seni tatah sungging (seni rupa) dengan menampilkan tokoh wayangnya yang diiringi dengan gending/irama gamelan, diwarnai dialog (antawacana), menyajikan lakon dan pitutur/petunjuk hidup manusia dalam falsafah.<br />
Seni pewayangan dapat digelar dalam bentuk Wayang Kulit Purwa, dilatar-belakangi layar/kelir dengan pokok cerita yang sumbernya dari Mahabharata dan Ramayana, berasal dari India. Namun ada juga pagelaran wayang kulit purwa dengan lakon cerita yang di petik dari ajaran Budha, seperti cerita yang berkaitan dengan upacara ruwatan (pensucian diri manusia). Pagelaran wayang kulit purwa biasanya memakan waktu semalam suntuk.<br />
Semasa Sri Susuhunan X di Solo didirikan tempat pementasan Wayang Orang, yaitu di Sriwedari yang merupakan bentuk pewayangan panggung dengan pemainnya terdiri dari orang-orang yang memerankan tokoh-tokoh wayang. Baik cerita maupun dialognya dilakukan oleh masing-masing pemain itu sendiri. Pagelaran ini diselenggarakan rutin setiap malam. Bentuk variasi wayang lainnya yaitu wayang Golek yang wayangnya terdiri dari boneka kayu.<br />
Seniman cina yang berada di Solo juga kadang menggelar wayang golek cina yang disebut Wayang Potehi. Dengan cerita dari negeri Cina serta iringan musiknya khas cina.<br />
Ada juga Wayang Beber yang dalam bentuknya merupakan lembaran kain yang dilukis dan diceritakan oleh sang Dalang, yang ceritanya berkisar mengenai Keraton Kediri, Ngurawan, Singasari (lakon Panji).<br />
Wayang Klitik adalah jenis pewayangan yang media tokohnya terbuat dari kayu, ceritanya diambil dari babat Majapahit akhir (cerita Dhamarwulan).<br />
Dulu terkadang "wong Solo" memanfaatkan waktu senggangnya membuat wayang dari rumput, disebut Wayang Rumput<br />
Orang jawa mempunyai jenis kesenian tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini dan mampu menyentuh hati sanubari dan menggetarkan jiwa, yaitu seni pewayangan. Selain sebagai alat komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa merupakan sibolisme pandangan-pandangan hidup orang jawa mengenai hal-hal kehidupan.<br />
Dalam wayang seolah-olah orang jawa tidak hanya berhadapan dengan teori-teori umum tentang manusia, melainkan model-model hidup dan kelakuan manusia digambarkan secara konkrit. Pada hakekatnya seni pewayangan mengandung konsepsi yang dapat dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok sosial tetentu.<br />
Konsepsi-konsepsi tersebut tersusun menjadi nilai nilai budaya yang tersirat dan tergambar dalam alur cerita-ceritanya, baik dalam sikap pandangan terhadap hakekat hidup, asal dan tujuan hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan lingkungannya serta hubungan manusia jawa dengan manusia lain.<br />
Pertunjukkan wayang terutama wayang kulit sering dikaitkan dengan upacara adat: perkawinan, selamatan kelahiran bayi, pindahan rumah, sunatan, dll, dan biasanya disajikan dalam cerita-cerita yang memaknai hajatan dimaksud, misalnya dalam hajatan perkawinan cerita yang diambil "Parto Krama" (perkawinan Arjuna), hajatan kelahiran ditampilkan cerita Abimanyu lahir, pembersihan desa mengambil cerita "Murwa Kala/Ruwatan"dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-73571140107098007502010-08-16T19:42:00.000-07:002010-08-16T19:42:03.083-07:00ALIRAN ILMU GAIB KEJAWEN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC9_pi7q1W5upr79x4x6o1pz_ytAPBBhD8U2KVd3g9PKVBgMBfkbnGVYyXfng-1RhtCuqe2F7VQupfHLSrftMaFvbbLKkxqx-zw2DYfh4NDbnDgASEJSofAY1kL-mn2K0ZDT3yL3ixUnA/s1600/EHM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC9_pi7q1W5upr79x4x6o1pz_ytAPBBhD8U2KVd3g9PKVBgMBfkbnGVYyXfng-1RhtCuqe2F7VQupfHLSrftMaFvbbLKkxqx-zw2DYfh4NDbnDgASEJSofAY1kL-mn2K0ZDT3yL3ixUnA/s320/EHM.jpeg" /></a></div><strong><span style="font-size: 130%;"></span></strong><span style="font-size: 100%;">Sebelum membahas Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen, saya akan memperjelas dulu pengertian Ilmu Gaib yang kita pakai sebagai istilah di sini. Ilmu Gaib adalah kemampuan melakukan sesuatu yang tidak wajar melebihi kemampuan manusia biasa, sering juga disebut sebagai Ilmu Metafisika, Ilmu Supranatural atau Ilmu Kebatinan karena menyangkut hal-hal yang tidak nampak oleh mata. Beberapa kalangan menganggap Ilmu Gaib sebagai hal yang sakral, keramat dan terlalu memuliakan orang yang memilikinya, bahkan menganggap wali atau orang suci.<br />
<br />
Perlu saya terangkan, bahwa keajaiban atau karomah yang ada pada Wali (orang suci kekasih Tuhan) tidak sama dengan Ilmu Gaib yang sedang kita pelajari. Wali tidak pernah mengharap mempunyai keajaiban tersebut. Karomah itu datang atas kehendak Allah karena mereka adalah orang yang sangat saleh dan rendah hati. Sementara kita adalah orang yang meminta kepada Allah agar melimpahakan kekuasaan-Nya untuk keperluan kita.<br />
<br />
Dalam hasanah perkembangan Ilmu Gaib di Indonesia, kita mengenal dua aliran utama yaitu Aliran Hikmah dan Aliran Kejawen. Aliran Hikmah berkembang di kalangan pesantren dengan ciri khas doa/mantra yang murni berbahasa Arab (kebanyakan bersumber dari Al-Quran). Sedangkan aliran Kejawen yang ada sekarang sebetulnya sudah tidak murni kejawen lagi, melainkan sudah bercampur dengan tradisi islam. Mantranya pun kebanyakan diawali dengan basmalah kemudian dilanjutkan dengan mantra jawa. Oleh kerena itu, saya menyebutnya Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen.<br />
<br />
<strong>Aliran Islam Kejawen</strong><br />
<br />
Ilmu Gaib Aliran Islam Kejawen bersumber dari alkulturasi (penggabungan) budaya jawa dan nilai-nilai agama islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa yang diawali basmalah dan dilanjutkan kalimat bahasa jawa, kemudian diakhiri dengan dua kalimat sahadad. Aliran Islam Jawa tumbuh syubur di desa-desa yang kental dengan kegiatan keagamaan (pesantren yang masih tradisional).<br />
<br />
Awal mula aliran ini adalah budaya masyarakat jawa sebelum islam datang yang memang menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual untuk mendapatkan kemampuan suparantural. Para pengembang ajaran islam di Pulau Jawa (Wali Songo) tidak menolak tradisi jawa tersebut, melainkan memanfaatkannya sebagi senjata dakwah.<br />
<br />
Para Wali menyusun ilmu-ilmu Gaib dengan tatacara lelaku yang lebih islami, misalnya puasa, wirid mantra bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do'a kepada Allah. Mungkin alasan mengapa tidak disusun mantra yang seluruhnya berbahasa Arab adalah agar orang jawa tidak merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru mereka kenal.<br />
<br />
Di Indonesia, khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said). Beliau inilah yang paling banyak mewarnai paham islam-kejawen yang dianut orang-orang jawa saat ini. Sunan Kali jaga menjadikan kesenian dan budaya sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga dalam penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung. Kidung-kidung yang diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat berharga. Ajaran islam yang luwes dan menerima berbagai perbedaan.<br />
<br />
Bahkan Sunan Kali Jaga juga menciptakan satu kidung <em><strong>"Rumeksa Ing Tengah Wengi"</strong></em>. Kidungan tersebut, menurut pemahaman kebanyakan orang kejawen bisa disebut sebagai Ilmu Gaib atau Ilmu Supranatural, karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini memiliki berbagai kemampuan supranatural</span>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-35008366667892657982010-08-16T19:38:00.000-07:002010-08-16T19:38:19.501-07:00PUASA ALA KEJAWEN<div class="snap_preview"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSwn6eQb9xwqSczcG004_kx0etap5Tro78ErW22rSn-IA2p1Dt7EZtImCkh8c0GYqPoxpeN18lGL_5o_DzX6ogQNt8f37q2NsYe7OGs17nx7Sy6EManL0d_dd-QZIbKAD1D55ZUIVa_h8/s1600/glodok.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSwn6eQb9xwqSczcG004_kx0etap5Tro78ErW22rSn-IA2p1Dt7EZtImCkh8c0GYqPoxpeN18lGL_5o_DzX6ogQNt8f37q2NsYe7OGs17nx7Sy6EManL0d_dd-QZIbKAD1D55ZUIVa_h8/s320/glodok.jpg" /></a></div>:: PUASA ala KEJAWEN ::-<br />
Puasa dan tapa adalah dua hal yang sangat penting bagi peningkatan spiritual seseorang. Disemua ajaran agama biasanya disebutkan tentang puasa ini dengan berbagai versi yang berbeda.<br />
Menurut sudut pandang spiritual metafisik, puasa mempunyai efek yang sangat baik dan besar terhadap tubuh dan fikiran. Puasa dengan cara supranatural mengubah sistem molekul tubuh fisik dan eterik dan menaikkan vibrasi/getarannya sehingga membuat tubuh lebih sensitif terhadap energi/kekuatan supranatural sekaligus mencoba membangkitkan kemampuan indera keenam seseorang. Apabila seseorang telah terbiasa melakukan puasa, getaran tubuh fisik dan eteriknya akan meningkat sehingga seluruh racun,energi negatif dan makhluk eterik negatif yang ada didalam tubuhnya akan keluar dan tubuhnya akan menjadi bersih. Setelah tubuhnya bersih maka roh-roh suci pun akan datang padanya dan menyatu dengan dirinya membantu kehidupan nya dalam segala hal.<br />
Didalam peradaban/tradisi pendalaman spiritual ala kejawen, seorang penghayat kejawen biasa melakukan puasa dengan hitungan hari tertentu (biasanya berkaitan dengan kalender jawa). Hal tersebut dilakukan untuk menaikkan kekuatan dan kemampuan spiritual metafisik mereka dan untuk memperkuat hubungan mereka dengan saudara kembar gaib mereka yang biasa disebut SADULUR PAPAT KALIMA PANCER.<br />
apapun nama dan pelaksanaan puasa, bila puasa dilakukan dengan niat yang tulus, maka tak mungkin akan membuat manusia yang melakoninya celaka. Bahkan medis mampu membuktikan betapa puasa memberikan efek yang baik bagi tubuh, terutama untuk mengistirahatkan oragan-oragan pencernaan.<br />
Intinya adalah ketika seseorang berpuasa dengan ikhlas, maka orang tersebut akan terbersihkan tubuh fisik dan eteriknya dari segala macam kotoran. Ada suatu konsep spiritual yang berbunyi “matikanlah dirimu sebelum engkau mati”, arti dari konsep tersebut kurang lebih kalau kita sering ‘menyiksa’ tubuh maka jiwa kita akan menjadi kuat. Karena yang hidup adalah jiwa, raga akan musnah suatu saat nanti. Itulah sedikit konsep spiritual jawa yang banyak dikenal. Para penghayat kejawen telah ‘menemukan’ metode-metode untuk membangkitkan spirit kita agar kita menjadi manusia yang kuat jiwanya dan luas alam pemikirannya, salah satunya yaitu dengan menemukan puasa-puasa dengan tradisi kejawen. Atas dasar konsep ‘antal maut qoblal maut’ diatas puasa-puasa ini ditemukan dan tidak lupa peran serta para ghaib, arwah leluhur serta roh-roh suci yang membantu membimbing mereka dalam peningkatan spiritualnya.<br />
>>> Macam-macam puasa ala Kejawen :<br />
1. Mutih<br />
Dalam puasa mutih ini seseorang tdk boleh makan apa-apa kecuali hanya nasi putih dan air putih saja. Nasi putihnya pun tdk boleh ditambah apa-apa lagi (seperti gula, garam dll.) jadi betul-betul hanya nasi putih dan air puih saja. Sebelum melakukan puasa mutih ini, biasanya seorang pelaku puasa harus mandi keramas dulu sebelumnya dan membaca mantra ini : “niat ingsun mutih, mutihaken awak kang reged, putih kaya bocah mentas lahirdipun ijabahi gusti allah.”<br />
2. Ngeruh<br />
Dalam melakoni puasa ini seseorang hanya boleh memakan sayuran / buah-buahan saja. Tidak diperbolehkan makan daging, ikan, telur dsb.<br />
3. Ngebleng<br />
Puasa Ngebleng adalah menghentikan segala aktifitas normal sehari-hari. Seseorang yang melakoni puasa Ngebleng tidak boleh makan, minum, keluar dari rumah/kamar, atau melakukan aktifitas seksual. Waktu tidur-pun harus dikurangi. Biasanya seseorang yang melakukan puasa Ngebleng tidak boleh keluar dari kamarnya selama sehari semalam (24 jam). Pada saat menjelang malam hari tidak boleh ada satu lampu atau cahaya-pun yang menerangi kamar tersebut. Kamarnya harus gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun. Dalam melakoni puasa ini diperbolehkan keluar kamar hanya untuk buang air saja.<br />
4. Pati geni<br />
Puasa Patigeni hampir sama dengan puasa Ngebleng. Perbedaanya ialah tidak boleh keluar kamar dengan alasan apapun, tidak boleh tidur sama sekali. Biasanya puasa ini dilakukan sehari semalam, ada juga yang melakukannya 3 hari, 7 hari dst. Jika seseorang yang melakukan puasa Patigeni ingin buang air maka, harus dilakukan didalam kamar (dengan memakai pispot atau yang lainnya). Ini adalah mantra puasa patigeni : “niat ingsun patigeni, amateni hawa panas ing badan ingsun, amateni genine napsu angkara murka krana Allah taala”.<br />
5. Ngelowong<br />
Puasa ini lebih mudah dibanding puasa-puasa diatas Seseorang yang melakoni puasa Ngelowong dilarang makan dan minum dalam kurun waktu tertentu. Hanya diperbolehkan tidur 3 jam saja (dalam 24 jam). Diperbolehkan keluar rumah.<br />
6. Ngrowot<br />
Puasa ini adalah puasa yang lengkap dilakukan dari subuh sampai maghrib. Saat sahur seseorang yang melakukan puasa Ngrowot ini hanya boleh makan buah-buahan itu saja! Diperbolehkan untuk memakan buah lebih dari satu tetapi hanya boleh satu jenis yang sama, misalnya pisang 3 buah saja. Dalam puasa ini diperbolehkan untuk tidur.<br />
7. Nganyep<br />
Puasa ini adalah puasa yang hanya memperbolehkan memakan yang tidak ada rasanya. Hampir sama dengan Mutih , perbedaanya makanannya lebih beragam asal dengan ketentuan tidak mempunyai rasa.<br />
8. Ngidang<br />
Hanya diperbolehkan memakan dedaunan saja, dan air putih saja. Selain daripada itu tidak diperbolehkan.<br />
9. Ngepel<br />
Ngepel berarti satu kepal penuh. Puasa ini mengharuskan seseorang untuk memakan dalam sehari satu kepal nasi saja. Terkadang diperbolehkan sampai dua atau tiga kepal nasi sehari.<br />
10. Ngasrep<br />
Hanya diperbolehkan makan dan minum yang tidak ada rasanya, minumnya hanya diperbolehkan 3 kali saja sehari.<br />
11. Senin-kamis<br />
Puasa ini dilakukan hanya pada hari senin dan kamis saja seperti namanya. Puasa ini identik dengan agama islam. Karena memang Rasulullah SAW menganjurkannya.<br />
12. Wungon<br />
Puasa ini adalah puasa pamungkas, tidak boleh makan, minum dan tidur selama 24 jam.<br />
13. Tapa Jejeg<br />
Tidak duduk selama 12 jam<br />
14. Lelono<br />
Melakukan perjalanan (jalan kaki) dari jam 12 malam sampai jam 3 subuh (waktu ini dipergunakan sebagai waktu instropeksi diri).<br />
15. Kungkum<br />
Kungkum merupakan tapa yang sangat unik. Banyak para pelaku spiritual merasakan sensasi yang dahsyat dalam melakukan tapa ini. Tatacara tapa Kungkum adalah sebagai beikut :<br />
a) Masuk kedalam air dengan tanpa pakaian selembar-pun dengan posisi bersila (duduk) didalam air dengan kedalaman air se tinggi leher.<br />
b) Biasanya dilakukan dipertemuan dua buah sungai<br />
c) Menghadap melawan arus air<br />
d) Memilih tempat yang baik, arus tidak terlalu deras dan tidak terlalu banyak lumpur didasar sungai<br />
e) Lingkungan harus sepi, usahakan tidak ada seorang manusiapun disana<br />
f) Dilaksanakan mulai jam 12 malam (terkadang boleh dari jam 10 keatas) dan dilakukan lebih dari tiga jam (walau ada juga yang memperbolehkan pengikutnya kungkum hanya 15 menit).<br />
g) Tidak boleh tertidur selama Kungkum<br />
h) Tidak boleh banyak bergerak<br />
i) Sebelum masuk ke sungai disarankan untuk melakukan ritual pembersihan (mandi dulu)<br />
j) Pada saat akan masuk air baca mantra ini :<br />
“ Putih-putih mripatku Sayidina Kilir, Ireng-ireng mripatku Sunan Kali Jaga, Telenging mripatku Kanjeng Nabi Muhammad.”<br />
k) Pada saat masuk air, mata harus tertutup dan tangan disilangkan di dada<br />
l) Nafas teratur<br />
m) Kungkum dilakukan selama 7 malam biasanya<br />
16. Ngalong<br />
Tapa ini juga begitu unik. Tapa ini dilakuakn dengan posisi tubuh kepala dibawah dan kaki diatas (sungsang). Pada tahap tertentu tapa ini dilakukan dengan kaki yang menggantung di dahan pohon dan posisi kepala di bawah (seperti kalong/kelelawar). Pada saat menggantung dilarang banyak bergerak. Secara fisik bagi yang melakoni tapa ini melatih keteraturan nafas. Biasanya puasa ini dibarengi dengan puasa Ngrowot.<br />
17. Ngeluwang<br />
Tapa Ngeluwang adalah tapa paling menakutkan bagi orang-orang awam dan membutuhkan keberanian yang sangat besar. Tapa Ngeluwang disebut-sebut sebagai cara untuk mendapatkan daya penglihatan gaib dan menghilangkan sesuatu. Tapa Ngeluwang adalah tapa dengan dikubur di suatu pekuburan atau tempat yang sangat sepi. Setelah seseorang selesai dari tapa ini, biasanya keluar dari kubur maka akan melihat hal-hal yang mengerikan (seperti arwah gentayangan, jin dlsb). Sebelum masuk kekubur, disarankan baca mantra ini :<br />
“ Niat ingsun Ngelowong, anutupi badan kang bolong siro mara siro mati, kang ganggu maang jiwa insun, lebur kaya dene banyu krana Allah Ta’ala.”<br />
Dalam melakoni puasa-puasa diatas, bagi pemula sangatlah berat jika belum terbiasa. Oleh karena itu disini akan dibekali dengan ilmu lambung karang. Ilmu ini berfungsi untuk menahan lapar dan dahaga. Dengan kata lain ilmu ini dapat sangat membantu bagi oarang-orang yang masih ragu-ragu dalam melakoni puasa-puasa diatas. Selain praktis dan mudah dipelajari, sebenarnya ilmu lambung karang ini berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang kebanykan harus ditebus/dimahari dengan puasa. Selain itu syarat atau cara mengamalkannyapun sangat mudah, yaitu :<br />
1. Mandi keramas/jinabat untuk membersihkan diri dari segala macam kekotor<br />
2. Menjaga hawa nafsu.<br />
3. Baca mantra lambung karang ini sebanyak 7 kali setelah shalat wajib 5 waktu, yaitu :<br />
Bismillahirrahamanirrahim<br />
Cempla cempli gedhene<br />
Wetengku saciplukan bajang<br />
Gorokanku sak dami aking<br />
Kapan ingsun nuruti budine<br />
Aluamah kudu amangan wareg<br />
Ngungakna mekkah madinah<br />
Wareg tanpa mangan<br />
Kapan ingsun nuruti budine<br />
Aluamah kudu angombe<br />
Ngungakna segara kidul<br />
Wareg tanpa angombe<br />
Laailahaillallah Muhammad Rasulullah<br />
Selain melakoni puasa-puasa diatas masyarakat kejawen juga melakukan puasa-puasa yang diajarkan oleh agama islam, seperti puasa ramadhan, senin kamis, puasa 3 hari pada saat bulan purnama, puasa Nabi Daud AS dll. Inti dari semua lakon mereka tujuannya hanya satu yaitu mendekatkan diri dengan Allah SWT agar diterima iman serta islam mereka.<br />
</div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-7248357224018762092010-08-16T19:32:00.000-07:002010-08-16T19:32:23.677-07:00Falsafah Jawa, Kejawen dan Isalam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-w3jBs5icVyFcQ34alAmVkPzxyp_xr4H8AXlo39DJKMynY493P3zvGvelTEb9sRr6OZuwTSyEa7SHhgYqEcF5jH72gBBej8zwJ5vlcRag11R72__eInj7tolS5iIczroVIG_wgEhRpTI/s1600/BIMA.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-w3jBs5icVyFcQ34alAmVkPzxyp_xr4H8AXlo39DJKMynY493P3zvGvelTEb9sRr6OZuwTSyEa7SHhgYqEcF5jH72gBBej8zwJ5vlcRag11R72__eInj7tolS5iIczroVIG_wgEhRpTI/s320/BIMA.jpeg" /></a></div>JAWA dan <i>kejawen </i>seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. <i>Kejawen </i>bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , <i>ular-ular</i> ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo). <br />
Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang <i>Serat Kalimasada</i> (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti<i> mandraguna</i>. Tidak ada yang tahu apa isi <i>serat</i> ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari <i>serat</i> inipun dibeberkan oleh dalang. Isi <i>serat Kalimasada</i> berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya" ,isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.<br />
Dalam pertunjukan wayangpun sang wali selalu mengadakan di halaman masjid, yang disekelilingnya di beri parit melingkar berair jernih. Guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk w<i>isuh </i>atau mencuci kaki mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi dari wudu yang disampaikan secara baik.<br />
Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan lagu-lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu <i>Ilir-Ilir.</i> Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini di antaranya :<br />
<i>Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar :</i> Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,<br />
<i>Cah angon,cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore</i> : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (<i>angon bhumi</i>). <i>Penekno blimbing kuwi</i> ,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Salat lima waktu. Sedang <i>lunyu-lunyu penekno</i> , berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. <i>Kanggo sebo mengko sore</i>, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).<br />
<i>Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane</i> : Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).<br />
Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.<br />
Dalam lagu-lagu Jawa, ada <i>gendhing</i> bernama <i>Mijil</i>, <i>Sinom, Maskumambang, kinanthi, asmaradhana,</i>hingga<i> megatruh dan pucung.</i> Ternyata kesemuanya merupakan perjalanan hidup seorang manusia. Ambillah <i>Mijil</i>,yang berarti keluar, dapat diartikan sebagai lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu. <i>Sinom </i>dapat di artikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar.<i> Maskumambang</i> berarti seorang pria dewasa yang cukup umur untuk menikah, sedangkan untuk putrinya dengan <i>gendhingKinanthi</i>. Proses berikutnya adalah pernikahan atau <i>katresnan</i> antar keduanya disimbolkan dengan <i>Asmaradhana.</i> Hingga akhirnya <i>Megatruh</i>, atau dapat dipisah <i>Megat-Ruh.Megat</i> berarti bercerai atau terpisah sedangkan ruh adalah Roh atau jiwa seseorang. Ini proses <i>sakaratul maut</i> seorang manusia. Sebagai umat beragama islam tentu dalam prosesi penguburannya ,badan jenazah harus dikafani dengan kain putih, mungkin inilah yang disimbolkan dengan <i>pucung</i> (atau Pocong).<br />
Kesemua jenis <i>gendhing </i>ditata apik dengan syai-syair yang beragam, sehingga mudah dan selalu pas untuk didendangkan pada masanya.<br />
Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama islam . Sistem politik A<i>ja Nabrak Tembok</i> (tidak menentang arus) diterapkan oleh para dunan..<br />
Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi.<br />
1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.<br />
2. Candra (Bulan) , yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.<br />
3. Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan<br />
4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.<br />
5. Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.<br />
6. Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.<br />
7. Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.<br />
8. Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.<br />
Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : A<i>ja gumunan, aja kagetan lan aja dumeh.</i> Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (<i>gumun) </i>terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (<i>dumeh) </i>dan <i>aji mumpung</i> sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.<br />
Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan, <i>Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni,kena takon ning aja ngrusuhi.</i> Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan) , boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (<i>ngrusuhi</i>) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orang pun akan menilai baik.<br />
Dalam kehidupan umum pun ada falsafah yang menjelaskan tentang <i>The Right Man on the Right Place</i> (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya). Di falsafah jawa istilah itu diucapakan dengan <i>Ajining diri saka pucuke Lathi, Ajining raga saka busana.</i> Artinya harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya). Sehingga tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Tidak mengintervensi dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini ,sebenarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang dapat kita jumpai (lagi). Sebagai contoh tidak ada bedanya seorang mahasiswa yang pergi ke kampus dengan yang pergi ke mal , dan itu baru dilihat dari segi busana/bajunya , yang tentu saja baju akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan psikologi seseorang.<br />
Masih banyak filsafat Jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, terlebih keinginan saya bukan untuk banyak membahas hal ini, mengingat ini bukan bidang saya, namun kami hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa, banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa) kita saja, sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar)-nya saja.dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-84704250488617158932010-08-10T00:41:00.000-07:002011-06-25T04:52:34.823-07:00Budaya Islam Lokal Dalam Tradisi NU<div class="ja-thumbnailwrap thumb-right" style="width: 200px;"><div class="ja-thumbnail clearfix"><div class="thumbnail" style="position: relative; z-index: 2;"><a class="fancyboxgroup" href="http://www.warta-ummat.com/images/stories/doa-sedih.jpg" rel="jagroupgroup" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" title=""> <img border="0" src="http://www.warta-ummat.com/images/resized/images/stories/doa-sedih_200_200.jpg" /><span style="color: white;"> </span></a><span style="color: white;"> </span><script language="javascript" type="text/javascript">
<font color="#ffffff">
/* <![CDATA[ */
jQuery(document).ready(function() {
if( ! jQuery("a.fancyboxgroup").fancybox({
imageScale:1,
centerOnScroll: 1}) )
{ document.write(''); }
});
/* ]]> */
</font>
</script><span style="color: white;"> </span></div></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCFJCeF8zWcy0dx7oUoOojr0n7L14ZFl6gLtqNDGIT-N_N9_OJQ-aKMCP9l-Jehx75DE84Fff7F4V32iEoXMMaP1JztBqwNI3ov1sO9nXKjZSwm0Sbr244XbZ2v6dOtCQXxcfJ7vLuz1s/s1600/nu12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCFJCeF8zWcy0dx7oUoOojr0n7L14ZFl6gLtqNDGIT-N_N9_OJQ-aKMCP9l-Jehx75DE84Fff7F4V32iEoXMMaP1JztBqwNI3ov1sO9nXKjZSwm0Sbr244XbZ2v6dOtCQXxcfJ7vLuz1s/s320/nu12.jpg" width="320" /></a></div><span style="color: white;"><br />
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span style="color: white;">Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang berbudaya, akan terjadi tarik menarik antara kepentingan agama di satu sisi dengan kepentingan budaya di sisi lain. Demikian juga halnya dengan agama Islam yang diturunkan di tengah-tengah masyarakat Arab yang memiliki adat-istiadat dan tradisi secara turun-temurun. Mau tidak mau dakwah islam yang dilakukan Rasulullah harus selalu mempertimbangkan seg-segi budaya masyarakat Arab waktu itu. Bahkan, sebagian ayat al-Qur’an turun melalui tahapan penyesuaian budaya setempat.1</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Proses adaptasi antara ajaran Islam (wahyu) dengan kondisi masyarakat dapat dilihat dengan banyaknya ayat yang memiliki asbâb al-nuzûl. Asbâb al-nuzûl merupakan penjelasan tentang sebab atau kausalitas sebuah ajaran yang diintegrasikan dan ditetapkan berlakunya dalam lingkungan sosial masyarakat. Asbâb al-nuzûl juga merupakan bukti adanya negosiasi antara teks al-Qur’an dengan konteks masyarakat sebagai sasaran atau tujuan wahyu.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Hubungan antara agama dengan kebudayaan merupakan sesuatu yang ambivalen. Agama (Islam ) dan budaya mempunyai independensi masing-masing, tetapi keduanya memiliki wilayah yang tumpang-tindih. Di sisi lain, kenyataan tersebut tidak menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk budaya.2</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Pada perkembangan selanjutnya terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam tentang hasil dari proses dialog tersebut. Sebagian berpendapat rumusan ketetapan dianggap sebagai ajaran final yang harus diterapkan di semua lapisan ummat Islam, sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa yang final bukanlah hasil dari proses dialog, tetapi nilai dasar yang ingin disampaikan dari ayat yang bersangkutan. Sehingga sangat mungkin terjadi perbedaan aplikasi dari ketentuan yang sudah ada. Hal ini karena masing-masing umat islam memiliki budaya yang berbeda, hasil akhirnya ditentukan oleh kreatifitas masyarakat dalam mendialogkan kebudayaan mereka dengan ajaran agama yang diyakininya.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di sisi lain terdapat pendapat bahwa Islam tidak identik dengan Arab, sehingga tidak semua yang berbau Arab adalah Islam. Harus dibedakan antara Islam sebagai agama dan Arab sebagai budaya. Di sinilah perlunya memilah antara mana yang merupakan ajaran dasar Islam dan mana yang telah berakulturasi dengan budaya Arab. Islam adalah agama universal sehingga ajarannya harus bisa diterapkan di manapun dan pada waktu kapan pun. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Atas dasar inilah, pemikiran akulturasi Islam dengan budaya lokal dan relasi ajaran agama (Islam) dengan nilai-nilai lokal muncul termasuk di Indonesia. NU merupakan salah satu representasi dari ummat Islam di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk senantiasa mensinergikan ajarana agama (Islam) dengan budaya lokal dengan mengusung terma al-muhâfazat ‘alâ qadîm al-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh (menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik).</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Nahdlatul Ulama (NU) selalu menjadi inspirasi bagi gerakan dan pemikiran ke-Islam-an yang berwawasan kebangsaan, respons terhadap perubahan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal Nusantara. NU senantiasa memposisikan diri sebagai ‘jangkar’ Nusantara. Memperbincangkan sikap akomodatif NU terhadap tradisi atau budaya lokal sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sudah banyak tulisan-tulisan yang mengupas soal tradisi atau budaya lokal yang menjadi basis kekuatan NU. Namun, dalam pendangan penulis topik seputar hubungan NU dengan budaya atau tradisi lokal tetap aktual, mengingat dua hal berikut: pertama, sikap akomodatif NU terhadap budaya atau tardisi lokal bersifat dinamis. Kedua, saat ini banyak kalangan umat Islam di luar NU, khususnya yang berideologi puritanisme ala Wahabi yang sangat gencar “menyerang” ritual keagaman yang dianut kaum nahdliyyin. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan ihwal sikap akomodatif NU yang berbasis pesantren terhadap budaya lokal dalam konteks kehidupan kegamaan dan kebangsaan yang menjadi landasan ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> B. Akulturasi Islam dan Budaya Lokal di Indonesia : Perspektif Historis</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Hubungan antara Islam dengan isu-isu lokal adalah kegairahan yang tak pernah usai. Hubungan intim antara keduanya dipicu oleh kegairahan pengikut Islam yang mengimani agamanya: shalihun li kulli zaman wa makan—selalu baik untuk setiap waktu dan tempat. Maka Islam akan senatiasa dihadirkan dan diajak bersentuhan dengan keanekaragaman konteks. Dan fakta yang takbisa dipungkiri, kehadiran Islam tersebut dalam setiap konteks tertentu; tak nihil dari muatan-muatan lokal yang mendahului kehadiran Islam. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam ungkapan yang lebih bernas, Islam tidak datang ke sebuah tempat, dan di suatu masa yang hampa budaya. Dalam ranah ini, hubungan antara Islam dengan anasis-anasir lokal mengikuti model keberlangsungan (al-namudzat al-tawashuli), ibarat manusia yang turun-temurun lintas generasi, demikian juga kawin-mawin antara Islam dengan muatan-muatan lokal.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di sisi lain, Islam merupakan agama yang berkarakteristikkan universal, dengan pandangan hidup (weltanchaung) mengenai persamaan, keadilan, takaful, kebebasan dan kehormatan serta memiliki konsep teosentrisme yang humanistik sebagai nilai inti (core value) dari seluruh ajaran Islam, dan karenanya menjadi tema peradaban Islam.3 Pada saat yang sama, dalam menerjemahkan konsep-konsep langitnya ke bumi, Islam mempunyai karakter dinamis, elastis dan akomodatif dengan budaya lokal, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam itu sendiri. Permasalahannya terletak pada tata cara dan teknis pelaksanaan. Inilah yang diistilahkan Gus Dur dengan “pribumisasi Islam”.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Upaya rekonsiliasi memang wajar antara agama dan budaya di Indonesia dan telah dilakukan sejak lama serta bisa dilacak bukti-buktinya. Masjid Demak adalah contoh konkrit dari upaya rekonsiliasi atau akomodasi itu. Ranggon atau atap yang berlapis pada masa tersebut diambil dari konsep ‘Meru’ dari masa pra Islam (Hindu-Budha) yang terdiri dari sembilan susun. Sunan Kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini melambangkan tiga tahap keberagamaan seorang muslim; iman, Islam dan ihsan. Pada mulanya, orang baru beriman saja kemudian ia melaksanakan Islam ketika telah menyadari pentingnya syariat. Barulah ia memasuki tingkat yang lebih tinggi lagi (ihsan) dengan jalan mendalami tasawuf, hakikat dan makrifat.4</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Hal ini berbeda dengan Kristen yang membuat gereja dengan arsitektur asing, arsitektur Barat. Kasus ini memperlihatkan bahwa Islam lebih toleran terhadap budaya lokal. Budha masuk ke Indonesia dengan membawa stupa, demikian juga Hindu. Islam, sementara itu tidak memindahkan simbol-simbol budaya Islam Timur Tengah ke Indonesia. Hanya akhir-akhir ini saja bentuk kubah disesuaikan. Dengan fakta ini, terbukti bahwa Islam tidak anti budaya. Semua unsur budaya dapat disesuaikan dalam Islam. Pengaruh arsitektur India misalnya, sangat jelas terlihat dalam bangunan-bangunan mesjidnya, demikian juga pengaruh arsitektur khas mediterania. Budaya Islam memiliki begitu banyak varian.5</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Yang patut diamati pula, kebudayaan populer di Indonesia banyak sekali menyerap konsep-konsep dan simbol-simbol Islam, sehingga seringkali tampak bahwa Islam muncul sebagai sumber kebudayaan yang penting dalam kebudayaan populer di Indonesia.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Kosakata bahasa Jawa maupun Melayu banyak mengadopsi konsep-konsep Islam. Taruhlah, dengan mengabaikan istilah-istilah kata benda yang banyak sekali dipinjam dari bahasa Arab, bahasa Jawa dan Melayu juga menyerap kata-kata atau istilah-istilah yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Istilah-istilah seperti wahyu, ilham atau wali misalnya, adalah istilah-istilah pinjaman untuk mencakup konsep-konsep baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam khazanah budaya populer.6</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam hal penggunaan istilah-istilah yang diadopsi dari Islam, tentunya perlu membedakan mana yang “Arabi-sasi”, mana yang “Islamisasi”. Penggunaan dan sosialisasi terma-terma Islam sebagai manifestasi simbolik dari Islam tetap penting dan signifikan serta bukan seperti yang dikatakan Gus Dur, menyibukkan dengan masalah-masalah semu atau hanya bersifat pinggiran.7 Begitu juga penggunaan term shalat sebagai ganti dari sembahyang (berasal dari kata ‘nyembah sang Hyang’) adalah proses Islamisasi bukannya Arabisasi. Makna substansial dari shalat mencakup dimensi individual-komunal dan dimensi peribumisasi nilai-nilai substansial ini ke alam nyata. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di masa sekarang, khususnya di Jawa, sulit bagi kita untuk menemukan bentuk Islam yang asli dan orisinil. Ini dikarenakan, sebelum Islam masuk ke Indonesia, di Jawa sudah berkembang tradisi Hindu dan kejawen yang angat mengakar kuat di masyarakat. Hal ini kemudian sangat mempengaruhi pekembangan penyebaran Islam. Model dakwah kultural dengan cara damai yang dikembangkan oleh para penyebar agama Islam sangat berpengaruh pada eksistensi Islam saat ini. Dengan cara mengisi seluruh elemen budaya dam kehidupan dengan nilai-nilai Islam tanpa harus mengilangkan dan merubah budaya tersebut, menyebabkan Islam bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat. Implikasi logis dari model dakwah tersebut, yakni terjadinya akulturasi Islam dengan budaya lokal. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Saling sapa Islam dengan budaya lokal pertama dilakukan oleh para pedagang muslim yang datang ke Nusantara. Pedagang menyapa untuk mempromosikan dagangannya sekaligus menawarkan keyakinan keislamannya. Kekuatan ekonomi sebagai simbol kesejahteraan dan keimanan atau kepercayaan sebagai dasar kedamaian didialektikan secara bersamaan oleh para juru dakwah kepada masyarakat. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Kesejahteraan dan kedamaian tersebut dimantapkan secara sosio-religius dengan ikatan perkawinan yang membuat tradisi Islam Timur Tengah menyatu dengan tradisi Nusantara atau Jawa. Akulturasi budaya ini tidak mungkin terelakkan setelah terbentuknya keluarga muslim yang merupakan nucleus komunitas muslim dan selanjutnya memainkan peranan yang sangat besar dalam penyebaran Islam. Akulturasi budaya ini semakin menemukan momentumnya saat para pedagang ini menyunting keluarga elit pemerintahan atau keluarga kerajaan yang berimplikasi pada pewarisan “kekuatan politik” di kemudian hari.8 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Tiga daerah asal para pedagang tersebut dari Arab (Mekah-Mesir), Gujarat (India), dan Persia (Iran) tersebut menambah varian akulturasi budaya Islam Nusantara semakin plural. Hal ini bisa dirujuk adanya gelar sultan al-Malik bagi raja kesultanan Samudra Pasai. Gelar ini mirip dengan gelar sultan-sultan Mesir yang memegang madzhab syafi’iah, gaya batu nisan menunjukkan pengaruh budaya India, sedangkan tradisi syuroan menunjukkan pengaruh budaya Iran atau Persia yang syi’ah.9 Budaya Islam Nusantara memiliki warna pelangi. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di saat para pedagang dan kemunitas muslim sedang hangat memberikan sapaan sosiologis terhadap komunitas Nusantara dan mendapatkan respon yang cukup besar sehingga memiliki dampak politik yang semakin kuat, di Jawa kerajaan Majapahit pada abad ke-14 mengalami kemunduran dengan ditandai candra sangkala, sirna ilang kertaning bumi (1400/1478 M) yang selanjutnya runtuh karena perang saudara. Setelah Majapahit runtuh daerah-daerah pantai seperti Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara, dan Kudus mendeklarasikan kemerdekaannya kemudian semakin bertambah kokoh dan makmur. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dengan basis pesantren daerah-daerah pesisir ini kemudian mendaulat Raden Fatah yang diakui sebagai putra keturunan Raja Majapahit menjadi sultan kesultanan Demak yang pertama. Demak sebagai “simbol kekuatan politik” hasil akulturasi budaya lokal dan Islam menunjukkan dari perkawinan antara pedagang Muslim dengan masyarakat lokal sekaligus melanjutkan “warisan” kerajaan Majapahit yang dibangun di atas tradisi budaya Hindu-Budhis yang kuat sehingga peradaban yang berkembang terasa bau mistik panteistiknya dan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan keagamaan Islam Jawa sejak abad ke 15 dan 16. Hal ini bisa ditemukan dalam karya sastra Jawa10 yang menunjukkan dimensi spiritual mistik yang kuat. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Islam yang telah berinteraksi dengan budaya Arab, India, dan Persia dimatangkan kembali dengan budaya Nusantara yang animis-dinamis dan Hindu-Budhis. Jika ditarik pada wilayah lokal Jawa masyarakat muslim Jawa menjadi cukup mengakar dengan budaya Jawa Islam yang memiliki kemampuan yang kenyal (elastis) terhadap pengaruh luar sekaligus masyarakat yang mampu mengkreasi berbagai budaya lama dalam bentuk baru yang labih halus dan berkualitas.11 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Asimilasi budaya dan akomodasi pada akhirnya menghasilkan berbagai varian keislaman yang disebut dengan Islam lokal yang berbeda dengan Islam dalam great tradition. Fenomena demikian bagi sebagian pengamat memandangnya sebagai penyimpangan terhadap kemurnian Islam dan dianggapnya sebagai Islam sinkretis. Meskipun demikian, banyak peneliti yang memberikan apresiasi positif dengan menganggap bahwa setiap bentuk artikulasi Islam di suatu wilayah akan berbeda dengan artikulasi Islam di wilayah lain. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Untuk itu gejala ini merupakan bentuk kreasi umat dalam me-mahami dan menerjemahkan Islam sesuai dengan budaya mereka sendiri sekaligus akan memberikan kontribusi untuk memperkaya mozaik budaya Islam. Proses penerjemahan ajaran Islam dalam budaya lokal memiliki ragam varian seperti ritual suluk bagi masyarakat Minangkabau12 yang mengikuti tarekat Naqsyabandiyyah, sekaten di Jogjakarta, lebaran di Indonesia, dan lain sebagainya. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Persinggungan Islam di Jawa dengan budaya kejawen dan lingkungan budaya istana (Majapahit) mengolah unsur-unsur hinduisme dan budaya pedesaan (wong cilik) yang tetap hidup meskipun lambat laun penyebaran dan tradisi keislaman semakin jelas hasilnya. Budaya Islam masih sulit diterima dan menembus lingkungan budaya Jawa istana yang telah canggih dan halus itu. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Penolakan raja Majapahit tidak terhadap agama baru, membuat Islam tidak mudah masuk lingkungan istana. Untuk itu para dai agama Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya dalam lingkungan masyarakat pedesaan, terutama daerah pesisiran dan diterima secara penuh oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan budaya intelektual mereka.13 Dalam kerja sosial dan dakwahnya, para Wali Songo juga merespon cukup kuat terhadap sikap akomodatif terhadap budaya tersebut. Di antara mereka yang sering disebut adalah Sunan Kalijaga.14 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Demoralisasi yang terjadi di Jawa karena perang saudara tersebut, kalangan muslim, lewat beberapa tokohnya seperti Sunan Kalijaga mampu menampilkan sosok yang serba damai dan rukun. Jawa sebagai negeri pertanian yang amat produktif, damai, dan tenang. Sikap akomodatif yang dilakukan oleh para dai ini melahirkan kedamaian dan pada gilirannya menumbuhkan simpati bagi masyarakat Jawa. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Selain karena proses akulturasi budaya akomodatif tersebut, menurut Ibnu Kholdun, juga karena kondisi geografis seperti kesuburan dan iklim atau cuaca yang sejuk dan nyaman yang berpengaruh juga terhadap perilaku penduduknya.15 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syahrastani, dalam al-Milal wa al-Nihal yang menyebutkan ada pengaruh posisi atau letak geografis dan suku bangsa terhadap pembentukan watak atau karakter penduduknya. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Faktor fisiologis mempengaruhi watak psikologis dan sosialnya.16 Begitu juga letak geografis, tingkat kesuburan, dan kesejukan pulau Jawa akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan bersikap. Siapapun yang ingin sukses di Jawa ia harus memperhatikan karakteristik ini sehingga strategi dan pendekatan yang digunakan bisa berjalan dengan baik dan efektif. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Akulturasi dan adaptasi keislaman orang Jawa yang didominasi keyakinan campuran mistik konsep Hindu-Budha disebut kejawen atau juga dinamakan agama Jawi. Sementara penyebaran Islam melalui pondok pesantren khususnya di daerah pesisir utara belum mampu menghilangkan semua unsur mistik sehingga tradisi Islam kejawen tersebut masih bertahan. Pemeluk kejawen dalam melakukan berbagai aktivitasnya dipengaruhi oleh keyakinan, konsep pandangan, dan nilai-nilai budaya17 yang berbeda dengan para santri yang mengenyam pendidikan Islam lebih murni. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Islam kejawen dipandang sebagai Islam berkualitas rendah atau semi-Islam karena simbol Jawa lebih dominan daripada simbol Arab, mencampuradukan Islam dengan berbagai keyakinan dan ekspresi lokal, serta orientasi keagamaannya cenderung pada mistik dan panteistik.18 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Islam istana juga memiliki gambaran yang hampir sama berbeda dengan muslim sejati, yaitu kaum santri yang dalam perilaku dan simbol keberagamaannya lebih bernuansa Arab meskipun pakaian dan bahasa kesehariannya tetap Jawa. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Jika ditelusuri lebih jauh, pada masa perumusan dan pelembagaan budaya Jawa (abad ke-19), hal terpenting yang dicatat oleh MC. Ricklefs adalah pengaruh Islam yang besar pada wacana yang berkembang. Islam, menurutnya, membentuk satu substansi utama dalam proses kebangkitan budaya Jawa. Bersama dengan tradisi Jawa pra-Islam yang bersifat Hindu-Budhis. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Islam memberikan landasan nilai dan etik bagi bangunan sistem budaya Jawa yang dirumuskan. Islam dan ke-Jawa-an yang sering dianggap bertentanggan, justru memperlihatkan satu kesesuaian yang harmonis. Keduanya saling membentuk paradigma baru bagi kebangkitan budaya Jawa bersamaan dengan perkembangan dan pelembagaan Islam secara intensif dalam kehidupan masyarakat.19 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Islam sebagai entitas yang hidup dan dinamis, ia terus berkembang, baik karena perjalanan usianya maupun karena persentuhannya dengan berbagai budaya dan tradisi. Islam harus didefinisikan berdasarkan suara umat Islam itu sendiri sesuai dengan konteks budayanya masing-masing. Dialektika yang dinamis selalu terjadi antara Islam dalam kategori universal-normatif dengan lokalitas-historis di mana dia hidup. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Perbedaan keberagamaan Muslim Jawa sesungguhnya bukan pada otentisitas, tetapi lebih pada cara pandang pemeluk Muslim terhadap teks kitab suci agamanya. Jadi, permasalahanya adalah bagaimana kitab suci itu dibaca dan berdialog dengan kasus aktual dan tradisi setempat. Saling menyapa ini membentuk sikap akomodatif dan arif terhadap budaya lokal yang karena kreativitas terbangun berbagai budaya yang terekspresikan dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat Jawa.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="color: white;">Dalam Basis Pesantren</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Salah satu hasil proses Islamisasi di Jawa yang cukup penting adalah lahirnya unsur tradisi keagamaan santri dalam kehidupan sosio-kultural masyarakat Jawa. Tradisi keagamaan santri ini bersama dengan unsur pesantren dan kyai ini telah menjadi inti terbentuknya tradisi besar (Great Tradition) Islam di Jawa, yang pada hakekatnya merupakan hasil akulturasi antara tradisi Islam dan tradisi pra-Islam di Jawa. Selain itu, islamisasi di Jawa juga telah melahirkan sebuah tradisi besar Kraton Islam-Jawa, yang menjadikan keduanya, yaitu tradisi santri dan tradisi kraton sebagai bagian (subkultur) yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan Jawa.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> HJ. Benda menyebutkan bahwa proses islamisasi di Jawa telah melahirkan peradaban santri (santri civilization), yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama, masyarakat, dan politik.20 Sementara Clifford Geertz memandang memandang kehadiran Islam di Jawa telah menyebabkan terbentuknya varian sosio-kultural masyarakat Islam di Jawa yang disebut santri, yang berbeda dengan tradisi sosio-kultural lainnya, yaitu Abangan dan Priyayi.21 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Tradisi sosio-kultural santri ditandai dengan wujud perilaku ketaatan para pendukungnya dalam menjalankan ibadah agama Islam yang sesuai dengan ajaran syari’at agama, sementara tradisi Abangan, ditandai dengan orientasi kehidupan sosio-kultural yang berakar pada tradisi mistisisme pra-Hindu, dan tradisi Priyayi lebih ditandai dengan orientasi kehidupan yang berakar pada tradisi aristokrasi Hindu-Jawa.22 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Selain interaksi sosial secara langsung sebagaimana telah disebutkan, sikap akomodatif bagi masyarakat muslim Jawa juga terbentuk karena model dan bentuk transmisi keilmuan yang dipilih di pesantren. Transmisi keilmuan Islam di antaranya dengan melakukan kajian terhadap Kitab Kuning yang ditulis oleh ulama Timur Tengah, Andalusia (Spanyol), dan ulama lain dari beberapa negara yang diakui oleh ulama pesantren yang disebut sebagai “kitab kuning” yang bisa dijadikan referensi karena telah teruji dapat memberikan alternatif pemecahan masalah yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunnah. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Kitab Kuning yang memenuhi persyaratan ini disebut dengan al-kutub al-mu’tabarah yang dijadikan sebagai kurikulum wajib di beberapa pesantren.23 Dengan menggunakan Kitab Kuning sebagai referensi secara tidak langsung pesantren telah menerima pemikiran ulama dari berbagai daerah yang jelas diyakini terpengaruh oleh budaya lokal di mana ulama tersebut hidup, belajar, dan memperoleh pengalaman spiritual. Di sisi lain, kiai yang hidup dalam lingkungan Jawa akan berinteraksi secara langsung dengan budaya lokal di luar Jawa melalui kajian kitab kuning sekaligus melakukan interaksi dengan buadaya lokal Jawa melalui hubungan perkawinan, interaksi sosial, ekonimi, dan politik dalam kehidupan sehari-hari. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Kajian terhadap kitab kuning ini terus berlangsung dan berdialog dengan budaya dan politik lokal. Secara politik Islam dan Jawa berdialog lewat pendirian kesultanan Islam di Jawa, sebagaimana kata Diponegoro24 yang berulang-ulang mengemukakan bahwa tujuan mendirikan negara agama (Islam) di Jawa adalah mangun luhuripun agami Islam ing Tanah Jawa, membangun citra luhur agama Islam di Jawa. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Beragama baginya sama artinya dengan membentuk keluhuran budi pekerti manusia, di samping menjadikan orang sebagai Muslim yang baik dengan melaksanakan tugas-tugas yang lebih khusus, misalnya mematuhi kelima rukun Islam. Pandangan seperti ini dipengaruhi oleh kajian keislaman ala kitab kuning yang dipelajari lewat para kiai pesantren. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dialog demikian terus terjadi dan membuahkan kearifan lokal (local wisdom) atau kearifan tradisional, yaitu sebuah wawasan yang memuat kebijaksanaan orang Jawa dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Kearifan tradisional tersebut biasanya bersumber dari wawasan batin para cendikiawan terdahulu,25 yang telah ber-singgungan dengan nilai-nilai Islam dalam literatur klasik (Kitab Kuning) dan Jawa. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Jargon yang ada di pesantren al-muhâfadhah ala al-qadîm al-shâlih wa al-ahd bi al-jadîd al-ashlâh (mempertahankan tradisi masa lalu yang baik dan mengambil tradisi atau budaya baru yang lebih baik) merupakan model pesantren dalam mengembangkan harmoni yang sehat dengan budaya lokal, meskipun selama ini masih belum berjalan dengan sempurna. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Untuk menjaga harmonitas tersebut, pesantren menjadi akomodatif terhadap budaya setempat dan kurang memiliki greget pengembangan, sedangkan penghormatan terhadap tradisi dan pemikiran masa lalu membuat pesantren merasa gamang untuk mempelopori perubaan dan pengembangan budaya atau tradisi baru yang lebih konstruktif. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sebagai contoh sikap akomodatif dan permisif terhadap budaya lokal adalah apa yang ceritakan oleh Saifuddin Zuhri26 bahwa kalangan pesantren, menonton wayang kulit hampir tidak pernah dipertentangkan apa hukumnya, haram atau boleh. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Ada yang mengambil sikap tidak boleh, tidak dijelaskan sampai tingkat apa ketidakbolehannya, apakah haram atau makruh, dengan dalil mendengarkan bunyi-bunyian yang mengasyikkan hingga terlengah dari ingat kepada Allah (dzikrullah), padahal tidak ingat kepada Allah hukumnya haram. Lagi pula bercampur-baurnya antara penonton pria dan wanita di waktu malam, bisa menjurus pada perbuatan maksiat. Ada juga yang mengambil pendirian boleh karena konon wayang adalah ciptaan para Wali (Wali Songo) dalam mengasimilasi ajaran agama Hindu ke dalam Islam.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Lagi pula orang bisa mengambil intisari pelajaran yang ada dalam lakon-lakon wayang. Dalam cerita Pandawa membangun sebuah candi selalu mengalami kehancuran, pagi dibangun sore harinya roboh, sore dibangun pagi harinya juga roboh. Setelah diteliti, ternyata ada sesuatu sarana paling fundamental yang terlupakan, yaitu tidak ikut disertakannya jimat kalimasodo (kalimah syahadat). Pasal nonton wayang kulit tidak pernah dipertentangkan bagaimana mengenai hukumnya. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam kasus tentang menonton wayang sebagai bagian dari budaya lokal, Saifuddin Zuhri menunjukkan tentang bagaimana tradisi pesantren dalam memegangi hukum asal sesuatu adalah mubah, boleh sehingga ada alasan (‘illat) yang mengharamkannya. Hukum itu bergantung pada alasan yang mendasarinya (al-hukmu yadurru ma’a illatihi). </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Untuk itu, dalam hal menonton wayang seorang muslim harus pandai mengambil intisari atau hikmah dari cerita wayang yang di-lakon-kan oleh dalang sekaligus menghindari hal-hal yang menyebabkan keharamannya seperti bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan saat menonton wayang. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Realitasnya, menonton wayang bagi masyarakat Jawa mengalami kesulitan untuk menghindarkan dari percampuran laki dan perempuan, terbukanya aurat bagi pesinden, dan minuman keras atau perjudian. Mendiamkan seperti ini memang terlahir kondisi harmonis, tetapi kemungkaran tetap berjalan dengan perubahan yang amat lambat. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sikap demikian akomodatif ini, menurut Kuntowijoyo disebabkan karena pada umumnya umat Islam (Jawa) mengkaji Kitab Kuning yang merupakan kodifikasi dari al-Quran dan al-Sunnah. Menurut Kuntowijoyo, hasil dari kodifikasi itulah yang dipakai alat untuk berpikir, berkata, dan berbuat. Dekodifikasi di samping sifat positifnya, yaitu terjaganya hubungan antar-teks, juga mempunyai sifat-sifat negatif yang akan terjadi. Sifat negatif itu ialah involutif dan ekspansif. Involutif adalah gejala perkembangan ilmu yang semakin renik. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di pesantren ada kebiasaan untuk mengembangkan pengetahuan dengan menulis buku-buku syarh (pembabaran terhadap kitab induk atau matan) dan hasyiyah (penjelasan terhadap syarh). Tradisi keilmuan seperti ini menunjukkan bahwa ukuran kesempurnaan penguasaan ilmu adalah pengembangan dari buku-buku lama yang sudah dianggap sudah mencapai standar (al-kutub al-mu’tabarah), tidak dalam pengembangan ilmu-ilmu dan pemikiran baru. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Di sisi lain, akibat involusi itu terbentuk sikap hormat yang berlebih-lebihan pada guru atau kiai sebagai pemegang otoritas ilmu. Involusi itu juga mengakibatkan tertutupnya pintu ijtihad karena orang dibuat tidak berani berpikir independen, lepas dari otoritas. Suatu ilmu, misalnya fiqh, sudah dianggap final sehingga orang hanya harus taqlid. Involusi ilmu ditunjukkan pada penguasaan kitab ad verbatim, kata demi kata bahkan secara hafalan di luar kepala. Ini berarti bahwa tuntutan terpenting bagi santri ialah pada hafalan tidak pada analisis.27 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dunia pendidikan pesantren yang mewakili masyarakat muslim tradisional, menurut Kuntowijoyo, selama ini mengembangkan ilmu-ilmu Islam hanyalah dengan kodifikasi (penjabaran, penafsiran, sistematisasi) dari teks-teks al-Qur’an dan Hadis. Teks-teks dikodifikasi menjadi teks baru, yaitu ilmu-ilmu Islam. Dekodifikasi adalah gerak dari teks ke teks. Sementara di dunia luar pesantren pada tahun 1980-an ada gagasan islamisasi ilmu. Ilmu-ilmu yang sudah ada “diislamkan” dengan mengembalikannya pada teks-teks Islam. Islamisasi ilmu adalah gerak dari konteks ke teks. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Perkembangan baru, yang diinginkan Kuntowijoyo adalah timbulnya ilmu-ilmu sosial yang mencoba menterjemahkan teks-teks Islam (al-Qur’an, Hadis, Tafsir, Fiqh, Tasawuf) dalam dunia nyata, dalam hidup sehari-hari, dalam gejala. Jadi, dari teks ke konteks yang ia sebut dengan demistifikasi Islam.28 </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Tradisi pesantren dikenal sebagai kaum tradisionalis yang akomodatif terhadap budaya lokal meskipun ia secara bersama dengan kaum modernis yang sama-sama santri berusaha memperoleh jati diri sendiri, sehingga mereka tidak tenggelam dalam budaya abangan dan berakibat pengayaan budaya. Pesantren merupakan tempat subur untuk pengembangan budaya dan peradaban Muslim. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Peradaban tauhid (theocentric civilization) bersandar pada ketentuan-ketentuan Tuhan untuk hal-hal primer. Selebihnya, ada kebebasan penuh bagi kreativitas manusia untuk hal-hal yang sifatnya sekunder, seperti urusan teknis, strukturasi politik, dan masalah kebudayaan. Soal kebudayaan ialah akhlaq al-karimah.29 Budaya Jawa diperbolehkan berkembang selama tidak bertentangan dengan peradaban tauhid.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sikap kompromi terhadap budaya lokal inilah yang oleh orang luar pesantren dimaknai sebagai sikap permisif, tidak tegas, dan bid’ah yang haram dilakukan oleh umat Islam. Sementara oleh kiai dan santri pesantren hal demikian dianggap sebagai suatu pilihan dan pendekatan dalam dakwah dengan pendekatan kultural yang selamanya boleh asal didasarkan pada ahlaqul al-karimah.30 Dalam ke-rangka pikir seperti ini santri pesantren mendasari karakter berpikir, berprilaku, dan mengungkapkan perasaan dan karya-karya tulisnya. Potret santri yang selalu bergumul dengan tradisi masyarakat lokal untuk mengadopsi nilai positif sambil menggelorakan perasaan dan keinginannya untuk bergerak maju menuju peradaban yang dicita-citakan.31</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam konteks NU secara umum diktum klasik yang begitu lekat di kalangan nahdliyin adalah merawat tradisi lama yang baik dan mengadaptasi tradisi baru yang lebih baik (al-muhâfadzah ’ala al-qadîm al-shâlih wa al- akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh). Diktum ini menunjukkan komitmen komunitas NU dalam menghargai warisan tradisi, sekaligus pada saat yang sama apresiatif terhadap beragam perubahan yang ada di luarnya. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Inilah yang menjadi strategi budaya NU dalam berkomunikasi dengan realitas tradisi yang ada, termasuk dengan keyakinan lokal yang berkembang. Kemampuan adaptif NU dalam merespons tradisi lokal ini tidak mesti dipahami bahwa NU begitu permissif dengan tradisi-tradisi lokal di mana NU bersemai. Malah sebaliknya harus dilihat sebagai metode dalam menebar ajaran agama dalam komunitas. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Belajar dari strategi akulturatif yang digunakan pendakwah Islam dan para wali di masa lampau menyebarkan Islam, NU sangat sadar bahwa kebijaksanaan lokal bukan suatu yang harus dihindari, malah seharusnya dijadikan medium kultural dalam menebarkan ajaran agama. Ajaran Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan agar mendakwahkan ajaran agama sesuai dengan nalar dan kosmologi mereka (khatibinnas ‘ala qadri ‘uqulihim), oleh kalangan NU dipegangi dan dimanfaatkan sedemikian rupa dalam berdakwah. Karena, bagaimana mungkin menanamkan ajaran agama dengan sesuatu yang asing dengan tata cara masyarakat setempat.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Hal ini juga disampaikan oleh Ahmad Shiddiq. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Menurutnya, Islam tidak serta merta apriori menolak tradisi lama, juga tidak menentang, apalagi menghapuskan sama sekali. Islam, dan NU menganutnya, justru bersikap akomodatif, selektif, dan proporsional.32 Akomodatif yang dimaksud adalah bahwa Islam dibenarkan menerima tradisi lokal, namun ia juga selektif dalam arti bahwa tidak semua tradisi lokal diakomodasi, tetapi tradisi lokal yang ‘baik’ saja (al-qadîm al-shâlih) yang mungkin diterima. Sementara penerimaannya pun harus proporsional. Dengan demikian, afirmasi NU terhadap tradisi lokal pun bersyarat, sepanjang spirit agama itu yang disuntikkan pada tradisi lokal, bukan sebaliknya.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Inilah yang menurut Hasyim Muzadi menjadi keunikan NU. Menurutnya, di antara keunikan NU dibandingkan corak ke-Islaman lain di tanah air adalah cara NU menyikapi adat. NU tidak menolak adat dan tradisi lokal sepanjang cocok dengan tradisi Islam. Salah satu tradisi lokal yang terus dipertahankan hingga kini adalah tahlilan. Selain itu, dalam memahami agama, NU mewarisinya secara intelektual dari para ulama yang secara historis bersambung hingga Rasulullah Saw.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Oleh karena itu, generasi setelah Rasulullah SAW hingga kini dianggap sebagai referensi intelektual dan moral kalangan Nahdliyin.33 Melalui pesantren, kalangan nahdliyin mengasah otak dan hati untuk terus memperjuangkan tradisi as-salafus shalih hingga senantiasa kontekstual sampai kini. Institusi pesantren inilah yang menjadi pusat pengkajian tradisi Islam dengan segala dinamikanya.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Namun, seringkali sekelompok orang memaknai situasi semacam ini dengan cibiran bahwa NU mengapresiasi dan mencintai klenik, bahkan melabelinya sebagai ahlul bidah’ waz ziyagh. Kelompok ini tidak sadar bahwa melupakan kekayaan tradisi lokal itu merupakan bentuk kepicikan yang mencoba berpikir ahistoris dan mengalami diskontinuitas sejarah.34 Kelompok ini menafikan bahwa Islam hadir ke tanah air melalui negosiasinegosiasi yang terus-menerus, dan di situlah sesungguhnya keunikan Islam Indonesia di bandingkan corak keberagamaan Islam di wilayah lainnya, termasuk dengan Islam Mekkah dan Madinah. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Corak keberislaman di Indonesia yang masih mewarisi produk Islamisasi para pendakwah di masa lampau yang dilakukan para ‘wali’ itu masih terus dilestarikan sebagai ekspresi ke-Islam-an di satu sisi dan ekspresi lokalitas di sisi yang lain.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Ini terlihat dengan corak keberagamaan yang masih mempertahankan tradisi lokal dalam laku kesehariannya. Meskipun sebagai orang Islam, Masyarakat Kampung Naga misalnya masih menjadikan adat Sunda sebagai rujukan kehidupannya. Dalam memperhitungkan cuaca, mereka merujuk pada hitungan sistem hijriah, namun disisipkan dengan kepercayaan lokal mengenai kekuatan kala (makhluk halus yang menempati horison langit) yang selalu berpindah-pindah dan posisinya menentukan curah hujan. Mereka juga membuat delapan kategori tahun, dengan kategori yang dikenal dalam penanggalan Islam sufi sekaligus juga mempercayai adanya dewa-dewa diktekapata, somamarocita, angarakata, budhaintuna, laspatimariha, sukramangkara, dan tumpekmindo. Nama-nama dewa itu bukan untuk disembah, namun diabstraksikan karakternya dan dijadikan pedoman bagi cara bertanam.35</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Begitu juga dengan negosiasi tradisi tradisi Islam dengan Ugomo Parmalim di tanah Batak. Parmalim merupakan agama rakyat yang telah berkembang jauh sebelum Islam dan Kristen masuk dan mempengaruhi keyakinan etnis Batak. Begitu Islam masuk, negosisi dengan tradisi lokal terus berlangsung. Indikasi adanya tawar-menawar tradisi ini terlihat dari bacaan-bacaan doa pembuka dan penutup tabas (mantra) yang menggunakan bacaan yang lebih mirip dengan bacaan Islam. Misalnya, ketika membuka mantra mereka membaca “Binsumillah dirakoman dirakomin” dan penutupnya “Yasa Yasu Yausa.” Terkadang juga membaca dibuka dengan bacaan “Bismillahirrahmanirrahiem” dan ditutup dengan “Borkat Kobul Lailaha Illallah" atau “ </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Borkat Kobul Baginda Saidina Ali.”36 Begitu juga dengan tradisi Sasak di Nusa Tenggara Barat, Dayak dan Banjar di Kalimantan, Jawa, dan lain sebagainya dengan Islam, tentu memiliki keunikan masing-masing. Belajar dari pengalaman para wali dan pendakwah Islam di masa lampau, corak keberagamaan yang unik yang dianut NU ini merupakan akulturasi beragam tradisi budaya yang ada dan mengemasnya sedemikian rupa dengan senantiasa memanfaatkan tradisi-tradisi lama yang masih baik dan memasukkan tradisi baru yang lebih baik. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dengan demikian, tradisi keberagamaan NU ini tidak semata-mata copy-paste dari corak keberagamaan yang ada di Timur Tengah. Melainkan produk kreatif dari tradisi intelektual sehingga melahirkan corak tersendiri dalam beragama yang kemudian dikenal dengan Islam Indonesia. Sebuah corak keberagamaan Islam yang mampu berdamai dengan tradisi lokal.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="color: white;">D. Penutup</span></b><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sikap akomodatif bagi masyarakat muslim Indonesia merupakan keniscayaan sejarah sebagai akumulasi dari dialog dan sapaan antarbudaya yang dibawa oleh para pedagang muslim yang memiliki karakteristik hidup yang lebih dinamis dibandingkan dengan masyarakat agraris atau petani. Dinamika kehidupan para pedagang dari berbagai daerah (Arab, India, dan Persia) ini membuka keragaman budaya Islam-Indonesia yang kemudian terbangun kuat lewat interaksi perdagangan, perkawinan, dan pewarisan kekuasaan politik di Indonesia. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Dalam konteks kehidupan keagamaan kaum nahdliyyin, sikap akomodatif ini diperkuat lagi dengan tradisi kajian kitab kuning yang menjadi literatur wajib bagi pesantren di lingkungan NU. Penulis kitab kuning yang berasal dari berbagai daerah (khususnya Timur Tengah termasuk Andalusia/Spanyol) telah memberikan kontribusi terhadap akulturasi budaya yang tertulis dalam setiap karya kitab kuning. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Penerimaan ulama atau kiai pada berbagai kitab kuning ini menunjukkan sikap akomodatif ulama atau para wali dan dai yang kemudian mereka teruskan dengan dialog-dialog kehidupan yang rutin dengan komunitas atau warga setempat di Indonesia. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Nahdlatul Ulama pada dasarnya adalah sebuah identitas kultural keagamaan mayoritas umat Islam Nusantara. Identitas kultural keagamaan yang dibangun berdasarkan sendi-sendi wahyu (agama) dan nilai-nilai kearifan lokal dengan berpegang pada filosofi al-muhâfadzah ’ala al-qadîm al-shâlih wa al- akhdzu bi al-jadîd al-ashlâh.</span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sikap akomodatif ini pula yang telah mengantarkan umat Islam sebagai komunitas terbesar di Indonesia. Tanpa sikap akomodatif seperti ini gesekan dan benturan dalam interaksi sosial di Indonesia akan terasakan begitu kuat. Sikap kontradiktif terhadap budaya lokal akan bertentangan dengan watak sosiologis dan geografis yang lebih memberikan peluang dan potensi besar terhadap terbentuknya sikap yang akomodatif. Islam di Indonesia akan tetap berkembang selama masih membawakan kesejukan bagi kehidupan masyarakatnya. </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> </span><span style="color: white;"><br />
</span><span style="color: white;"> Sebaliknya, pembacaan terhadap teks kitab suci yang skripturalis-literalis dan sikap radikal dalam berislam akan membawa kemunduran dalam memperjuangkan nilai Islam. Islam rahmatan lil ’alamin selalu membawa kedamian. Dengan demikian sikap akomodatif dalam artinya yang positif menjadi pra-syarat untuk memajukan Islam di Indonesia. (dari buntet pesantren)</span></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-33329194816026789412010-08-10T00:26:00.000-07:002010-08-10T00:26:00.229-07:00Menolak Arabisasi Islam indonesia<img border="0" height="192" src="http://al-alawiyah.sch.id/images/stories/culture_arab.gif" style="float: left;" width="144" />Sampai kini kita sepakat bahwa para propagandis Islam paling berhasil sepanjang sejarah Nusantara adalah ulama-ulama legendaris yang kelompoknya lazim disebut sebagai Wali Songo. Meski mereka tidak bisa sepenuhnya dipandang sebagai kelompok yang utuh, dalam artian memiliki komando dan aturan bersama yang jelas dan teratur, namun cara mereka berdakwah menunjukkan modus yang hampir mirip, yakni menekankan hibridisasi antara nilai-nilai keislaman dengan budaya dan kearifan lokal.<br />
<br />
Ada yang memanfaatkan wayang kulit untuk upaya publikasi dan edukasi nilai-nilai keislaman, ada juga yang memakai alat musik untuk merayu orang masuk ke masjid, bahkan ada yang berpartisipasi dalam sabung ayam demi mendapat nilai-nilai ketokohan dalam masyarakat, sehingga lebih mudah untuk memengaruhi orang lain. Pola-pola seperti ini sebetulnya bukanlah hal yang aneh jika kita melihat fakta begitu beragamnya corak keislaman di berbagai penjuru dunia. Mungkin karena faktor kemajemukan sub kultur Nusantaralah yang membuat proses ini terlihat begitu mencolok. Sebetulnya sejak zaman Nabi pun proses seperti sudah terjadi dengan sendirinya.<br />
<br />
Teknik “persilangan” ini, karena menekankan pada simbol-simbol kebudayaan lokal, kemudian menghasilkan corak keberagamaan yang unik dan khas dari masyarakat kita. Banyak contoh yang bisa diambil untuk menggambarkan hal ini. Misalnya istilah “sembahyang”, “puasa”, “sekaten”, merupakan pengaruh dari ritual keagamaan pra Buda dan Hindu di Nusantara. Pemisalan lain, sarung, bentuk masjid yang tak berkubah, bedug, dan banyak hal lain, merupakan entitas yang khas Nusantara. Melihat fakta ini, maka bukan kebetulan dan tidak mengherankan jika pesantren-pesantren yang berumur cukup tua lebih suka mengambil nama lokal, dan bukan dari bahasa Arab. Tengok saja nama-nama seperti Tebuireng, Ngalah, Lirboyo, Buntet, dan sebagainya.<br />
<br />
Gerakan Wahabi di Indonesia<br />
<br />
Hibridisasi Islam dan lokalitas tersebut berjalan mulus sampai munculnya corak-corak baru yang mengusung semboyan purifikasi agama ala Wahabi. Setahu saya gerakan yang dikomandoi Imam Bonjol bisa dikatakan sebagai generasi awal dalam hal ini. Imdadun Rakhmat bahkan mengatakan bahwa upaya purifikasi sebenarnya telah diusahakan oleh Nuruddi al-Raniri terhadap pola religiusitas ala Hamzah Fansuri yang berhaluan tasawuf. Dalam bentuk organisasi, pola keberagamaan ala Wahabi ini sempat diteruskan oleh organisasi Muhamadiyah.<br />
<br />
Tanpa melihat setting sejarah seperti ini kita akan kesulitan memahami mengapa Nahdatul Ulama (NU) yang secara genealogis jauh lebih tua, namun secara organisasi usianya justru lebih muda ketimbang Muhamadiyah. Karena secara organisasi NU memang lahir sebagai reaksi atas usaha purifikasi yang dilancarkan oleh Muhamadiyah. Saat ini Muhamadiyah sudah bersifat lebih terbuka. Mereka tidak lagi terlalu memermasalahkan soal-soal seperti ziarah kubur atau tahlil, paling tidak pada tingkatan organisasinya.<br />
<br />
Namun tidak berarti dengan lebih terbukanya Muhamadiyah upaya purifikasi ala wahabi ini tak lagi terjadi. Saat ini justru bermunculan organisasi-organisasi, baik yang berbentuk ormas atau pun partai politik, bercorak wahabi yang melakukan upaya yang cukup gencar. Pada umumnya mereka banyak menonjolkan simbol-simbol kearaban yang dianggapnya bersifat Islam, seperti memelihara jenggot, rajin memakai istilah berbahasa Arab, seperti “ana”, atau “antum”, sampai pewajiban cadar bagi perempuan. Dalam kajian-kajian keislaman, faham-faham semacam ini dinamai dengan istilah-istilah seperti fundamentalisme, revivalisme, dan lain sebagainya.<br />
<br />
Pasca kemerdekaan Mohammad Natsir tercatat sebagai tokoh yang bisa dianggap memberikan ruang-ruang baru bagi para revivalis Islam. Salah satu “buah karya” Natsir yang masih langgeng hingga saat ini adalah forum-forum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang tersebar di berbagai perguruan tinggi (Imdad, 2008). Forum-forum semacam ini bahkan sudah sejak lama melakukan infiltrasi ke sekolah-sekolah, terutama sekolah umum, melalui bentuk Rohis.<br />
<br />
Secara umum saya menganggap bahwa upaya purifikasi kehidupan keagamaan sangat kental dengan pengidentikkan simbol-simbol keislaman sebagaimana berlaku di tanah Arab. Hal ini bukan saja hendak menafikkan unsur-unsur lokalitas dalam nilai keagamaan, tapi juga meloloskan nilai historis dan kontekstualisasi Islam. Dengan pola semacam ini, tak heran banyak orang menganggap bahwa kelompok-kelompok revivalis memiliki agenda tersembunyi untuk mengubah wajah negara dan masyarakat setempat secara radikal, sesuai dengan corak keislaman yang mereka anut. Hal ini justru sering diafirmasi dengan kampanye syariat Islam, sistem kekhalifahan, serta hal-hal semacamnya, yang sering mereka dengungkan. Pandangan semacam ini seringkali menyulut kerenggangan hubungan antara umat Islam dengan negara. Pada era orde baru hal ini pernah terjadi cukup lama.<br />
<br />
Menolak arabisme Islam<br />
<br />
Kenapa harus menolak Arabisasi Islam? Secara pribadi saya memiliki beberapa alasan untuk melakukannya. Meski begitu alasan-alasan ini saya usahakan agar bisa dipertanggungjawabkan secara argumentatif, sehingga tidak berhenti sekadar sentimen belaka.<br />
<br />
Kemajemukan tradisi Nusantara adalah alasan pertama. Sejarawan Agus Sunyoto mengatakan bahwa Islam telah menyapa Nusantara jauh sebelum era Wali Songo, namun ajaran ini perlu menunggu kehadiran mereka untuk membuatnya jadi ajaran yang populis. Strategi hibridisasi nilai-nilai Islam dengan budaya setempat yang digagas oleh Wali Songo terbukti hingga saat ini masih menjadi cara yang paling efektif.<br />
<br />
Pada awal abad 20, ketika tokoh seperti Soekarno dan Hatta, bahkan Tan Malaka, belum sempat berpikir tentang sebuah entitas bernama Indonesia, KH. Hasyim Asyari dengan sadar sudah memiliki gambaran tentang wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Hal ini bisa dijadikan ilustrasi untuk menakar seberapa besar pengaruh Wali Songo di Nusantara.<br />
<br />
Kemajemukan nilai-nilai tradisi ini merupakan sebuah nilai yang disadari. Hal ini membuat setiap pengaruh kebudayaan yang masuk ke Nusantara akan terlebih dahulu mengalami negosiasi dengan tradisi lokal sebelum mendapatkan tempat dengan baik (Masdar F. Masudi, 2009). Kita bisa melihat ini pada semua agama di Nusantara yang selalu memiliki karakteristik khas dibanding bangsa lainnya. Kemajemukan ini bukanlah hal yang mesti dilawan dengan label tahayul, bidah dan khurafat, tapi diposisikan sebagai sebuah karakter yang memiliki hak hidup dan karenanya mesti diapresiasi, bahkan dirayakan.<br />
<br />
Alasan kedua, apresiasi terhadap kemajemukan bukanlah suatu hal yang kasuistik, artinya khusus berlaku untuk bangsa yang plural seperti Indonesia saja. Beberapa hari lalu saya mendengarkan sebuah ceramah dari KH. Masdar F. Masudi. Ia mengangkat satu hadis Nabi yang jarang sekali disebut, paling tidak saya baru kali ini mendengarnya. Secara substansial hedis tersebut mengibaratkan nabi-nabi sebelumnya sebagai sebuah bangunan indah namun kekurangan satu bata. Muhammad mengatakan bahwa dirinyalah bata pelengkap tersebut.<br />
<br />
Kerendahhatian Nabi kita ini penting. Ia tidak mengatakan bahwa ajarannya adalah bangunan baru yang lebih indah atau lebih baik, ia seolah hendak menampik anggapan bahwa Islam adalah agama totaliter yang hendak memberangus semua agama dan budaya yang mendahuluinya. Hadis ini seperti semacam garansi tanpa kadaluarsa bagi eksistensi budaya-budaya yang eksis sebelum kehadiran Islam, termasuk yang ada di Nusantara<br />
<br />
Alasan ketiga, dalam hal kehidupan berpolitik, sebagaimana disebut sebelumnya, pandangan islamisme yang cenderung wahabistik kerapkali menyulut ketegangan antara umat muslim (baca: kelompok wahabi) dengan Negara, terutama yang menganut demokrasi. Hal ini tentu saja berakar dari pandangan ekslusif dan diskriminatif dari kelompok ini. Kita memang tidak bisa membenarkan kebijakan orde baru yang pernah bersikap keras terhadap umat Islam, tapi fakta ini bisa dijadikan contoh betapa ajaran Islam yang dipresentasikan dengan agresif, bahkan sampai menganjurkan perubahan tata kemasyarakatan dan kenegaraan, dipandang oleh pihak lain sebagai ancaman. Bagimanapun kita tidak sudi agama yang kita yakini dipandang miring oleh orang lain<br />
<br />
Saya pikir ketiga alasan itu cukup memberi pijakan, paling tidak bagi saya, untuk menimbang kembali pengaruh wahabisme dalam pemahaman keagamaan kita, serta cara kita memandang budaya Nusantara.dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-55761558794402986772010-08-10T00:16:00.000-07:002010-08-10T00:16:46.079-07:00budaya arabisasi yang melanda islam indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNcsDydlGCMtHas5q-Nq8hUC1VFBsi-3pee6lI062WkmBRszrMGhk0i5YcsE-ixDLXhyC3UKAFnCCIREXTkeP-k8jCcRN1IMK5MeiWNnuP6-1sG2zsjXRWvIUiCwG-F4YZEsW6YpTh1nc/s1600/ik_darunta_hizbi-islami_camp_an.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNcsDydlGCMtHas5q-Nq8hUC1VFBsi-3pee6lI062WkmBRszrMGhk0i5YcsE-ixDLXhyC3UKAFnCCIREXTkeP-k8jCcRN1IMK5MeiWNnuP6-1sG2zsjXRWvIUiCwG-F4YZEsW6YpTh1nc/s320/ik_darunta_hizbi-islami_camp_an.jpg" /></a></div>islam adalah ajaran normatif yang berasal dari Tuhan. Ia dapat diakomodasi ke dalam pelbagai kebudayaan manusia tanpa harus menghilangkan identitasnya masing-masing. Agama sebagai kepercayaan yang memuat norma kemasyarakatan tidak harus menolak budaya setempat. Islam adalah ketentuan samawy, namun ia bukan mesti mengalahkan nalar budaya ardly. Oleh karenanya para ulama Islam di pelbagai belahan dunia non Arab, khususnya Asia Tenggara dan Indonesia mengintegrasikan antara keislamam dengan kebudayaa-kebudayaan lokal. Di mana kalangan ulama Nusantara telah mengadopsi sistem sosial, kesenian dan adat istiadat Indonesia ke dalam prespektif Islam. Hal ini memungkinkan aneka ragam kebudayaan Nusantara tetap lestari, meskipun Islam menyatukan wilayah ini dalam identitas agama. <br />
<span id="more-106"></span><br />
Dalam sejarah Islam Jawa tentunya tak seorang pun yang tidak mengenal nama besar Walisongo. Para wali yang konon semuanya adalah keturunan Arab ~mengecualikan sunan Kalijogo~ inilah yang berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada abad ke-15 Walisongo mengislamkan masyarakat Jawa dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal jawa dalam Islam khas keindonesiaan. Walisongo mengakomodasikan Islam sebagai ajaran agama dengan kebudayaan masyarakat setempat. Ja’far Shodiq misalnya, ia mendekati masyarakat Kudus dengan memenfaatkan simbol-simbol Budha-Hindu. Dari sisi fisik stategi ini dapat ditengarai dari arsitektur menara, gerbang, dan jumlah pancuran tempat wudlu yang melambangkan delapan jalan Budha. Dari psikis Sunan Kudus sangat menghormati sapi, binatang yang dituhankan oleh masyarakat Hindu. Tradisi menghormati sapi masih dapat kita jumpai hinga saat ini. umat Islam di Kudus menyembelih kerbau, bukanya sapi pada hari raya Idul Adha.<br />
Begitu pula Raden Sahid sangat toleran pada budaya lokal. Sunan Kalijaga berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh bila pendiriannya diserang melalui purifikasi. Ia berkeyakinan jika Islam telah dipahami, dengan sendirinya keyakinan lama akan hilang. Pencipta tembang Ilir-ilir yang termasyur ini jugalah yang merupakan penggagas perayaan sekaten, grebeg maulud dan kalimasadha. Lanskap pusat kota berupa keraton, alun-alun, dengan dua beringin serta masjid ini diyakini pula sebagai karyanya. (Tashwirul Afkar. No.14, 2003)<br />
Sebagai contoh adopsi budaya, ranggon masjid Demak diambil dari konsep ”meru” masa pra-Islam yang terdiri sembilan susun. Namun Sunan Kalijaga menjadikannya tiga susun saja, untuk melambangkan tahap keberagamaan seorang muslim, yaitu iman, Islam dan ihsan. Pada mulanya orang baru beriman saja, kemudian ia melaksanakan Islam ketika menyadari pentingnya syariat. Barulah memasuki tingkat yang lebih tinggi lagi (ihsan) dengan mendalami tasawuf, hakikat dan ma’rifat. Ketika seseorang telah mencapai tingkat ihsan selubung formalitas disingkirkan, dan yang dikedepankan adalah kesalehan. Perbuatan saleh tidak mesti dibungkus dalam formalitas lembaga keagamaan.<br />
Mengomentari manufer dakwah walisongo ini Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa antara Islam da paham pemikiran lain mengalami proses saling mengambil dan belajar. Dalam proses kompromi antara ajaran Islam dengan tradisi dan budaya, Islam tidak saja harus ”menjinakkan” sasarannya, tapi ia sendiripun harus bersikap ramah. Dengan demikian akan akan terjadi keragaman dalan Islam sebagai tuntutan ajarannya sendiri yang universal.<br />
Hal ini bertolak belakang dengan purifikasi dan pembaharuan Islam yang dicanangkan Abdurrauf al-Singkili dan Muhammad Yusuf al-Maqassari pada abad ke-17. Islam kemudian semakin berkembang dibawah bendera purifikasi atau pemurnian ajaran Islam yang dipelopori oleh gerakan Wahabi. Gerakan nin sangat gencar melawan semua bentuk apresiasi terhadap adat istiadat dan tradisi lokal. Bahkan di tempat asalnya sendiri. di Mekkah mereka menghancurkan kubah-kubah Masjidil Haram. Di Madinah hampir saja terjadi pembongkaran makam Rasulullah, karena dianggap berbau bid’ah dan kemusrikan.<br />
Keragaman Islam Nusantara semakin ketika kebangkitan Islam didengungkan. Meningkatnya intensifikasi persentuhan Indonesia dan Arab memungkkinkan pesona revolusi Iran, yang terjadi pada tahun 1978 menyebar ke mana-mana. Bahkan dijadikan tipe ideal gerakan Islam, yang mencita-citakan tegaknya kembali khilafah Islamiyah. Maka mulai saat itu aspirasi negara Islam muncul kembali.(Abdul Mun’im DZ, 2003)<br />
Dewasa ini semangat pemurnian Islam telah berwujud gerakan massa yang merambah ranah praksis. Di antaranya adalah jaringan Ikhwanul Muslimin, Khizbut Tahrir Indonesia dan Majlis Mujahidin Indonesia. Mereka menghasilkam alternatif nyata wujud keberagamaa yang lain. keberagamaa Islam yang mereka sebut ”otentik”, Islami dan kaffah, yang seharusnya diberlakukan di seluruh dunia Islam. Sebuah fundalentalisme yang dianggap universal (shahih li kulli zaman wa makan; cocok untuk semua jaman dan keadaan).<br />
Gagasan Islam pribumi yang dikembangkan sebagai jawaban dari Islam Otentik atau Islam Murni yang ternyata lebih mengarah kepada Arabisasi diusung oleh Abdurrahman Wahid dalam rangka menghindarkan tercerabutnya agama dari akar budaya. Menurut Gus Dur, proses Arabisasi atau mengidentifikasikan diri dengan Timur Tengah hanya mengakibatkan umat Islam Indonesia tercerabut dari akar budayanya sendiri. bagaimanapun juga jelas berbahaya mengabaikan tradisi dalam proses agamisasi. Apalagi menempatkannya di seberang program agamisasi tersebut. Tradisi keyakinan keagamaan merupakan ruh bagi nalar individu dan masyarakat dalam memahami dinamika sosial dan proses pelebura agama, dalam tata hubungan sosial dan perilaku adat istiadat lokal.<br />
Dengan pribumisasi Islam dapat dijamin adanya keragaman interpretasi dalam plikasi nilai-nilai keberagamaan di setiap wilayah yag berbeda. Kondisi ini memungkinkan Islam dipandang secara plural dan egaliter, bukan tunggal dan otoriter. Bagi Islam Pribumi, Islam bukanlah agama yang sekali jadi. Islam tidak lahir dari ruang lingkup dan lembaran kosong. Islam telah berafiliasi dalam fakta historis. Segala sesuatu, sekalipun Kitab Suci yang diyakini sebagai firman Tuhan yang abadi, karena telah membumi maka ia terkena kategori sebagai fakta historis.<br />
Fakta historis ini dapat kita jumpai semenjak Islam masih berada di Mekah dan Madinah. Islam Mekah adalah Islam hasil perjumpaan wahyu dengan tradisi lokal Quraisy atau Arab paganis (jahiliyyah). Sedang Islam era Madinah adalah Islam yang telah bersinggungan dengan perbagai budaya dunia semacam Yahudi dan Nasrani. Dengan nalar historis bisa dimengerti jika karakter dan genre ayat Makkiyah berbeda dengan ayat-ayat Madaniyah.<br />
Konsep Islamisasi Arab setidaknya menampakkan tiga pola, pertama Islam mengambil sebagian tradisi dan meninggalkan sebagian lainnya. Kedua, Islam mengambil dan meninggalkan tradisi Arab secara setengah-setengah dengan mengurangi atau menambahkan adat dan praktek pra-Islam. Ketiga, Islam meminjam norma-norma tersebut dalam bentuknya yang paling sempurna tanpa mancerna dan mengubah namanya. (Khalid Abdul Karim, 1990)<br />
Karena sifatnya yang selalu berdialektikaa dengan relitas, maka tradisi keagamaan dapat berubah sesuai dengan konteks sosial dan kultural suatu masyarakat. Dalam konteks Indonesia, Islam yang baik adalah Islam yang memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat Indonesia. Menawarkan solusi atas problem-problem yang dihadapi dan menjawab tantangan-tantangan ke depan. Dalam pandangan Gus Dur sebagai penggagas pribumisasi Islam, Islam Pribumi sama sekali tidak berpretensi untuk mengangkat budaya-budaya lokal Arab, karena Arabisasi belum tentu cocok dengan kebutuhan.<br />
Penulis adalah fasilitator Arabic and Middle East Studies. Pondok pesantren Ciganjur.<br />
Sumber: <a href="http://www.gusdur.net/">GusDur.net</a>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-60103510569965169122010-08-10T00:08:00.000-07:002010-08-10T00:08:34.835-07:00.Biografi Presiden Soekarno<div style="text-align: center;"><br />
</div><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI8krJ_T3l6VMit_n-PtzN_ESSsMCJ0DMxFL2HgPLibtvlYJEu9EPkISqlGvfYtEtIiL0GWV6NcPyweOfeySl9T8vWZ4eWE_XSTQjBrDMHDMw0UGxwzv5D6GOo8hAadsY9kYVKQza0pwar/s1600-h/soekarno.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5290234860929651938" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI8krJ_T3l6VMit_n-PtzN_ESSsMCJ0DMxFL2HgPLibtvlYJEu9EPkISqlGvfYtEtIiL0GWV6NcPyweOfeySl9T8vWZ4eWE_XSTQjBrDMHDMw0UGxwzv5D6GOo8hAadsY9kYVKQza0pwar/s320/soekarno.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 250px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 193px;" /></a>Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..<br />
<br />
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar "Ir" pada 25 Mei 1926.<br />
<br />
<span id="fullpost"><br />
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.<br />
<br />
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.<br />
<br />
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.<br />
<br />
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.<br />
<br />
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai "Pahlawan Proklamasi</span>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-41787527774688898282010-08-09T02:13:00.000-07:002010-08-09T02:13:49.744-07:00Misteri Tongkat Komando Bung Karno<iframe border="0" frameborder="0" height="80" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://scr3.kliksaya.com/ifr-ad.php?zid=45373&kstmp=1" style="border: medium none;" width="450"></iframe> <!-- End: KlikSaya.com --> <span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial,Sans-erif; font-size: 12px; line-height: 15px;"><div style="line-height: 1.3em; margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://mahasiswi-matter.blogspot.com/" style="color: #444444; text-decoration: underline;"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5495968453504749138" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtaE87SAG_YTtKnta4LSI0mkD3qee25AcGgjGsVXilwkB5ILDszmKuqFAdmQ2xI5ehj6v5SDGv8E-cPuuwB0ib7k3K7asXF8M5-u7wlnIvzihCWjAjY5GTpN6LT0z2CkVjXieVDX2Sw7QS/s400/bung-karno-dan-tongkat-komando.jpg" style="border: 1px solid rgb(204, 204, 204); cursor: pointer; float: left; height: 108px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; padding: 0px; width: 314px;" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;"><br />
</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: verdana;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Dalam banyak dokumentasi <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S8" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">foto</a></span4815712> Bung Karno, tidak sedikit <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S1" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">yang</a></span4815712> menampakkan sosok Putra Sang Fajar itu memegang atau mengempit tongkat komando. Dalam hierarki kemiliteran, posisinya sebagai Panglima Tertinggi, tentu saja merupakan hal yang wajar jika ia sering terlihat memegang tokat komando. Sama seperti yang sering kita lihat, ketika Panglima TNI, Panglima Kodam, Kapolri, memegang tongkat komando.<br />
<br />
Akan tetapi, tidak begitu <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S3" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">dari</a></span4815712> kacamata spiritual. Kalangan yang percaya hal-hal ghaib. Kalangan yang percaya adanya kekuatan tertentu pada benda-benda keramat. Kalangan yang percaya adanya hal-hal metafisik yang tidak bisa dibahas dengan kalimat lugas, dan tidak bisa dinalar dengan pola pikir normal. Nah, kelompok ini, begitu eksis di Indonesia, sejak dulu sampai sekarang.<br />
<br />
Di antara kalangan mereka, percaya betul bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti, yang berisi keris pusaka ampuh. Bahkan, kayu yang dibuat sebagai tongkat pun bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Nah, di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang.<br />
<br />
Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S6" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">cara</a></span4815712> untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air. Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa, yang banyak tumbuh di seantero negeri.<br />
<br />
Begitulah sudut pandang mistis masyarakat spiritual terhadap tongkat komando Bung Karno. Alhasil, tidak sedikit yang menghubungkan dengan besarnya pengaruh Sukarno. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan kemampuannya menyirap kawan maupun lawan. Tidak sedikit yang menghubungkan dengan “kesaktian” Sukarno, sehingga lolos dari beberapa kali usaha pembunuhan.<br />
<br />
<span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S7" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">Apa</a></span4815712> <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S5" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">kata</a></span4815712> Bung Karno? “Ah… itu semua karena lindungan Allah, karena Ia setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan selama ini. Namun kalau pada waktu-waktu yang akan <span4815712><a href="javascript:void(0);" id="Y4815712S0" style="color: #ff9624; text-decoration: underline;">datang</a></span4815712> Tuhan tidak setuju dengan apa-apa yang aku kerjakan, niscaya dalam peristiwa (pembunuhan) itu, aku bisa mampus.</span></span></div></span>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-88618496495701477722010-08-09T02:09:00.000-07:002010-08-09T02:09:58.011-07:00Memperingati wafatnya Bung Karno 21 Juni 1970<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_cfjfageT11nBNPbeWYYgw9D5oUu6YaHi_PrulobphueL-uNz9Ez3Qgz7FOpxq0xNca7OkENXeVk14g_7AXoCk5f37m2m6Nk1rsr_f264zy1lEj2mhbl1o7NgXK5MAAqTC5ivkRzkwks/s1600/020184905.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_cfjfageT11nBNPbeWYYgw9D5oUu6YaHi_PrulobphueL-uNz9Ez3Qgz7FOpxq0xNca7OkENXeVk14g_7AXoCk5f37m2m6Nk1rsr_f264zy1lEj2mhbl1o7NgXK5MAAqTC5ivkRzkwks/s320/020184905.jpg" /></a></div><b><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 20pt; line-height: 121%;">Jasa-jasa besar Bung Karno tak terlupakan</span></b><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
<br />
<b>Ajaran-ajaran revolusionernya patut dihayati oleh kita semua</b><br />
<br />
Memperingati wafatnya Bung Karno 40 tahun yang lalu, yaitu pada tanggal 21</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Juni 1970, adalah hal yang penting bagi kalangan atau golongan yang ingin</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">meneruskan perjuangan besarnya demi revolusi rakyat Indonesia dan demi</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">cita-cita bersama untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur.<br />
<br />
Wafatnya Bung Karno merupakan kehilangan yang besar sekali bagi bangsa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Indonesia, terutama bagi yang mencintainya, menghormatinya, mengaguminya, sebagai bapak bangsa, dan sebagai pemersatu bangsa yang paling agung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sepanjang sejarah Indonesia..<br />
<br />
Agaknya bagi sebagian terbesar dari rakyat Indonesia tidak adalah pemimpin</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">yang bisa menyumbangkan jasa-jasa sebesar jasa Bung Karno, atau yang bisa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">mencetuskan gagasan-gagasan serevolusioner dan sebanyak dia.<br />
<br />
Namun, ada orang atau kalangan yang berpendapat bahwa memperingati wafatnya Bung Karno, yang sudah terjadi 40 tahun yang lalu adalah sesuatu yang sudah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kedaluwarsa, atau sesuatu yang tidak perlu lagi « dikunyah-kunyah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">terus-menerus</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">». Ada juga yang mengatakan « biarkanlah masa yang lalu,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">jangan diutik-utik lagi, yang penting adalah masalah depan kita ».<br />
<br />
Orang-orang atau golongan yang mengatakan seperti tersebut di atas,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sebaiknya diajak untuk secara serius merenungkan berbagai hal yang yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">berkaitan erat dengan sakitnya atau wafatnya Bung Karno. Sebab, masalah ini</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sama sekali bukanlah hal yang sudah kedaluwarsa, dan bukannya pula sesuatu</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">yang tidak perlu dikunyah-kunyah terus-menerus atau tidak pelu diutik-utik</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">lagi.<br />
<br />
<b>Berbagai akibat wafatnya Bung Karno</b><br />
<br />
Wafatnya Bung Karno merupakan satu rentetan rantai yang tidak bisa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dipisahkan dari penggulingannya secara khianat oleh pimpinan Angkat Darat</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">(waktu itu) di bawah Suharto. Dan akibat yang menyedihkan dari penyerobotan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kekuasaan Bung Karno itu adalah lumpuhnya revolusi rakyat Indonesia dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">rusaknya negara dan bangsa seperti yang kita saksikan dewasa ini. Jadi</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">membicarakan sebab-sebab dan akibat-akibat wafatnya Bung Karno, justru ada</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">hubungannya yang erat sekali dengan berbagai hal masa kini.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><o:p></o:p></span> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 121%;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
Banyak soal di masa kini yang merupakan akibat -- secara langsung atau</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">tidak langsung -- dari berbagai persoalan yang menyebabkan wafatnya Bung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Karno dalam tahun 1970 itu . Jelaslah bahwa masalah-masalah yang menyebabkan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dan akibat wafatnya Bung Karno sama sekali bukanlah hal yang sudah kedaluwarsa untuk diingat kembali atau ditelaah lagi untuk kepentingan masa kini</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dan untuk masa depan negara dan bangsa kita.<br />
<br />
Wafatnya Bung Karno bukanlah seperti wafatnya pemimpin atau tokoh-tokoh<br />
Indonesia lainnya.<br />
<br />
Peristiwa besar ini bukan saja menimbulkan dukacita yang dalam dan luas</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">bagi</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">banyak orang, melainkan juga membangkitkan kemarahan, rasa brontak atau protes terhadap segala perlakuan buruk sebelumnya, yang sung</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">g</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">uh-sungguh biadab dan tidak manusiawi yang menyebabkan wafatnya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 121%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 121%;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Mempunyai rasa duka terhadap wafatnya Bung Karno, meskipun sudah 40 tahun berlalu, adalah wajar dan bisa dimengerti, mengingat besarnya arti Bung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Karno bagi bangsa Indonesia. Selain itu, bersikap marah besar atau gusar</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sekali terhadap perlakuan yang begitu ganas dan keji atas dirinya adalah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sah, serta benar dan bahkan sudah seharusnya.<br />
<br />
<b>Mengutuk perlakuan biadab terhadap Bung Karno</b><br />
<br />
Sebaliknya, tidak marah atau tidak mengutuk perlakuan yang keterlaluan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">biadabnya dari pimpinan Angkatan Darat (waktu itu) terhadap Bung Karno</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">adalah sikap yang salah, yang berdasarkan moral yang rendah atau akhlak yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">rusak. Sedang mengutuk atau menghujat segala hal yang tidak manusiawi yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">diperlakukan terhadap Bung Karno adalah benar, sah, adil, dan juga luhur.<br />
<br />
Siapapun yang beradab, yang berhati-nurani, yang bernalar sehat, yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">bermoral, akan tidak menyetujui siksaan fisik dan bathin yang sudah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dikenakan terhadap Bung Karno. Dan siapapun yang merasa gembira, atau yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">menyetujui, atau yang membenarkan perlakuan tidak manusiawi pimpinan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Angkatan Darat (waktu itu) terhadap pemimpin besar bangsa kita adalah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">orang-orang yang patut diragukan kesehatan jiwanya atau kewarasan nalarnya.<br />
<br />
(Untuk mendapat sedikit gambaran tentang betapa biadabnya perlakuan terhadap Bung Karno sebelum wafat, harap disimak kumpulan berbagai bahan yang sudah disajikan tersendiri melalui berbagai milis dan juga website)<br />
<br />
<b>Pendidikan politik dan moral yang penting</b></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
<br />
Peringatan tentang hari wafatnya Bung Karno tidak saja patut mejadi sumber</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pelajaran yang sangat berharga bagi para pendukungnya atau pencintanya yang jumlahnya besar sekali, melainkan juga bagi mereka yang pernah anti-Bung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Karno, atau bagi mereka yang tidak begitu mengenal sejarahnya dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">perjuangannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 121%;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
</span></div><a href="http://groups.yahoo.com/group/sastra-pembebasan/message/88811;_ylc=X3oDMTJzMWFycGdjBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzExNjcxNTQ1BGdycHNwSWQDMTcwNTMyOTcyOQRtc2dJZAM4ODgxMQRzZWMDZG1zZwRzbGsDdm1zZwRzdGltZQMxMjc2NjAwOTE1" target="_blank"><span class="insertedphoto"></span></a><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1129"><img border="0" class="alignmiddleb" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/PM8aX7DrMC6ZB9lv4LzcJw/photos/1M/300x300/1129/bk-dan-petani.jpg?et=MdO4R%2BH%2CvwJdEXWBYDBXAg&nmid=0" style="height: 161px; width: 312px;" /></a><span style="text-decoration: underline;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Peringatan sekitar peristiwa ini tidak saja bisa menjadi sumber pendidikan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">politik yang penting sekali bagi banyak orang, melainkan juga sebagai sumber</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pendidikan moral yang ideal sekali bagi rakyat luas, dan sekaligus juga</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">menjadi sumber inspirasi perjuangan revolusioner bagi berbagai golongan,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">terutama bagi generasi muda bangsa.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
<br />
D</span>engan mendengar atau membaca kembali macam-macam bahan tentang wafatnya Bung Karno dalam keadaan yang tidak normal, maka orang banyak bisa menilai</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sendiri betapa besar kejahatan pimpinan Angkatan Darat (waktu itu) yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">berupa cara-cara biadab yang tidak bisa dimaÂ’afkan oleh nalar yang sehat,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">atau tidak bisa diterima oleh hati-nurani yang bersih, atau juga tidak bisa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">dibenarkan oleh iman yang benar.</span> <b><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span><span style="font-size: large;">Bulan Juni dijadikan « Bulan Bung Karno »</span></b><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"> <br />
</span>Mengingat itu semuanya, maka dicetuskannya Pancasila oleh Bung Karno pada</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">tanggal 1 Juni 1945, dan Hari Kelahirannya pada tanggal 6 Juni 1901 serta</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Hari Wafatnya pada tanggal 21 Juni 1970 adalah tiga hari sangat bersejarah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">yang untuk selanjutnya di kemudian hari patut diperingati oleh bangsa kita</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">secara selayaknya.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Tiga hari bersejarah ini membuat tiap bulan Juni sebagai « Bulan Bung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Karno », yang dapat digunakan oleh berbagai golongan rakyat untuk mengenang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kembali keagungan satu-satunya pemimpin besar bangsa yang telah berjuang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">dengan konsekwen selama seluruh hidupnya demi kepentingan rakyat. </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Mengenang kembali Bung Karno berarti juga mengingat kembali berbagai</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">ajaran-ajaran revolusionernya, yang sekarang ini terasa sekali dibutuhkan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">oleh banyak golongan sebagai pedoman atau sumber inspirasi untuk mengadakan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">perubahan-perubahan besar dari keadaan serba bejat akibat sistem</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pemerintahan Orde Baru dan politik pro-neoliberalisme yang dijalankan oleh</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">pemerintahan- pemerintahan pasca-Suharto sampai sekarang.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Sudah lama banyak orang melihat -- serta merasakan sendiri -- bahwa bangsa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dan negara kita sedang menghadapi kekosongan pedoman besar dan pimpinan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">nasional yang kuat dan dicintai rakyat dan berwibawa seperti Bung Karno,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">sejak Suharto memerintah dengan Orde Barunya.<br />
<span style="font-size: large;"><br />
</span></span><span style="font-size: large;"><b>Keagungan ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno</b></span><br />
<span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Kita semua ingat bahwa kalau Bung Karno telah berjasa dengan banyak</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sumbangan-sumbangan besarnya untuk negara dan bangsa yang berupa berbagai</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">ajaran-ajaran revolusionernya, maka dari Suharto beserta para</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">enderalnya -- atau tokoh-tokoh sipil pendukungnya -- sama sekali tidak</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">ada (atau sedikit sekali, itu kalau pun ada !) pedoman atau ajaran yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>b<span style="font-size: small;">erharga yang bisa jadi panutan bangsa.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Kalau kita perhatikan bersama, maka nyatalah bahwa selama Suharto bersama</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Orde Barunya berkuasa (bahkan juga sesudahnya) tidak ada dokuman atau karya</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">yang mengandung pemikiran-pemikiran besar serta cemerlang yang sudah</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">disajikan kepada bangsa, yang setingkat dengan kebesaran ajaran-ajaran Bung</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Karno, seperti, antara lain : Indonesia Menggugat, Lahirnya Pancasila,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Manifesto Politik, Trisakti, Berdikari, pidato di Konferensi Bandung, <span style="font-size: small;">Panca</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>Azimat Revolusi, pidato di PBB « To build the world Anew » dll dll.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Dari pengamatan sesudah Bung Karno digulingkan secara khianat oleh Suharto</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">beserta para jenderalnya, maka di Indonesia hanya terdapat sosok-sosok yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kerdil, atau tokoh-tokoh politik yang « bonsai », yang jauh sekali</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">perbedaannya dengan kebesaran sosok atau keagungan ketokohan revolusioner</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">Bung Karno. Sampai sekarang !</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><b><span style="text-decoration: underline;"> <br />
</span><span style="font-size: large;">Sosok-sosok yang kerdil atau « bonsai »</span></b></span><br />
<span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Padahal, seperti yang kita saksikan bersama dewasa ini, negara dan bangsa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kita sedang menghadapi banyak persoalan-persoalan besar, yang berupa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kerusakan moral yang sudah parah sekali, dan kebejatan akhlak atau</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pembusukan mental yang disebabkan oleh korupsi, dan situasi ekonomi dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">sosial yang buruk akibat sistem politik yang busuk oleh kalangan-kalangan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">« <span style="font-size: small;">atas » yang bersikap dekaden, dan berkolaborasi dengan kekuatan</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>neoliberalisme. <a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1129"><span style="font-size: small;"><span class="insertedphoto"><img border="0" class="alignmiddleb" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/0gWCKDqUup8q7xdSzV97QQ/photos/1M/300x300/1131/bk-harto-kabinet-ampera.jpg?et=poK%2BAgg73dGnwR5OV0FnAg&nmid=0" /> </span></span></a></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Sebagian kecil dari kerusakan-kerusakan parah itu tercermin dalam kegaduhan sekitar peristiwa Bank Century, persoalan Bibid Chandra , kasus Gayus</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Tambunan, kasus pajak perusahaan-perusaha an Aburizal Bakri, hiruk-pikuk usul</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">« dana aspirasi » Rp 15 miliar untuk tiap anggota DPR setahun, dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">tersangkutnya para pembesar Polri, Kejaksaan, dan pengadilan dalam soal</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">korupsi dan berbagai kejahatan dll dll dll <o:p></o:p></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Di tengah-tengah kerusakan-kerusakan berat dan parah di bidang moral dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">politik itu semualah sebagian dari masyarakat kita memperingati Hari</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Wafatnya Bung Karno tanggal 21 Juni. Dan kita semua tahu bahwa segala yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">rusak parah yang sedang terjjadi dewasa ini, adalah hasil atau kelanjutan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dari produk yang dibikin oleh sistem politik dan praktek-praktek rejim Orde</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>Barunya Suharto beserta para jenderal pendukungnya.</span><b><br />
<br />
<span style="font-size: large;">Rejim Suharto adalah pengubur revolusi rakyat</span></b><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Sekarang sudah terbukti, dengan jelas pula, bahwa rejim militer Orde Baru</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pada dasarnya telah merusak cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Makin</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">terang juga bagi banyak orang, bahwa pada hakekatnya Suharto (beserta para</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">jenderal</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">pendukungnya) adalah pengkhianat Pancasila. Sudah tidak bisa</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dibantah oleh siapa pun yang berhati jujur bahwa Suharto bukanlah penyelamat</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945 melainkan, sebaliknya,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">malahan merusaknya. Jelasnya, Suharto bersama para jenderal pendukungnya</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">adalah pengubur revolusi rakyat Indonesia di bawah pimpinan Bung Karno.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Dengan mengingat hal-hal itu semualah kita bisa menjadikan Hari Wafatnya</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">Bung Karno sekarang ini sebagai kesempatan yang baik sekali untuk mengangkat</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">kembali tinggi-tinggi sejarah perjuangannya serta ajaran-ajaran</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">revolusionernya, </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Hari wafatnya Bung Karno bisa kita jadikan bagian dari « Bulan Bung Karno »</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">selama bulan Juni tiap tahun yang mencakup juga tanggal lahirnya Pancasila</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">( 1 Juni) dan hari lahirnya Bung Karno (6 Juni).</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><o:p></o:p></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span>Dengan cara begini kita semua dapat bersama-sama mengisi setiap bulan Juni</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">dengan berbagai kegiatan untuk memperingati tiga hari bersejarah yang</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-size: small;">berkaitan dengan Bung Karno.</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><span style="text-decoration: underline;"><br />
</span><span style="font-size: small;">Oleh karena dalam sejarah sudah dibuktikan dengan gamblang sekali bahwa</span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>perjuangan Bung Karno adalah untuk kepentingan semua golongan bangsa<br />
</span><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1130"><img border="0" class="alignmiddleb" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/5WSBsSIJzttVni3iGavF-g/photos/1M/300x300/1130/bung-karno-perangko.jpg?et=tO0v9ILyZMnD%2CjMVzp3EmA&nmid=0" /></a><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
Indonesia, maka seyogianya « Bulan Bung Karno » ini juga menjadi urusan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;">semua golongan yang mendukung berbagai gagasannya yang revolusioner untuk</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>menyatukan bangsa dan meneruskan revolusi yang belum selesai. </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"><br />
<br />
Dengan mengisi Bulan Bung Karno dengan berbagai kegiatann dan melalui berbagai macam cara dan bentuk untuk mmengangkat kembali ajaran-jaran revolusioner dan gagasan Bung Karno, maka kita semua bisa menjadikan Bulan Bung Karno sebagai bul;an pendidikan politik dan<span style="font-size: small;"> </span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"></span>pendidikan moral, atau pemupukan semangat pengabdian kepada rakyat.Ajaran-ajaran Bung Karno perlu disebarluaskan <br />
</span><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1132"><img border="0" class="alignmiddleb" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/79SsPDs++lZmjF3OobAzJA/photos/1M/300x300/1132/nehru-lumumba-naser-bk-tito-non-blok.jpg?et=yjhIgE8SRO91H2sTJ3lFbw&nmid=0" /><span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;">Ajaran-ajaran Bung Karno perlu disebarluaskan</span></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"><br />
<br />
Karena sudah lebih dari 45 tahun ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno telah dilarang, atau disembunyikan, atau dibuang dengan berbagai cara oleh rejim</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">Suharto (dan pemerintahan- pemerintahan penerusnya) maka segala macam</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">kegiatan untuk menyebarkannya kembali adalah penting sekali bagi kehidupan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">bangsa, termasuk bagi generasi muda dewasa ini dan anak cucu kita di</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">kemudian hari.<br />
<br />
Sejarah bangsa sudah membuktikan bahwa ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno merupakan gagasan-gagasan politik yang paling bisa mempersatukan bangsa,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">dan merupakan pedoman moral revolusioner, serta sumber inspirasi perjuangan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">bagi rakyat yang mau berjuang, teutama bagi kaum buruh, tani, perempuan,</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">kalangan muda, dan rakyat miskin pada umumnya.<br />
<br />
Bangsa Indonesia patut merasa bangga mempunyai ajaran-ajaran revolusioner dan gagasan-gagasan agung yang telah disumbangkan oleh Bung Karno. Oleh karena itu ajaran-ajaran atau gagasan-gagasan besarnya itu perlu</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">disebarluaskan seluas-luasnya untuk dipelajari dan dihayati oleh sebanyak</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">mungkin orang dari berbagai golongan yang mau berjuang.<br />
<br />
Ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno adalah senjata yang ampuh sekali bagi</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">semua golongan yang mau berjuang melawan ketidakadilan , penindasan, dan</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">penghisapan dari semua kalangan reaksioner di Indonesia, dan juga untuk</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">melawan neo-liberalisme. Sari pati atau inti jiwa revolusioner</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">ajaran-ajaran revolusionernya itu dapat digali oleh siapa saja dalam</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">berbagai bukunya, terutama dalam « Dibawah Bendera Revolusi » dan « Revolusi Belum Selesai ».<br />
<br />
Dengan semangat untuk menjunjung tinggi-tinggi ajaran-ajaran revolusionernya</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">dan jasa-jasanya yang besar kepada bangsa Indonesia inilah kita peringati</span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">Hari Wafatnya Bung Karno pada tanggal 21 Juni ini.<br />
<br />
<b>Paris, 14 Juni 2010</b><br />
<br />
<b>1.. Umar Said</b><br />
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;"><span> </span></span><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt;">* * *</span><br />
<span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; font-style: italic; line-height: 121%;">Ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno adalah senjata yang ampuh sekali bagi semua golongan yang mau berjuang melawan ketidakadilan , penindasan, dan penghisapan dari semua kalangan reaksioner di Indonesia, dan juga untuk melawan neo-liberalisme. Sari pati atau inti jiwa revolusioner ajaran-ajaran revolusionernya itu dapat <span style="font-size: small;">digali oleh siapa saja dalam</span></span><span style="font-size: small; font-style: italic;"><span style="font-family: "Georgia","serif"; font-size: 12pt; line-height: 121%;"> </span>berbagai bukunya, terutama dalam « <span style="font-weight: bold;">Dibawah Bendera Revolusi</span> » dan « <span style="font-weight: bold;">Revolusi Belum Selesai</span> ».</span></a>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-87969596887152376292010-08-09T01:52:00.000-07:002010-08-09T01:52:09.273-07:00Cerita Misteri, LUKISAN BUNGKARNO BISA HIDUP<div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp1c7_6ejXX8yVgbvEFl8I4oJOuqrSVRR8Vzvn22zBcn52-xK1K6SHf2n2sOA2B7i7for_nBUPl4oLlTIia-9Iqxb_mdE2wT9saiNWWEo6uVPGUHtBEng6MVZR3_OZuEydnotDYFiwmk_P/s1600-h/Kelut.jpg" onblur="try
{parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5227924049361175314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp1c7_6ejXX8yVgbvEFl8I4oJOuqrSVRR8Vzvn22zBcn52-xK1K6SHf2n2sOA2B7i7for_nBUPl4oLlTIia-9Iqxb_mdE2wT9saiNWWEo6uVPGUHtBEng6MVZR3_OZuEydnotDYFiwmk_P/s320/Kelut.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 349px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 469px;" /></a><span style="font-weight: bold;">gunung kelud asal jin penunggu makam dan lukisan bung karno</span></div><br />
<span style="font-weight: bold;">KONON MAKHLUK HALUS BERNAMA JATORO SURO MERUPAKAN JIN PENUNGGU GUNUNG KELUD YANG TELAH DI TAKHLUKKAN OLEH BUNGKARNO, IA MENJADI PENGAWAL GAIB BUNGKARNO SEMASA HIDUPNYA, SETELAH SANG MAJIKAN WAFAT , JATORO BERDIAM DI DALAM LUKISAN BUNGKARNO.... BENARKAH??</span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8r1OAwP0vt3z1X9PjXC7GIW2wBb1GvaZKH3PA1HxqiBxRZFTmTZpQAeaVAHY5L0rQnpHYMBDeQXmNZhyphenhyphenoyGqdPDSUrT0BCmY4iBjk9kZ7D_4uwTxTkJdt9fNF4F8tAiOIn4tgmdV_Eg7Y/s1600-h/serem7.jpg" onblur="try
{parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5227925831499679730" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8r1OAwP0vt3z1X9PjXC7GIW2wBb1GvaZKH3PA1HxqiBxRZFTmTZpQAeaVAHY5L0rQnpHYMBDeQXmNZhyphenhyphenoyGqdPDSUrT0BCmY4iBjk9kZ7D_4uwTxTkJdt9fNF4F8tAiOIn4tgmdV_Eg7Y/s320/serem7.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 339px;" /></a><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">Lukisan Bung Karno</span></div><br />
<span style="font-weight: bold;">cerita misteri, </span>Musseum bung karno yang terletak di blitar memiliki berbagai koleksi peninggalan bung karno, selain benda-benda yang bernilai sejarah yang erat kaitannya dengan bung karno , di museum yang tak pernah sepi pengunjung ini juga terdapat sebuah lukisan besar yang berukuran 150cm x 175cm yang bergambar bung karno.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Cerita misteri</span> keanehan Lukisan ini , menurut sejumlah orang yang pernah melihatnya adalah <span style="font-weight: bold;">TAMPAK HIDUP</span>, siapapun yang melihat lukisan ini sambil memusatkan konsentrasi serta pandangan terarah penuh dibagian jantung bung KARNO pada lukisan ini maka <span style="font-weight: bold;">SEKETIKA NAMPAK BERGERAK</span>, <span style="font-weight: bold;">SEOLAH-OLAH BERDETAK SEPERTI LAYAKNYA ORANG SEDAN</span>G <span style="font-weight: bold;">BERNAFAS.</span> banyak pengunjung yang heboh karena menyaksikan lukisan ini seperti hidup. sejak saat itu lukisan ini menjadi obyek pertama yang didatangi pengunjung..<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcNwmqCZg7OSxAWwtqLPLwJmXRr5iVDYJGUqOG9SxdLVW3zKMZt0o_gjekGMiQDoZsqAD9JgNUv5lhcCl9pRBn6n3AI3zd6s2jQVu1ZuvouRoM_UuGhXcfQq4KPqWoQnOWKFXb4rbeOOZI/s1600-h/serem+8.jpg" onblur="try
{parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5227930348508373106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcNwmqCZg7OSxAWwtqLPLwJmXRr5iVDYJGUqOG9SxdLVW3zKMZt0o_gjekGMiQDoZsqAD9JgNUv5lhcCl9pRBn6n3AI3zd6s2jQVu1ZuvouRoM_UuGhXcfQq4KPqWoQnOWKFXb4rbeOOZI/s320/serem+8.jpg" style="cursor: pointer; display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center;" /></a>Menurut Penjaga musseum Tanwir, didalam lukisan tersebut berdiam sosok gaib bernama jatoro suro sosok jin penunggu gunung kelud yang telah di takhlukkan bung karno. cerita ini berdasar pada penerawangan beberapa paranormal. dulu sebelum ada lukisan tersebut sosok jin penunggu lukisan tersebut bersemayam di dekat makam bungkarno dan bukanlah<span style="font-weight: bold;"> cerita misteri.</span><br />
<br />
Sebuah <span style="font-weight: bold;">cerita mister</span>i, konon bung karno adalah seseorang yang gemar bermeditasi, pada saat melakukan ritual di gunung kelud, ada sosok makhluk halus yang menggodanya dan berusaha menggagalkan meditasinya, karena digoda tak mempan akhirnya jin ini menyerangnya, akhirnya terjadilah perkelahian di alam gaib yang pada akhirnya dimenangkan oleh bung karno, pada saat itulah akhirnya jin ini menjadi pengawal bungkarno. jin ini sangat setia pada bung karno, saat bung karno meninggalpun jin ini tetp setia berada di samping makam nya bahkan terkadang jin ini merubah wujudnya menjadi bung karno. fenomena ini asli fenomena alam gaib dan bukan rekayasa.dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-44392389585131052082010-08-09T01:31:00.000-07:002010-08-09T01:31:05.651-07:00Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLBJkYVENQ8spbytfI_vVxC5Rw72qFI-SIQzCGwu4JCgK9e-CFUewt2lEZlYSQZfXLqr5xy8_Y9EaVOmEEkDEQqRnzl-3D_TI5GhoHNY-nAnOkR4HF6PuxgaRrvJjsRB_ptbRNGhCon5w/s1600/bk-mm-juni-56.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLBJkYVENQ8spbytfI_vVxC5Rw72qFI-SIQzCGwu4JCgK9e-CFUewt2lEZlYSQZfXLqr5xy8_Y9EaVOmEEkDEQqRnzl-3D_TI5GhoHNY-nAnOkR4HF6PuxgaRrvJjsRB_ptbRNGhCon5w/s320/bk-mm-juni-56.jpg" /></a></div><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span>“Kenapa anda tidak menembak Soekarno waktu kudeta dulu?” , Kapten Westerling ditanya. Apa jawabnya? Kapten yang pernah mengatakan bahwa Soekarno adalah tokoh yang paling dibencinya, menjawab: “Orang Belanda itu perhitungan sekali. Satu peluru harganya 35 sen. Sedangkan harga Soekarno tak lebih dari 5 sen. Jadi rugi 30 sen. Kerugian yang tidak bisa dipertanggungjawabkan”. Dengan kata lain Westerling ingin menghina Soekarno, bahwa pelurunya lebih mahal daripada nyawa Soekarno.</span><br />
<br />
Indonesia tentu saja geram dengan penghinaan itu. Beberapa kali ada usaha untuk mengekstradisi Westerling ke Indonesia. Sayangnya usaha itu tak pernah terwujud sampai meninggalnya Westerling tahun 1987 dalam usia 68 tahun di Purmerend Belanda. Beberapa jam sebelum meninggal akibat serangan jantung, Westerling dikabarkan marah-marah pada wartawan Belanda yang tidak pernah berhenti menguber noda masa lalunya.<br />
<br />
Permintaan untuk mengekstradisi dan mengadili Westerling terutama bukan karena penghinaan tadi. Tapi juga karena kekejamannya di masa agresi militer Belanda plus percobaan kudetanya terhadap Presiden Soekarno. Kekejaman Westerling dituding memakai cara-cara Gestapo. Tudingan ini bukan hanya dari pihak Indonesia, tapi tudingan pada Westerling ini justru sangat gencar datang dari orang Belanda sendiri, terutama kaum peduli HAM.<br />
<br />
<!-- [if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" style='width:440.25pt; height:335.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Gue\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.png" o:title=""/> </v:shape><![endif] --><!-- [if !vml] --></span></b><span class="insertedphoto"><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1155"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/mUfzNXQdxjHLridE1btntA/photos/1M/300x300/1155/1tembakbk2.jpg?et=MmYCeNA7yF5QhXBLZ9WJIA&nmid=0" /></a>* </span><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span></span></span><i><span style="font-size: 12pt;">Rakyat Sulsel dikumpulkan, sebelum dibantai Westerling</span></i></b><span style="font-size: 12pt;"> </span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Desember 1946 – Februari 1947 <span> </span><o:p></o:p></span></i></b> <br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p>Harian “De Waarheid” di Belanda menurunkan berita bulan Juli tahun 1947, isinya tentang kekejaman Westerling yang dinilai sama dengan kekejaman pasukan Jerman di PD II. Kemudian harian “Vrij Nederland” Juli 1947, juga merinci bagaimana kekejaman Westerling. Misalnya menyuruh dua tawanan bertarung. Lalu yang kalah ditembak mati. Termasuk mengeksekusi orang-orang tak bersalah di depan umum. Maksudnya untuk menakut-nakuti penduduk lain agar mereka mau buka mulut tentang persembunyian gerilyawan.<br />
<br />
“Semua orang kampung, juga perempuan dan anak-anak, dikumpulkan dan ditembaki satu per satu. Saya pura-pura mati dan menjatuhkan diri di antara timbunan mayat berlumuran darah Saya tidak berani bergerak sebelum merasa yakin, Westerling dan pasukannya itu benar-benar telah pergi jauh”. Begitulah kesaksian seorang penduduk di Makassar atas aksi kekejaman Westerling.<br />
<br />
Ketika masih bekerja di Jakarta, saya pernah mewawancarai seorang pejabat militer yang bermukim di bilangan Matraman Jakarta. Wawancara itu antara lain menyinggung tentang pengalamannya bertemu Westerling. Pak Suryadi bercerita, dia sempat ditahan di sel oleh Westerling. Di sel itu selama hampir tiga hari dia digantung dengan kepala di bawah dan kaki di atas. “Rasanya saya sudah hampir mati saja. Untung saja saya tidak sampai dibunuh”.<br />
<br />
Raymond Paul Pierre Westerling, lahir di Istanbul 31 Agustus 1919, adalah tentara bayaran Belanda. Ayahnya Belanda, ibunya Turki. Tapi ada juga yang mengatakan ibunya orang Yahudi, ada yang mengatakan orang Yunani yang lahir di Turki. Simpang siur. Maklumlah, sejak usia 5 tahun Westerling mesti hidup sendiri di panti asuhan karena ditinggal kedua orangtuanya. Mungkinkah kekerasannya disebabkan sejak usia dini dirinya terpaksa tumbuh sendiri di jaman perang yang ganas, tanpa belaian kasih sayang orangtua? <br />
<br />
Kapten ini biasa juga dipanggil “Turk”, panggilan yang biasanya ditujukan buat orang-orang berdarah Turki di Belanda.<br />
<br />
Dia bisa bergabung dengan kesatuan Belanda, setelah mendatangi konsulat Belanda di Istanbul dan menawarkan diri sebagai sukarelawan perang. Kebrutalannya dan nalurinya sebagai penjagal mungkin membuat perang menjadi tempat yang cocok untuknya. Dia sendiri pernah mengakui, dalam perang dia menemukan kesenangannya. Keahliannya dalam kemiliteran adalah sabotase dan peledakan. Dia digojlok dalam satuan komando dengan training yang karena begitu kerasnya disebut “neraka dunia”, di Pantai Skotlandia yang dingin kosong melompong tanpa penghuni. Latihan keras untuk meraih baret hijau itu antara lain bertarung dan membunuh dengan tangan kosong, tanpa suara.<br />
<br />
Berbekal segudang training berat kemiliteran, akhirnya Westerling sang tentara bayaran ditugaskan ke Indonesia untuk menumpas pemberontakan. Tugas sebagai pimpinan pasukan komando baret merah berada di pundaknya.<br />
<br />
Seorang eks anak buahnya menggambarkan Westerling sebagai, “Orang yang kejam, tidak menghargai hidup dan suka melanggar janji. Dia bisa membiarkan tahanan di sel berhari-hari tanpa diberi makanan. Kadang dijanjikannya bahwa tawanan akan dilepaskan kalau mereka mau menolong Westerling. Tapi setelah tawanan itu sudah terlalu lemah dan tidak bisa lagi berjalan, malah langsung ditembak mati”. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: 12pt;"><o:p> </o:p></span></b><span class="insertedphoto"><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1156"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/xYXNnDpkMwBUn3f0Lz6JZg/photos/1M/300x300/1156/1tembakbk3.jpg?et=CwyE8O3FzJBmNapX1TL6jQ&nmid=0" /></a>* </span><b><i><span style="font-size: 12pt;">Kapten Westerling <o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><b>Bahkan bagi anak buahnya sendiri, kekejamannya kadang dinilai keterlaluan. Sampai kadang ada yang menolak melaksanakan perintahnya, karena tak sampai hati menembak tawanan. Akibatnya anak buah yang membangkang tentu saja harus menerima hukuman indisipliner dari sang kapten ini.<br />
<br />
Di Indonesia Westerling dikenal sebagai “algojo” yang melakukan pembantaian berkubang darah, terutama di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Dari kota Makassar sampai kabupaten Barru, Parepare, Pinrang, Sidrap, dan Enrekang. Kejadian itu sekitar Desember 1946 – Februari 1947. Korban terbanyak adalah di Galung Lombok, kabupaten Barru. Untuk mengenang sejarah kelam itu, pemerintah kota membangun tugu di kota Makassar, disebut monumen korban 40.000 jiwa. Apakah betul sebanyak 40.000 jiwa, hingga kini masih diperdebatkan kebenarannya jumlahnya. Namun ada satu hal yang jelas. Nyaris semua kesaksian, baik pihak Indonesia maupun pihak Belanda sendiri membenarkan bagaimana kejinya kekejaman Westerling. Dia adalah prajurit yang sangat mudah menembak mati seseorang, tanpa alasan jelas. Seperti menembak burung saja. Itu belum terhitung menyiksa tawanan secara tidak berperikemanusiaan.<br />
<br />
Untuk menggambarkan kekejaman Westerling yang berdarah dingin itu, J. Dancey seorang perwira Inggris bercerita, “Suatu pagi saya mendatangi Westerling untuk minum dan ngobrol bersama. Tiba-tiba dengan tenang dia mengambil potongan kepala dari keranjang sampah di samping meja kerjanya. Katanya itu potongan kepala dari pimpinan pemberontak yang baru saja dipenggalnya”. Westerling seakan ingin mengajari perwira Inggris itu, “begini lho caranya kalau mau menumpas pemberontakan!”. <br />
<br />
Situasi perang kadang membuat seorang prajurit mesti bertindak “saya yang mati atau kamu yang mati”. Sehingga mau tidak mau, kadang mesti membunuh. Namun itu tidak berarti prajurit tidak pakai aturan dan diperbolehkan membunuh sesuka hati. Tetap ada aturannya. Jika tidak, maka bisa kena tuduhan melakukan pelanggaran HAM.<br />
<br />
Karena melakukan pembunuhan seenak perutnya sendiri, maka perbuatan Westerling tergolong pelanggaran HAM dan dituding melakukan kejahatan perang. Westerling memang menumpas pemberontakan dengan caranya sendiri. Dengan cara bengis dan kejam. Padahal ketika itu sesuai ketentuan Westerling harus berpegang pada Pedoman Pelaksanaan bagi Tentara untuk Tugas di Bidang Politik dan Polisional. Karena keluar dari pedoman komando, Westerling pun dipecat tahun 1948. Di Belanda pun, status Westerling masih sering diperdebatkan. Pahlawan atau penjahat?<br />
<br />
Sebagian pihak di Belanda pernah mengelu-elukan Kapten Westerling sebagai pahlawan yang berhasil menumpas pemberontakan. Tapi ada juga kaum kritis di Belanda yang mengatakan Westerling itu cuma seorang penjahat perang.</b><br />
<br />
<span> </span><!-- [if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" style='width:480pt;height:335.25pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Gue\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.png" o:title=""/> </v:shape><![endif] --><!-- [if !vml] --></span><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1156"><span class="insertedphoto"></span></a><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1157"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/xQlBsHAm3CumQ94wpCuiGA/photos/1M/300x300/1157/1tembakbk4.jpg?et=F%2BPr26A591uc19dLsrdhig&nmid=0" /></a>* <b><i><span style="font-size: 12pt;">Westerling dikerumuni wartawan di aiport di Brussel setelah melarikan diri dari Indonesia</span></i></b><b><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><b>Jika saya ke Indonesia, kadang ditanya, “Kenapa sih kamu menikah dengan orang Belanda?. Mereka itu kan penjajah?!”. Bahkan saya pernah bertemu orang yang menolak menyopir mobil karena di antara rombongan ada orang Belandanya.<br />
<br />
Jaman sudah berubah. Sejarah bergulir dengan cepat. Namun dendam sejarah masa lampau masih membuat sebagian orang Indonesia tetap menyimpan citra kelabu tentang Belanda. Faktanya, justru rakyat Belanda sendiri yang mendesak pemerintah Belanda untuk minta maaf terhadap rakyat Indonesia atas kejahatan perang di masa lalu. Bahkan penyelidikan dan penelitian tentang kejahatan dan pelanggaran HAM agresi militer Belanda diungkap sendiri oleh para sejarawan Belanda dan pers Belanda sendiri.<br />
<br />
Karena itu sekarang mulai sedikit terkuak misteri, mengapa di masa hidupnya Westerling bisa leluasa bergerak sana-sini. Ini janggal. Apalagi gara-gara kebengisannya di Sulawesi Selatan, ketika itu Westerling sudah dipecat dari kesatuannya. Tapi anehnya, sesudah itu Westerling malah berhasil mendirikan organisasi rahasia, mengumpulkan kekuatan, pendukung dan punya kekuatan senjata. Puncaknya di tahun 1950 malah melakukan kudeta terhadap Indonesia sebagai negara berdaulat. Padahal sehebat-hebatnya Westerling, seberapa hebat sih kekuatan seorang tentara sewaan?<br />
<br />
Aneh. Sudah jelas-jelas melakukan kejahatan perang, dipecat, tidak punya fungsi strategis apa-apa di kemiliteran tapi kok bisa lepas dari jerat hukum? Ditambah masih kurang ajar berani mengkudeta Soekarno pula. Padahal ketika itu banyak suara, baik dari pihak Indonesia maupun Belanda sendiri yang ingin Westerling diseret ke mahkamah militer.</b><br />
<br />
<span></span><!-- [if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1033" type="#_x0000_t75" style='width:384pt;height:267pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Gue\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.png" o:title=""/> </v:shape><![endif] --><!-- [if !vml] --></span><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1156"><span class="insertedphoto"></span></a><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1158"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/7aX0Fu0nsOx-9FHRal1GQQ/photos/1M/300x300/1158/1tembakbk5.jpg?et=zzUg%2BaxtwYHxkaGoXtxLXA&nmid=0" /></a>*<b><i><span style="font-size: 12pt;">Bung Karno ditawan Belanda dan diantar ke Maguwo oleh Letkol Van Langen<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: 12pt;"><span></span><b>Boro-boro diajukan ke pengadilan, tahu-tahu setelah pemecatannya, malah terdengar kabar Westerling berhasil mengumpulkan 500.000 pengikut dan mendirikan organisasi rahasia bernama “Ratu Adil Persatuan Indonesia” (RAPI), dilengkapi kesatuan bersenjata yang dinamakan “Angkatan Perang Ratu Adil” (APRA).<o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-size: 12pt;">Dengan organisasinya itu, tahun 1950 Kapten “Turk” alias Westerling bekerja sama dengan Darul Islam Jawa Barat mengadakan kudeta yang dikenal dengan peristiwa “kudeta 23 Januari”. Di balik kudeta ini kemudian terungkap juga keterlibatan Sultan Hamid II, eks perwira KNIL (beristrikan wanita Belanda), putra sulung Sultan Pontianak. Motif kudeta di antaranya ingin mendirikan negara sempalan yang bernama Negara Pasundan. Pasukan Westerling menembaki setiap tentara TNI yang ditemui. Sebanyak 79 pasukan Siliwangi dan enam penduduk sipil gugur.<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p> </o:p></span></b><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1160"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/kU3IYuUlRDibun5dDYmmIQ/photos/1M/300x300/1160/1tembakbk7.jpg?et=hjbaaxr05NbgZ6WT1l2TBA&nmid=0" /></a><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><!-- [endif] -->*</span></b><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1159"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/V2eVtpIyNpey9mY1BRGVxw/photos/1M/300x300/1159/1tembakbk6.jpg?et=UWwKn9%2CHMeUzzavPflXLRQ&nmid=0" /></a><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><!-- [endif] --><i><span> </span></i></span><i><span style="font-size: 12pt;">Peristiwa penyerangan APRA, Bandung, 27 Februari 1950<o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Tapi kudeta itu berhasil digagalkan pasukan TNI. Kegagalan kudeta itu antara lain karena diwarnai desersi anak buah Westerling sendiri. Pemerintah dan militer Belanda sendiri mengaku tidak pernah mendukung kudeta itu. Walaupun demikian, tak bisa disangkal adanya andil dari “oknum” Belanda - siapapun dan apapun namanya, terhadap suksesnya Westerling meloloskan diri ke Belanda.<br />
<br />
Sejak peristiwa kudeta gagal itu, Westerling semakin menjadi buruan Indonesia. Namun berkat koneksinya dengan beberapa pejabat militer, akhirnya Westerling dengan menumpang pesawat Catalina berhasil lari ke Singapura. Di negara ini dia sempat ditahan oleh pasukan Inggris selama dua minggu. Namun selanjutnya “Kapten Turk” berhasil lari ke Belgia. Sesudah itu secara diam-diam masuk ke Belanda. Permintaan Indonesia untuk mengekstradisi Westerling tak pernah dikabulkan.<br />
<br />
Pemerintah Indonesia tentu saja tahu bahwa tuntutan HAM tidak pernah mengenal batas kadaluarsa. Jika hingga kini tak pernah terdengar adanya tuntutan Indonesia terhadap Belanda terkait masalah ini, mungkinkah karena didasari pertimbangan politis tertentu?<br />
<br />
Lolosnya Westerling dari jeratan hukum, menimbulkan pertanyaan yang beberapa lama tidak pernah terjawab. “Mengapa selama itu Westerling bisa lenggang kangkung di balik semua pelanggaran yang sudah dilakukannya? Adakah orang kuat di belakang Westerling? Adakah konspirasi di balik kudeta Westerling? Siapa orang kuat di balik kudeta Westerling? Dari mana Westerling bisa memperoleh senjata? Seberapa besar kekuatan tentara bayaran Westerling hingga bisa membentuk pasukan elit-nya sendiri untuk melakukan kudeta?”.<br />
<br />
Latar belakang Westerling ternyata tidak sesederhana yang diduga. Westerling pernah menjadi pengawal pribadi Lord Mountbatten, pernah bekerja untuk dinas rahasia Belanda di London dan akhirnya benang merahnya.....tahun 1944 pernah bekerja sebagai pengawal pribadi Pangeran Bernhard.<br />
<br />
Akhirnya teka-teki di balik kejanggalan semua ini terkuak, melalui penelusuran dan penelitian sejarawan Belanda bernama Harry Veenendaal dan wartawan Belanda, Jort Kelder. Setelah mengadakan penelitian selama 8 tahun, keduanya berhasil mengumpulkan bukti dan dokumen tentang keterlibatan Pangeran Bernhard di balik kudeta Westerling. Rupanya suami Ratu Juliana itu ingin seperti Lord Mountbatten yang pernah menjadi raja di India. Jika kudeta Westerling itu berhasil, menurut bukti-bukti yang ada, disebutkan Pangeran Bernhard ingin menjadi raja di Indonesia. Apakah sang Pangeran ingin mempunyai fungsi penting lain daripada “cuma” sebagai suami ratu?<br />
<br />
<!-- [if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1036" type="#_x0000_t75" style='width:545.25pt; height:574.5pt'> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Gue\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.png" o:title=""/> </v:shape><![endif] --><!-- [if !vml] --></span></b><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1160"><span class="insertedphoto"></span></a><a href="http://dpyoedha.multiply.com/photos/hi-res/1M/1161"><img border="0" class="alignleft" src="http://images.dpyoedha.multiply.com/image/5pZ7QlkF81x3fPX-Diea5w/photos/1M/300x300/1161/1tembakbk8.jpg?et=VtwLucv%2BChJFdHSr7EYjpQ&nmid=0" /></a>* <b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pangeran Bernhard</span></i></b><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
<br />
Temuan di atas berdasarkan kesaksian dari laporan Marsose dan buku harian sekretaris pribadi istana, Gerrie van Maasdijk. Sekretaris ini dulu dipecat setelah konfliknya dengan Pangeran Bernhard. Penemuan itu dirangkum dalam buku berjudul “ZKH”, Zijne Koninkelijke Hoogheid (Paduka Yang Mulia Pangeran). Menurut penyelidikan ternyata Westerling pernah mengadakan kontak rahasia dengan staf Pangeran Bernhard sehubungan dengan kudeta itu.<br />
<br />
Penelusuran mengarah ke bukti-bukti adanya bantuan rahasia penyaluran senjata dari pihak Pangeran Bernhard terhadap pasukan Westerling. Bahkan ada temuan yang menunjukkan bahwa sang Pangeran sudah mengantisipasi jika kudeta itu berhasil. Yaitu permintaan bantuan kepada Jendral Douglas Mac Arthur sebagai panglima di pangkalan Pasifik untuk mengirim pasukannya, jika kudeta Westerling sukses dan menimbulkan perang saudara.<br />
<br />
Kalau kita harus menentukan pemenang di antara Westerling, Soekarno, Pangeran Bernhard: siapakah setelah perang yang pantas disebut sebagai pemenang? Westerling yang walaupun disebut penjahat perang, tapi sampai mati tidak pernah diseret ke mahkamah militer? Presiden Soekarno yang gagal dikudeta Westerling (tapi berhasil dikudeta “geger 1965”)? Pangeran Bernhard yang terkesan “immun” karena posisinya sebagai suami sang Ratu?<br />
<br />
Entahlah. Orang bilang, di dalam perang yang menang jadi abu, kalah jadi arang. Semua ketiga tokoh di atas sudah “Rest in Peace”. Bagi orang-orang di “alam RIP”, soal kalah dan menang tidak lagi penting. Toh kehidupan sudah memberi setiap orang jatah kemenangan dan kekalahannya masing-masing. Kemenangan bagi seseorang, mungkin disebut kekalahan di mata orang lain. Begitu juga sebaliknya.<br />
<br />
<i><span>Yang jelas, cerita sejarah perang mungkin saja bisa jadi cerita menarik. Tapi sayang sekali nyaris tak ada cerita tentang damai di dalamnya.</span></i></span></b></div>dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-58063684513773752562010-08-04T22:31:00.000-07:002010-08-04T22:31:55.072-07:008 Tempat Angker dipulau Jawa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipUsR9YJkEYto3OJsQ674JuTI477X0LMNrLy4EH0kutYkRp6TZ2Yvp08VaOgFdc-vNg226Erwq7eUmqvEjpXPWa4eJH-JNKZfdQLORDdWT0nQHby8qLkuWBrNL2mym9LYtFWN20LZK2Yw/s1600/gua_akbar.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipUsR9YJkEYto3OJsQ674JuTI477X0LMNrLy4EH0kutYkRp6TZ2Yvp08VaOgFdc-vNg226Erwq7eUmqvEjpXPWa4eJH-JNKZfdQLORDdWT0nQHby8qLkuWBrNL2mym9LYtFWN20LZK2Yw/s320/gua_akbar.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Sampai saat ini pulau jawa kental dengan mistik. Banyak tepat tempat yang dianggap <strong>angker</strong> atau <strong>wingit</strong>. Sebagian digunakan untuk tempat ziarah. Berikut 8 tempat <strong>keramat</strong> dipulau jawa.<span id="more-1254"></span><strong></strong></div><div style="text-align: justify;"><strong>Kawasan Pantai Selatan</strong><br />
KOnon pantai selatan pulau jawa dihuni oleh makhluk jin yang dipimppin Ratu Kidul. Kawasan pantai selatan yang dianggap angker adalah Pantai Parangkusumo (Tempat labuhan Kraton Yogyakarta, dianggap sebagai pintu gerbang gaib keraton Laut Kidul), Pantai Parangtritis, GUa Langse (pertapaan).</div><strong>Makam Raja – Raja Imogiri</strong><br />
Makam imogiri merupakan makam raja raja mataram sampai keturunanya kasultanan yogyakarta dan kasunanan surakarta. Untuk masuk areal makam raja harus mengenakan pakaian khusus dan menggunakan peraturan khusus. Tidak boleh sembarangan di makam ini.<br />
<strong>Kraton Yogyakarta</strong><br />
Bila berkunjung ke keraton jogja di siang hari tentu tidak terlalu terasa keangkerannya. Tapi kalau sudah menjelang sore hingga malam hari suasana berubah 180 derajat. Memang suasananya indah, lampu-lampu menambah keindahan istana ini. Sunyi senyap suasananya, hanya beberapa abdi dalem yang lewat. Dilain pihak suasana sakral sangat terasa. Yang paling kuat adalah disekitar bangsal proboyeksa di belakang bangsal kencana. Ya pasti..karena tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan pusaka kraton. Yang menjaga tentunya bukan manusia tapi khusus prajurit dari dunia lain.<br />
Menurut rekan penulis yang merupakan fotografer senior yang mendapat tugas untuk mengambil foto bercerita banyak. Mulai dari camera yang selalu mati ketika dibidikan disuatu obyek padahal ketika diulang diobjek lain bisa hidup. Hasil foto yang yang tidak masuk akal ketika dicetak ternyata ada sepasang mata raksasa yang sedang mengawasi.<br />
<strong>Gunung Merapi</strong><br />
Setiap tahun Kraton Yogyakarta mengadakan labuhan untuk menghormati pengunggu gunung merapi Eyang Sapu Jagad . Bagi pendaki merapi pasti tidak asing dengan pasar bubrah. Pasar bubrah adalah pasarnya bangsa mahkluk halus. Watu gubug di gn.merbabu adalah pintu gerbang menuju kerajaan gaib. Di puncak gunung gede terdapat lapangan luas yang konon pendaki yang berkemah di sana sering mendengar derap kaki kuda atau melihat istana.<br />
<strong>Alas Purwo Banyuwangi</strong><br />
setahu saya alas Purwo berada di pesisir selatan dekat pantai plengkung. Sejak dulu alas purwo digunakan untuk menguji ilmu bagi pertapa yang ingin berhubungan dengan dunia gaib.<br />
<strong>Lawang Sewu</strong><br />
Lawang Sewu sudah terkenal dengan keangkeran nya. Orang-orang yang tinggal disekitar perumahan sana sering mengatakan bahwa mereka melihat bayangan-bayangan dan sebagainya. Lawang Sewu terletak di Semarang, Jawa Tengah dan diberi nama Lawans Sewu yang dalam bahasa Jawa berarti Seribu Pintu karena bangunan ini mempunyai pintu yang banyak sekali.<br />
<strong>Gunung Tidar Magelang</strong><br />
Gunung Tidar tidak hanya terkenal sebagai ikon atau identitas Kota Magelang. Bagi sebagian orang yang memang nglakoni lelaku spiritual , Gunung Tidar merupakan salah satu obyek yang menjadi tempat tujuan mereka untuk mendekatkan diri kepada Gusti Allah.<br />
Dahulu, Gunung Tidar terkenal akan ke-angker-annya dan menjadi rumah bagi para Jin dan Makhluk Halus. Jalmo Moro Jalmo Mati, setiap orang yang datang ke Gunung Tidar bisa dipastikan kalau tidak mati ya modar (dan mungkin hal ini yang menjadi asal usul nama Tidar).<br />
Berdasarkan penuturan Mbah Paiman selaku Juru Kunci Gunung Tidar, di Gunung Tidar terdapat 2 buah makam yaitu Makam Kyai Sepanjang dan Makam Sang Hyang Ismoyo (atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar). Sedangkan tempat yang selama ini dikenal sebagai Makam Syekh Subakir sebenarnya hanyalah petilasan beliau.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><strong>Kawasan Gunung Bromo</strong><br />
Di ranu kumbolo didekat gn semeru para pendaki yang berkemah sering melihat hantu wanita muncul dari tengah danau. Peristiwa-peritiwa gaib sering dialami para pendaki hampir di seluruh gunung-gunung yang terkenal dengan keangkerannya. Para pendaki sering diingatkan oleh masyarakat setempat, petugas, maupun peraturan yang jelas-jelas berisi pantangan-pantangan yang berhubungan dengan makhluk halus penghuni gunung yang bersangkutan.dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-47381621617697343162010-08-04T22:07:00.000-07:002010-08-04T22:07:24.354-07:00Sejarah Mistis Tokoh Purwa Jawa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8Hnb5GR9EXeqMSszNqzwSDbcDWvhILsBFY692Cl4hPZQpLnZs08AaTsg9iDx_SgvnZK41KKU-UYp96eE9Rhxs8bi8Fq4BEX4xZsLOG3juoNvPPKI3Wp2hG9-iag7t8NE5_3_sQYgACrw/s1600/takengon31.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8Hnb5GR9EXeqMSszNqzwSDbcDWvhILsBFY692Cl4hPZQpLnZs08AaTsg9iDx_SgvnZK41KKU-UYp96eE9Rhxs8bi8Fq4BEX4xZsLOG3juoNvPPKI3Wp2hG9-iag7t8NE5_3_sQYgACrw/s320/takengon31.jpg" /></a></div> Pulau terbesar dengan penduduknya paling banyak di seluruh Indonedia ini, tidak menyangka, kalau dahulunya adalah pulau terkecil dan terpecah-belah oleh persilangan laut antara utara dan selatan.<br />
<br />
Kisah dipersatukannya seluruh pulau yang terdapat di berbagai pulau Jawa, akibat dari kesaktian yang dimiliki oleh Brahmana Agung bernama Shang Hyang Dewa. Konon dengan kesaktian beliau, pulau itu ditarik satu persatu menjadi pulau terbesar dan dinamakan Bumi Ing Jowo Dwipo.<br />
<br />
Semasa pulau ini belum terjamaah oleh manusia, para siluman dari bangsa seleman dan togog telah lebih dulu menduduki hingga ribuan tahun lamanya. Masa itu pulau Jawa disebut dengan nama Mokso Seleman (zaman para lelembut).Namun setelah keturunan dari Shang Hyang Nurasa menduduki bumi Jawa (Shang Hyang Dewa) pulau itu disebut dengan nama bumi pengurip (bumi yang dihidupkan). Shang Hyang Dewa akhirnya moksa di puncak Gunung Tidar, setelah beliau menyatukan berbagai bangsa lelembut untuk menuju jalan Adil (kebenaran), dan dari keturunannya.<br />
<br />
Terlahir pula para Shanghyang Agung, seperti Shanghyang Citra Suma, Shanghyang Dinata Dewa, Shanghyang Panca Dria, yang akhirnya dari merekalah sebuah titisan atau wasilah turun-temurun menjadi kerajaan teragung yang absolut.<br />
<br />
Baru diabad ke 12, pulau Jawa diperluas dengan tiga aliran yang berbeda, yaitu dengan adanya ajaran Hindu, mokso Jawi dan Islam. Akhir dari ketiga aliran tersebut nantinya menjadi suatu perlambang dari perwatakan penduduk pulau Jawa hingga sekarang ini.<br />
<br />
Dalam perluasan arti ketiga diatas, mencerminkan sebuah kehidupan bermasyarakat gemah ripah loh jinawi. Konon ajaran ini hanya ada dipulau Jawa dan seterusnya menyebar ke seluruh pelosok yang ada di Indonesia, seperti ajaran Hindu misalnya, ilmu yang diajarkan oleh para Shanghyang Dewa, ilmu, sebagai aji rasa manunggaling agung.<br />
<br />
Lewat bait sansekerta Yunani yang mengupas di dalamnya, kebenaran, keadilan, kejujuran dan memahami sifat alam. Ilmu ini akhirnya diturunkan oleh bapaknya para dewa. Raden Nurasa kepada Nabiyullah Khidir a.s. dan dizaman Wali Songo nanti, ilmu ini dipegang dan menjadi lambang dari sifat kependudukan masyarakat Jawa oleh tiga tokoh Waliyullah, yaitu Sunan Kalijaga, Mbah Cakra Buana dan Khanjeng Syekh Siti Jenar.<br />
<br />
Moksa jawi sendiri, sebuah ilmu yang mengupas tentang kedigdayaan ilmu yang bersumber dari raja lelembut, bernama raja lautan. Ini sangat berperan dan menjadi salah satu perwatakan masyarakat Jawa. Konon ajaran yang tergabung di dalamnya mengajarkan arti tirakat, mencegah hawa nafsu dan memahami makna rohani, simbol dari ajaran ilmu ini digambarkan sebagai bentuk keris.<br />
<br />
Keris menjadi suatu perlambang dari ajaran orang Jawa, bermula dari seorang Empu, bernama Ki Supo Mandragini. Beliau salah satu santri dari Khanjeng Sunan Ampel Denta yang diberi tugas untuk membuat sebilah keris. Namun rupanya, pemahaman dari sang guru dan murid ini saling berseberangan, disisi lain Sunan Ampel menginginkan sebuah pusaka berupa sebilah pedang sebagai perlambang dari makna Islam. Namun ketidaktahuan Ki Supo Mandragini sendiri, akhirnya beliau membuat sebilah keris berluk 9.<br />
<br />
Keris tersebut menjadi penengah antara ajaran Islam dan Hindu bagi orang Jawa, dengan sebutan Islam Kejawen, dan keris pembuatan Ki Supo diberi nama Kyai Sengkelat. Dari kedua aliaran diatas, Islam telah ada di pulau Jawa sejak abad ke 9. Ajaran ini dibawa dari kota Misri oleh seorang Waliyullah Kamil Syekh Sanusi dan muridnya Muhammaad Al Bakhry, dan baru masyhur tentang ajaran Islam di pulau Jawa pada abad 13 dan 14 atau zamannya para Wali Songo.<br />
<br />
Pembedaran lain dari keunikan yang terdapat di pulau Jawa pada masa itu, 300 tahun sebelum Wali Songo mendudukinya, para Shanghyang maupun bangsa lelembut seleman telah mengetahui lewat sasmita gaib yang mereka terima, bahwa sebentar lagi pulau Jawa akan dibanjiri para pemimpin makhluk dari berbagai negara.<br />
<br />
Mereka dari seluruh alam berkumpul, berdiskusi di puncak Gunung Ciremai, pada masa itu mereka mufakat untuk mengabdi dan membantu, apabila para Waliyullah telah menduduki pulau Jawa. Namun tentunya tidak semua dari mereka setuju, sehingga perpecahan dari dua kubu yang berseberang jalan itu dinamakan Getas Kinatas (terpecahnya satu keluarga atau satu keturunan).<br />
<br />
Nanti pada akhirnya tiba, dari Shanghyang Rowis Renggo Jenggala, akan menurunkan beberapa keturunan Saktineng Paku Jawa (orang-orang sakti yang menjdi penguasa pulau Jawa) diantaranya:<br />
<br />
- "Arya Bengah" yang menurunkan para putera Majapahit dan keturunannya sampai putera Mataram.<br />
<br />
- "Ciung Wanara" yang menurunkan Lutung Kasarung hingga sampai ke silsilah Prabu Agung Galuh atau yang dikenal dengan nama Prabu Munding Wangi atau Prabu Siliwangi.<br />
<br />
- "Nyi Mas Ratu Ayu Maharaja Sakti" menurunkan beberapa keturunan berbagai alam diantaranya "Ratu Palaga Inggris, seorang puteri cantik dari bangsa manusia, yang akhirnya dikawin oleh Prabu Siliwangi.<br />
<br />
- "Kerta Jasa" maharaja sakti.<br />
<br />
- "Sang Kowelan" salah satu anak dari Ratu Palaga Inggris yang berjenis bangsa lelembut, dari beliau pula ucuk umun dan Ratu Kidul dihasilkan.<br />
<br />
- Dari "Syekh Sanusi" melahirkan ratusan Waliyullah kondang, diantaranya para Wali Irak, Yaman, Mesir, Turky, dan para Wali Jawa.<br />
<br />
Untuk yang berseberangan atau getas kinatas, sebagian dari mereka memilih ngahyang (raib) dan tak pernah muncul lagi dipermukaan bumi dan sebagian lagi mereka mengabdi dengan lewat menjaga semua alam di pulau Jawa.<br />
<br />
Diantara yang mengabdi adalah :<br />
<br />
- Sih Pohaci, beliau menjaga awan dan langit.<br />
- Sih Parjampi, beliau selalu menjaga bumi dan bertempat pada lapisan bumi nomor dua.<br />
- Sang Sontog, menjaga semua gunung pulau jawa.<br />
- Sang Waluhun, menjaga pantai utara dan selatan.<br />
- Sih Walakat, menjaga seluruh hutan dan pepohonan.<br />
- Sangkala Brahma, menjaga bumi Cirebon.<br />
- Sangkala Wisesa, menjaga bumi Mataram.<br />
- Janggala Putih, menjaga bumi Bogor.<br />
- Sang Lenggang Lumenggang Gajah, menjaga bumi Jakarta.<br />
- Sang Seda Hening, menjaga bumi Banten.<br />
<br />
Dan pengguron atau perguruan para purwa, Wali Jawa, diantaranya;<br />
Perguruan, penatas angin Pekalongan.<br />
Perguruan, Agung Waliyullah Ki Bagus Santo Pekalongan.<br />
Perguruan, Pandarang Semarang.<br />
Perguruan, Jambu Karang Purwokerto.<br />
Perguruan, Daon Lumbung Cilacap, dan lain-lain.<br />
Begitulah sepenggal kisah Purwa Jawa.dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-836358218456916363.post-80808454599823200472010-07-22T20:08:00.001-07:002010-07-22T20:09:44.902-07:00Biografi Mahmoud Ahmadinejad<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjM2Ad0hXQUSDrlQ8m68Itp6mjnS6FIxSLDE6OIwug6h5cn_J7iuZ2hYAu6JhRe3DD3Hf-hu6iMeRtl2taD2CwZVCpmGYRt4WeNaP2SAiiHHUZpX08rwtSYyh53Ibj05dOBMTLxLgyafs/s1600/Mahmoud_Ahmadinejad.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjM2Ad0hXQUSDrlQ8m68Itp6mjnS6FIxSLDE6OIwug6h5cn_J7iuZ2hYAu6JhRe3DD3Hf-hu6iMeRtl2taD2CwZVCpmGYRt4WeNaP2SAiiHHUZpX08rwtSYyh53Ibj05dOBMTLxLgyafs/s320/Mahmoud_Ahmadinejad.jpg" /></a></div>Mahmoud Ahmadinejad atau bisa dibaca Ahmadinezhad (bahasa Persia: ; lahir 28 Oktober 1956) adalah Presiden Iran yang keenam. Jabatan kepresidenannya dimulai pada 3 Agustus 2005. Ia pernah menjabat walikota Teheran dari 3 Mei 2003 hingga 28 Juni 2005 waktu ia terpilih sebagai presiden. Ia dikenal secara luas sebagai seorang tokoh konservatif yang mempunyai pandangan Islamis.<br />
<br />
Lahir di desa pertanian Aradan, dekat Garmsar, sekitar 100 km dari Teheran, sebagai putra seorang pandai besi, keluarganya pindah ke Teheran saat dia berusia satu tahun. Dia lulus dari Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST) dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi.<br />
<br />
Pada tahun 1980, dia adalah ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa, dan terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya krisis sandera Iran.<br />
<br />
Pada masa Perang Iran-Irak, Ahmedinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam pada tahun 1986. Dia terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak. Dia kemudian menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran. Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997.<br />
<br />
Ahmadinejad lalu terpilih sebagai walikota Teheran pada Mei 2003. Dalam masa tugasnya, dia mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan walikota-walikota sebelumnya yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Selain itu, dia juga menjadi semacam manajer dalam harian Hamshahri dan memecat sang editor, Mohammad Atrianfar, pada 13 Juni 2005, beberapa hari sebelum pemilu presiden, karena tidak mendukungnya dalam pemilu tersebut.<br />
<br />
Ahmadinejad diketahui pernah bertengkar dengan Presiden Mohammad Khatami, yang lalu melarangnya menghadiri pertemuan Dewan Menteri, suatu hak yang biasa diberikan kepada para walikota Teheran. Dia telah mengkritik Khatami di depan umum, menuduhnya tidak mengetahui masalah-masalah sehari-hari warga Iran.<br />
<br />
<br />
Ahmadinejad memberi salam hormat kepada Ayatollah KhameneiSetelah dua tahun sebagai walikota Teheran, Ahmadinejad lalu terpilih sebagai presiden baru Iran. Tak lama setelah terpilih, pada 29 Juni 2005, sempat muncul tuduhan bahwa ia terlibat dalam krisis sandera Iran pada tahun 1979. Iran Focus mengklaim bahwa sebuah foto yang dikeluarkannya menunjukkan Ahmadinejad sedang berjalan menuntun para sandera dalam peristiwa tersebut, namun tuduhan ini tidak pernah dapat dibuktikan<br />
<br />
Berikut data tentang Presiden Mahmoud Ahmadinejad<br />
<div style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwnJw32SaeacX9CTkmyFtdr-NfZcpkmNL2P7Fnr1DlsTH3Bbgc7Yg94IGcVG3-3uAxWU7AOlUaCpRfHG1o3Jbegui2WahAQy8cyJESTMMGtZbqFtQQCLjpl4BAOQ2A2WLRf6LvSXAMhswX/s1600-h/Mahmoud_Ahmadinejad02.jpg" onblur="try
{parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314499558798060082" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwnJw32SaeacX9CTkmyFtdr-NfZcpkmNL2P7Fnr1DlsTH3Bbgc7Yg94IGcVG3-3uAxWU7AOlUaCpRfHG1o3Jbegui2WahAQy8cyJESTMMGtZbqFtQQCLjpl4BAOQ2A2WLRf6LvSXAMhswX/s320/Mahmoud_Ahmadinejad02.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 320px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 266px;" /></a></div>Lahir : Aradan, 28 Oktober 1956<br />
<br />
Jabatan : Presiden Iran yang keenam<br />
<br />
Pendidikan : Gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi Universitas Sains dan Teknologi Iran (IUST)<br />
<br />
Karir :<br />
<br />
* Korps Pengawal Revolusi Islam (1986)<br />
* Insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran<br />
* Wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy<br />
* Penasihat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam<br />
* Gubernur provinsi Ardabil (1993-1997)<br />
* Walikota Teheran (3 Mei 2003 - 28 Juni 2005)<br />
* Presiden Iran (3 Agustus 2005 - sekarang)<br />
<br />
Tawa Saat Ahmadinejad Berpidato di Universitas AS<br />
New York (ANTARA News) - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, yang dijelek-jelekkan sebagai pembantah Holocaust, pendukung teroris dan penyokong gerakan perlawanan di Irak, ternyata mampu mendatangkan tawa saat berpidato di Columbia University, Amerika Serikat (AS), meski bukan lewat lelucon.<br />
<br />
"Di Iran tidak ada homoseksual, seperti di negara anda," kata Ahmadinejad, Senin, saat menjawab pertanyaan mengenai pelaksanaan hukuman mati di Iran yang belum lama ini dilakukan terhadap dua pria penyuka sejenis.<br />
<br />
Ia menimpali, "Di Iran tidak ada fenomena ini, saya tidak tahu siapa yang memberitahukan kepada anda bahwa kami punya hal begitu."<br />
<br />
Tawa keras dan cercaan "booo" dilepaskan sekitar 700 orang, kebanyakan mahasiswa, yang hadir di Ivy League school. Mereka, antara lain mengenakan kaos oblong bertuliskan "Stop Ahmadinejad`s Evil" (stop Iblis Ahmadinejad).<br />
<br />
Pada bagian awal, dia mengemukakan tentang Israel yang menyiksa warga Palestina dan program nuklir Iran yang bertujuan untuk energi dan bukan untuk senjata, sebelum komentar mengenai homoseksual yang memecahkan ketegangan.<br />
<br />
Ahmadinejad yang berbicara dalam bahasa Persia sebenarnya berusaha membuat lelucon, namun tidak berhasil membuat tawa karena kemungkinan nuansanya hilang dalam penerjemahan.<br />
<br />
"Saya akan ceritakan satu lelucon di sini," katanya. "Saya pikir para politikus yang mengusahakan bom atom atau mengujinya, membuatnya, secara politis mereka terkebelakang, dungu."<br />
<br />
Hadirin ragu, sebagian bertepuk tangan karena menganggapnya sebagai pernyataan cinta damai sedangkan lainnya bingung dengan kata dungu yang peka.<br />
<br />
Kunjungan Ahmadinejad yang pada Selasa akan berpidato pada Sidang Umum PBB itu tidak lepas dari berbagai keberatan, seperti anggota DPR AS asal daerah pemilihan New York, Anthony Weiner, yang kepada para pengunjuk rasa di depan Markas Besar PBB mengatakan, "kadang ada ular berkeliaran di jalanan New York."<br />
<br />
Koran The New York Daily News di berita utama halaman depan menulis "The Evil Has Landed" (iblis telah mendarat).<br />
<br />
Rektor Universitas Columbia sama saja, dia menjuluki Presiden Iran itu "diktator picik dan jahat".dias at-tatroukhttp://www.blogger.com/profile/11728070652027260264noreply@blogger.com0